11. Jailin Guru

3.6K 174 13
                                    

Hari ini hari yang paling memalukan selama hidup gue. Sejak jam pertama sampai jam terakhir, pacar gue si Fahrul selalu bikin onar. Emang gue gak ngelakuin apa-apa, gak kena hukuman atau pun kena marah. Tapi gue malu, pasalnya hampir seluruh warga sekolah tahu kalau gue pacarnya Fahrul.

Tadi, saat pelajaran Bu Titin berlangsung, yakni pelajaran Biologi. Bu Titin menyuruh kami semua untuk pergi ke lab biologi karena hari ini waktunya praktek.

Selama pengarahan praktek berlangsung, awalnya baik-baik saja namun semua jadi kacau ketika Fahrul melepaskan semua katak yang ada di dalam lab. Katak-katak itu adalah bahan untuk kami semua praktek. Alhasil keadaan lab pun kacau balau terlebih Fahrul menangkap salah satu katak yang sedang meloncat ke sana ke mari. Gue kira dia akan memasukannya kembali ke dalam kotak tapi nyatanya dia malah memasukan katak itu ke dalam tas Bu Titin tanpa sepengetahuan Bu Titin.

" Fahrul, kamu apa-apaan sih? " tanya gue ketika Fahrul akan memasukan katak itu ke dalam tas Bu Titin.

" Kali-kali jailin guru, gak papa kan? " ujarnya.

" Gak papa apanya? Itu gak sopan, " ucap gue..

" Kali ini aja. Sekarang aku lagi males belajar, "

Gue diem dan mencoba membaca beberapa doa supaya gue gak kena hukuman akibat ulah konyol Fahrul. Kali ini gue gak mau ikutan dihukum gara-gara kesalahan yang gak pernah gue buat. Gue emang sayang sama dia, banget malah. Tapi gue gak mau kalau gue terus-terusan ikut dihukum sama dia. Dia yang enak gue yang menderita.

Keadaan semakin tambah kacau ketika Bu Titin membuka tasnya berniat untuk mengambil kacamata. Bu Titin menjerit histeris ketika dia melihat katak di dalam tasnya bahkan sampai Bu Titin tersungkur jatuh saking kagetnya.

" Kerjaan siapa ini? " teriak Bu Titin.

Semua murid diam terpaku.

" Malah pada diam. Kerjaan siapa? " tanyanya lagi.

" Saya gak tahu, Bu! " jawab Irsyad.

Gue dan Fahrul cuma saling tatap. Mulut gue udah gatal, ingin rasanya mengutarakan semuanya tapi gue gak berani. Seketika Bu Titin menatap ke arah gue dan Fahrul. Dari tatapannya terlihat kalau Bu Titin menyimpan curiga terhadap gue dan Fahrul.

" Shakira, Ibu mau tanya. Ini kerjaan siapa? " tanya Bu Titin.

Gue gugup, badan gue gemeteran, tubuh gue mengeluarkan keringat dingin dan mulut gue sekarang terasa berat untuk bicara. Gue bingung mesti gimana sekarang.

" Emmm, ii..tu ,Bu. Saaa... "

Ucapan gue terpotong ketika tiba-tiba saja ponsel Bu Titin berdering dan Bu Titin mendapat kabar kalau anaknya sakit. Di situlah kemenangan gue muncul. Memang dosa kalau kita bahagia di atas penderitaan orang lain tapi ya gimana inilah yang sekarang gue rasakan, senang.

" Kalian boleh kembali ke kelas. Ibu mau ke rumah sakit. Anak Ibu sakit, " ucap Bu Titin sambil berjalan ke luar dari lab.

Kelakuan konyol pacar gue tak sampai di sana. Saat jam terakhir, pacar gue udah ngebet banget pengen pulang sampai-sampai dia ngajak gue bolos namun gue tolak. Saking udah gak sabar banget pengen pulang, entah apa yang membuat dia pengen banget pulang gue gak tahu dan gak niat mau nanya karena takut panjang urusannya. Fahrul sampai bela-belain pergi ke ruang TU, tempat di mana bel sekolah dibunyikan. Dia tak sendiri, Irsyad sang ketua kelas pun ikut-ikutan dengan rencana bodoh itu. Gue gak tahu apa yang akan mereka lakukan di sana.  Sampai akhirnya gue tanya ketika mereka udah kembali ke kelas. Dan jawaban mereka membuat gue dan Risca terpaku. Jawabannya adalah,

" Mempercepat jam TU, lebih 20 menit dari waktu normal, "

" Kamu gila ya, pake mempercepat jam TU segala? " tanya gue.

" Iya, aku emang gila. Gila kalau terus-terusan ada di sini. Capek aku belajar mulu, " jawab Fahrul.

" Tapi itu kewajiban kamu sebagai siswa ya belajar, "

" Belajar gak harus di sekolah. Di toilet pun bisa, " jawab Fahrul yang membuat gue ingin ngakak.

" Lagian ini salah kamu. Diajak bolos gak mau, " lanjutnya.

" Loh, kok jadi aku. Ya lagian mana ada pacar yang ngajak pacarnya bolos? " ujar gue.

" Ada. It is me "

" Up to you, " ketus gue.

Begitulah beberapa tingkah konyol Fahrul yang dia lakukan tadi yang berhasil membuat gue malu setengah mati. Terkadang gue berpikir untuk memutuskan dia tapi mengingat perjuangan gue untuk mendapatkan dia sangatlah susah akhirnya gue mengurungkan niatan itu.

Gue sama Fahrul memang pacaran. Tapi dilihat sekilas kami ini seperti orang musuhan. Karena kami lebih sering ribut daripada manja-manjaan.

******

Gue sekarang sedang berada di area parkir, menunggu Fahrul yang sedang berusaha mengeluarkan motornya dari kepadatan tempat parkir. Karena 92% murid-murid di sekolah kita memilih untuk membawa kendaraan sendiri. Hari ini gue ke sekolah gak bawa mobil, karena tadi pagi, Fahrul datang menjemput.

" Ra! " panggil Fahrul.

" Apaan? " ketus gue.

" Mau balik gak? "

" Maulah, "

" Ya udah naik! Ngapain lihatin aku mulu? " ujarnya.

" Lihatin kamu? Enggak tuh, " elak gue.

" Gak usah bohong. Ngaku aja! " godanya.

" Enggak! " ujar gue kekeh.

" Cepetan naik ah! " titahnya.

Selama dalam perjalanan pulang, tidak ada percakapan di antara kami. Hanya suara mesin mobil, mobil dan hembusan angin yang menemani perjalanan kami. Namun semuanya sirna ketika Fahrul melontarkan satu kata,

" Shakira! " panggilnya.

" Hmm, " sahut gue.

" Aku bandel ya? " tanyanya.

" Banget, " jawab gue tanpa canggung sedikitpun.

" Apakah aku sebandel itu sampai kamu bilang banget? "

" Iya, kamu sangat, sangat, sangat bandel, "

" Tapi kamu sayang kan? " tanyanya.

" Iya, "

Entah kenapa perkataan itu melontar begitu saja dari mulut gue. Gue gak sadar, serius. Mungkin ini terjadi karena gue benar-benar sayang sama Fahrul.

" Malu, malu, malu lagi. Oh tuhan tolonglah! "

*TBC*

Jangan lupa vote+coment
Jangan lupa add to your reading's list or library

Mampir juga ke storyku yang lain

See you the next part

Marhaban ya ramadhan😊

Segini dulu ya, bye!

Oktaviani1501

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang