Prolog

12K 1.1K 59
                                    


~Ini adalah awal ... Awal dari ketidak berdayaan yang menggrogoti rungu hatiku. Mengoyak semakin dalam disetiap hembusan nafasku~
------------

































































Kedua tungkai seorang gadis perlahan memasuki kediaman megah keluarga Zhang, senyum merekah tak pernah luntur dari bibir plum gadis Minion itu.

Tak jarang senandung kecil ia suarakan untuk mewakili kebahagiaan yang ia rasakan. Oh sungguh ... Sebahagia apa Sena saat ini? Sejenak ia menatap kedalam rumah yang tampak sepi tak berpenghuni. Ia nampak bingung, tak dapat di pungkiri saat ini ia merinding dengan hawa yang serasa menyayat kulit.

"Eomma ... Appa ... Apa lampunya padam? Kenapa gelap sekali?"

Hening. Yang ada hanya suara gemerisik hujan yang entah sejak kapan tiba. Oke! Saat ini Sena benar benar takut, padahal niat awalnya ingin memberi kejutan pada ayah dan ibunya bahwa ia berhasil meraih juara umum lagi.

"Appa! Jangan bercanda! Ini tidak lucu, Sena benar benar takut. App--hmmpt ... "

Sena di bungkam, ia sangat ketakutan. Yang ada di fikirannya saat ini adalah ia akan mati ... Ia akan mati.

"Suttt ... Sayang diamlah, ini appa"

"Appa, sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa ini?" panik Sena yang tak paham dengan situasi menegangkan ini

"Hei tenanglah ... Ada appa sayang, dengar! Kau akan baik-baik saja, jadi ... Apapun yang terjadi bila appa menyuruhmu lari maka larilah sekencang mungkin oke!"

"Tapi kenapa? Sena tak akan meninggalkan appa! Sena akan tetap disini!"

"Sena! Berlarilah keluar dan pergi dari sini!" jelas Zhang Yuan, ayah Sena

"Tidak! Tidak appa ... Dimana ibu? Dimana dia? Katakan ayah dimana ibu!?" teriak Sena frustasi akan kebingungan ini

Tuan Zhang tak menjawab, ia hanya menatap Sena memohon. Tak ada harapan lagi untuknya, yang ia utamakan saat ini adalah keselamatan anaknya Sena Zhang yang benar benar keras kepala tak mau menurutinya.

Ia menatap dalam gadis yang baru menginjak Senior High School itu dengan tatapan sendu, seolah hanya Sena lah harapan satu satunya.

"Ibumu di luar sayang ... Dia menuggumu, maka dari itu keluarlah dan temui dia ... Tak ada waktu lagi. Appa akan menyusulmu"

Tak mungkin tuan Zhang mengatakan bahwa saat ini istrinya sudah tiada pada Sena, itu hanya akan memperburuk keadaan.

Darrr! ...

Brak! ...

"Appa ... hiks ... hiks" lirih Sena tertahan

Tanpa aba aba, Tuan Zhang menarik tangan Sena melewati ruangan gelap yang mencekam. Pergerakan mereka tentunya disadari oleh sosok misterius bertudung yang mengincar nyawa keluarganya, smirk senantiasa tercipta di sudut bibir sosok misterius itu.

Hingga ...

Dorr! ... Dorr!

"Appa!!" pekik Sena tak kala dua peluru bersarang pada kaki serta punggung sang ayah. Air mata tak lagi terbendung, Sena menagis tersedu. Ia berharap ini hanyalah bunga tidur yang akan hilang bila ia bangun nanti.

Tapi nyatanya ... TIDAK!

Ini nyata. Ini bukan sebuah ilusi, ia melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana ayahnya dibunuh oleh sosok misterius itu.

Hembusan nafas sang ayah tak lagi ia rasakan setelah kalimat 'lari' terlontar lirih dari Tuan Zhang.

"Appa ... Maafkan Sena" setelah mengatakan itu Sena benar benar kalab, ia tak tau harus melakukan apa

Sena berlari sekuat tenaga membelah kegelapan. Menghilangkan sejenak rasa takutnya untuk mengumpulkan raga dan batinnya yang masih berkelana di dalam sana agar ia dapat bebas dari sosok mengerikan tersebut.

'Tuhan ... Kumohon selamatkan aku'

Seperti melihat surga, di depannya gerbang kokoh jalan keluar rumahnya telah nampak. Keinginannya untuk berlari lebih cepat hilang sudah saat sebuah tangan kekar mencengkramnya kuat seolah tangannya adalah sebuah benda yang harus dimusnahkan

Sena takut ...

Sena bingung ...

Sena berharap ada seseorang yang menolongnya agar terbebas dari situasi gila ini. Angan hanyalah sebuah angan itu hanyalah suatu hal yang amat sangat mustahil.

'Tuhan kumohon lindungi aku ... ' batinnya merengek hebat

"Apa kabar gadis manis?" suara itu ... Sena sudah tak kuat, ia benar benar menyerah

"Le-lepa ... lepaskan aku, AAKHHH ... "

Tak disangka sosok misterius itu menjambak rambutnya sangat kuat hingga Sena rasa rambutnya rontok sebagian.

"Melepasmu? Bagaimana yaa? ... Aku mengincarmu dari dulu manis, mana mungkin aku melepasmu begitu saja. Lebih baik terimalah takdirmu ... Mati di tangan ku!"

"Apa yang sebenarnya kau inginkan brengsek!!"

Plak!

"Kau mengataiku?"

Sosok misterius itu kembali menarik rambut Sena yang sudah tak berdaya di atas jalanan basah nan gelap. Ia sudah pasrah saat sosok tersebut mengeluarkan bilah pistol tepat di depan kepalanya, hanya tinggal menunggu detik nyawanya akan hilang dari muka bumi ini.

"Sampaikam salam perpisahanmu Sena?"









1


















2


















3































TO BE CONTINUE



Amour_ssi

Vote dan coment yaa, cerita ini mau di lanjutin atau enggak😂😂😂

Karena saran kalian sangat berguna bagi aku😄😄😄

Terima kasih🙏🙏
See You Next Chapter🙋🙋
Have A Nice Day💃

Through the PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang