5. Marah

4.8K 230 7
                                    

Kemarin setelah gue selesai menjalankan hukuman dari Pak Komar, gue pulang sendiri naik taxi online karena gue lagi marah sama Fahrul. Dia itu bego, rese, jail, semprul, nyebelin, pokoknya ngeselin deh capek kalau disebutin satu-satu, bisa-bisa mulut gue berbudah.

Waktu gue mau naik taxi, dia juga sempat mencegah gue supaya gue mau pulang sama dia tapi gue tolak dengan alasan macam-macam, seperti dia bau, motor dia lambat dan sebagainya.

Gue berjalan menyusuri koridor sekolah sebari ngedumel dalam hati, karena gue masih kesal dengan  kejadian kemarin. Walaupun Fahrul itu pacar gue tapi gue gak merasa pacaran, kaya teman tapi selalu musuhan, gitulah pokoknya susah jelasinnya, karena gak semua orang dapat memahami perasaan orang lain.

" Shakira, dipanggilin dari tadi gak nyahut-nyahut " cerocos orang yang memegang tangan gue sambil ngos-ngosan.

" Sorry, gak denger " ucap gue.

" Capek aku ngejarnya " lirihnya.

" Siapa suruh lari? "

" Siapa suruh budeg? " timpalnya.

" Au ah terserah, males ribut " ucap gue.

Ketika gue melanjutkan langkah kaki gue berniat untuk pergi ke kelas karena ini udah agak siangan takutnya tangga keburu penuh, tapi baru saja gue melangkahkan satu kaki, tangan gue udah ditahan.

" Kamu marah? " tanyanya.

" Marah atas dasar apa? "

" Gak tahu " jawabnya.

" Aneh kamu " ketus gue.

" Abisnya kamu judes gituh. Kenapa? " tanyanya.

" Tak apa " ujar gue yang langsung pergi meninggalkan Fahrul.

Kini, sekarang aku sudah berada di dalam kelas, duduk di samping Risca yang sekarang masih jadi sahabat gue, sampai kapan pun dia akan tetap jadi sahabat gue kecuali dia yang sudah tidak mau menjadi sahabat gue.

" Lo, kenapa cemberut mulu sih? " tanya Risca.

" Gue kesel sama Fahrul "

" Kesel kenapa? "

" Ya kesel aja. Gak temenan gak pacaran sama aja ngeselin, suka jailin gue " ujar gue.

Seketika Risca tertawa terbahak-bahak membuat gue tambah kesal. Ingin rasanya gue bunuh orang sekarang lalu gue cincang dan gue masak jadi rendang.

" Kenapa lo? " ketus gue.

" Ra, itu bukan ngeselin tapi itu menghibur supaya hubungan kalian gak ngebosenin " ujar Risca. Niatnya sih kayanya mau nenangin tapi nyatanya bikin gue tambah kesel.

" Tahu ah. Ngomong sama lo malah bikin gue tambah badmood " ketus gue.

Di tengah perbincangan kami, tiba-tiba Fahrul datang dengan muka ditekuk, bibir cemberut dan tatapan mata kosong.

" Kenapa lo? " tanya Irsyad ketika Fahrul sudah duduk di sampingnya dan bangku dia masih sama dulu, ada di belakang bangku gue dan Risca.

" Tuh! " ujar Fahrul sambil ngelirik gue.

" Kenapa dia? " tanya Irsyad.

" Gak tahu. Ngambek kayanya "

Gue memalingkan wajah dari mereka. Antara malu, takut, tengsin pokoknya bercampur aduklah. Tanpa diminta Fahrul menghampiri gue dan bertekuk lutut di hadapan gue dan saat itu pula seisi kelas menatap ke arah kami, malu-maluin memang pacar gue ini.

" Maafin aku ya, Ra. Jika aku punya salah. Please, jangan ngambek lagi! Aku rindu jail bareng lagi, aku rindu dihukum bareng lagi " lirihnya.

Gue cuma diem dan gak berniat nyuruh dia bangun. Minta maaf bukannya ngilangin rasa kesel gue tapi ini malah bikin tambah kesel. Orang pacaran itu rindu jalan bareng, ini malah rindu dihukum bareng, semprul.

" Bangun! " titah gue agak kepaksa.

" Bangunin! " pintanya.

" Punya kaki kan? " tanya gue.

" Punya "

" Masih sehat? "

" Alhamdulillah masih " jawabnya so alim.

" Bangun sendiri! " tegas gue.

Fahrul diem, gak berani melawan. Dia pun langsung bangun dengan gerakan lemas, tapi itu tak mengundang rasa prihatin gue yang ada gue malah ingin nabok dia. Cowok kok lemes.

" Ngapain pake bertekuk lutut segala? Alay " ujar gue.

" Biar romantis " jawabnya.

" Bukan romantis, tapi nora "

*****

Pulang sekolah hari ini dimajukan setengah jam dari sebelumya dikarenakan guru-guru ada urusan mendadak di sekolah lain. Sampai waktu pulang gue sama Fahrul belum juga baikan, karena gue masih kesal sama dia. Gue pun bertekad untuk tidak memaafkannya tapi ya namanya sayang gak bisa marah lama-lama dan sekarang niatnya gue mau minta maaf sama dia.

Gue berkeliling ke sana ke mari mencari keberadaan Fahrul namun gue tak menemukannya dan ketika di dekat lab biologi, gue melihat dia yang sedang asyik ngobrol sama Irysad dan Risca. Tak berpikir lama gue pun langsung berjalan menghampiri dia.

" Fahrul! " panggil gue lembut.

" Oh, Shakira " sahutnya.

" Aku mau minta maaf " ujar gue.

" Gak mau " jawabnya yang bikin gue nyesek.

" Kok gituh? "

" Terserah akulah " ketusnya.

Gue pun diem, meratapi nasib gue yang tak dimaafkan oleh Fahrul. Gue cuma manyun, kalau nangis takutnya dibilang cengeng.

Gue berjalan meninggalkan Fahrul, Irsyad dan juga Risca dengan langkah lemas. Namun, ketika gue berjalan 5 langkah, tangan gue ditahan dan hump, Fahrul menggendong gue dari belakang lalu gue diajak berputar. Adegannya seperti waktu gue baru jadian dengannya dulu. Ah, gue jadi flashback.

" Gak mau nolak maksudnya " ujar Fahrul.

" Ngeselin ya " ujar gue sambil memukul dada bidang dia.

" Bodo amat "

" Woi, ini tuh sekolah " teriak Irsyad.

" Syirik aja lo " ucap Fahrul.

" Punya pacar kaya Fahrul itu sangatlah menguji iman "

*Tbc*

Jangan lupa vote+coment
Jangan lupa add to your reading's list or library

Mampir juga ke storyku yang lain

See you the next part

Marhaban ya ramadhan😊

Maaf, pendek ya. Soalnya kalau dipanjangin bakalan absurd

Oktaviani1501

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang