Bonus Chapter - It's Cooming Soon

2.6K 210 27
                                    

Memandang langit yang nampak luas, menikmati hembusan angin yang menenangkan, itukah yang disebut kedamaian? Jika ada yang lebih baik dari itu maka aku akan mencarinya seumur hidupku. Tak terasa umur kami sudah hampir diambang maut, aku dan Sena sudah menjadi seorang kakek dan nenek. Jika melihat jalan hidup kami, benarkah jika takdir telah menentukan kami untuk bersama sampai maut memisahkan? Kenyataannya kami telah melewati berbagai hal, melihat anak kami tumbuh dewasa dan memiliki kekasih, melihat anak kami menikah dan memiliki seorang buah hati. Bukankah hal itu adalah sebuah kebahagiaan alami?

Hingga saatnya telah tiba, kami pergi meninggalkan dunia dengan hati yang saling menguatkan. Sena yang meninggalkanku terlebih dahulu diusianya yang menginjak 76 tahun, beberapa tahun kemudian aku menyusulnya dan kami sama-sama meninggalkan dunia ini dengan rasa bahagia yang kekal dalam hati.

Dari atas sana, kami selalu melihat kehidupan anak dan cucu kami di dunia. Mereka bahagia, tertawa bersama, bahkan tiada kata henti dalam kamus mereka untuk tersenyum. Aku selalu mengingatkan kepada istriku, bahwa perjuangan kita selama ini membuahkan hasil yang manis. Biarlah kami saja yang merasakan kepahitan dunia sebelum adanya kebahagiaan, tidak untuk anak dan cucu kami. Mereka harus bahagia sejak terlahir di dunia ini.

Sam yang telah menikah dan juga memiliki dua orang anak yang sudah bersekolah, Chaeyoon yang juga baru saja menjadi seorang istri dan ibu dari dua anak kembarnya. Sedangkan Biyeon, pria itu agaknya mewarisi sifatku yang memilih untuk bekerja keras terlebih dahulu, namun ia memiliki seorang kekasih. Dan kekeasihnya sangat cantik.

Astaga ... Di atas sini aku sering kali menangis haru menyaksikan kebahagiaan mereka. Aku sedikit menyesali dimana kebahagiaan yang datang menghampiri kami terasa sangat cepat berlalu, bahkan sebagian dari hidup kami terisi dengan tangisan dan goresan luka pada hati.

Namun aku bersyukur meskipun hanya dengan melihat anak dan cucuku bahagia. Mereka juga selalu mengingat kami kemanapun mereka pergi.

Benar ... Semua terasa sangat cepat berlalu, aku merasa baru kemarin mengendong si kecil Biyeon, namun bocah itu kini tumbuh menjadi seorang lelaki berwibawa dan juga berkarisma. Sama persis seperti ayahnya.

Aku mengingat saat kami berlima menghabiskan waktu liburan di sisa kesibukanku, hingga kami semua menghadiri setiap acara kelulusan kerabat kami. Semuanya nampak sempurna belasan tahun ini, dan itulah hasil yang kami peroleh setelah sekian lama merasa tertekan akan keadaan.

Aku hanya berharap, suatu hari nanti, saat kami terlahir kembali. Kehidupan kami yang akan datang janganlah seperti kami yang sekarang, penuh akan tragedi dan pembalasan dendam. Hiduplah bahagia walau hanya dengan kesederhanaan, itulah yang kami harapkan untuk hari esok.

»»««

Matahari kian terbit menyinari keadaan bumi yang terasa cerah hari ini, terlihat seorang gadis yang masih bergelung panas dengan sebuah selimut dan bantal, membuat seseorang dari luar kamar tak henti-hentinya menggedor pintu dan meneriaki nama sang gadis.

"Yak Arin! Bagun kau gadis pemalas!" bentakan itu tak lagi di hiraukan oleh gadis pemalas yang bisanya hanya tidur, makan, dan bermain "Apa kau tidak akan berangkat sekolah eoh! Bagun Arin!"

"Eung ... Diamlah bu, kenapa kau sangat berisik" gadis itu hanya menggeliat pelan sebelum kembali ke alam bawah sadar

"Terserah apa maumu! Biar kusuruh Baekhyun meninggalkanmu" mendengar nama seseorang disebut, Arin dengan sigap mendudukkan diri dengan wajah bantal yang tersemat indah di parasnya

"Andwe andwe! Aku sudah bangun bu! Suruh dia menungguku! Aish bagaimana bisa aku terlambat!"

Gadis delapan belas tahun itu dengan gesit melompati ranjang, menyahut bathrobe yang berada di sudut ruangan, lalu melangkahkan kaki memasuki kamar mandi dengan bantingan keras.

Through the PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang