~Setiap kalimat yang kau katakan bagaikan sebuah
belati yang menikamku menuju palung terdalam di muka bumi ini~
————————————Langkah kaki perlahan tapi pasti kian mengantar tubuh gadis itu pada sebuah ruangan yang menjadi tujuannya. Dengan berbekal keberanian, tak ada yang bisa menggoyahkan pertahan gadis itu walau resiko yang akan ia terima bisa saja membuatnya mati saat ini juga.
Semua telah berjalan sesuai dengan rencana. Jadi tak mungkin ia menghancurkan semuanya hanya karena kebodohannya——meskipun tak dapat dipungkiri dirinya adalah gadis yang ceroboh.
Earphone yang sempurna terpasang ditelinga kiri gadis itu melantunkan sebuah kalimat penuh nada menjengkelkan.
"Astaga! Iya iya! Aku mengerti Mingyu! Tak usah kau mengulangi perkataanmu tadi, aku sudah mengerti bodoh!" sungut Jiae yang mulai geram akan ocehan tak berguna pria Kim itu
"Diamlah! Kecilkan suaramu!"
"Kau menyuruhku diam?! Hey dude ... Apa perlu kupalu kepalamu agar mengaca diri sendiri?!" balas Jiae yang tak terima akan sautan kecebong hitam itu
"Astaga sudah! kau ingin kulempar kemana? Kuburan atau rumah sakit?!"
Terdengar Kai yang tengah memarahi lelaki tanpa itu disebrang sana. Dalam hati, Jiae bersorak karena lelaki menyebalkan——yang bisa disebut cintanya——itu diam tak melawan.
"Kau juga ae–ah! Kita dalam situasi tegang menghawatirkanmu, kau malah membuat dirimu sendiri terancam!"
"Baiklah ... Maafkan aku"
Perlahan tapi pasti langkah kecil gadis itu telah menuntunnya masuk lebih dalam pada rumah besar yang sempat pernah ia tempati. Ahh ... Lebih tepatnya, rumah besar keluarga Kim. Kim Dae In
Jika bukan karena sahabat tercintanya juga paksaan dari pria-pria menjengkelkan diluar sana, Jiae tak akan mau mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri.
"Kau sudah menemukannya?"
"Hmm ... Ternyata aku masih ingat letak ruang kerja pria tua itu, kukira setelah lama di Amerika semua akan terlupakan dengan sendirinya"
"Kau sudah masuk?" suara yang tadinya berasal dari Kai kini beralih pada Mingyu
"Aku akan masuk. Tapi ... Apa kalian sudah benar-benar memastikan jika rumah ini kosong?"
"Kau tenang saja Ji, saat-saat seperti ini pasti Kim Dae In berada di suatu tempat dimana ia menyandra Sena. Lelaki itu menunggu kita"
"Baiklah ... "
Gadis itu memutar knop pintu jati kokoh dihadapannya, menuntun langkah waspada itu untuk menyusuri setiap sudut yang dirasa bisa menjadi petunjuk untuk menemukan Sena.
Setelah mengetahui kronologis penculikan sahabatnya, mereka berempat memutuskan untuk mencari petunjuk dari apa saja yang bersangkutan dengan Kim Dae In dengan cara memasuki ruang kerja beliau yang Jiae maupun Jihoon pun tak boleh memasukinya. Gadis itu yakin, pasti ada sesuatu yang tengah disembunyikan lelaki paruh baya itu.
Berhubung waktu yang mereka miliki tak sedikit, mereka memutuskan berpencar. Jiae, Kai, dan Mingyu mencari petunjuk di rumah Kim Dae In sedangkan Baekhyun ... Lelaki itu mencari tahu dengan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi 13 tahun lalu dari Kim Nare——ibu kandung Jeon Sena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Pain
Fanfiction(n.) hocus Byun Baekhyun Hidup adalah jalan dimana kita harus menjatuhkan sebuah pilihan. Kita bahkan tidak tahu apakah keputusan yang kita pilih akan membahagiakan kita atau justru menjatuhkan kita sedalam-dalam nya. Sekali lagi, tak ada yang tau a...