Dua minggu telah berlalu. Itu artinya UN pun sudah berlalu. Semenjak dua minggu kemarin, ada yang beda dari diri Fahrul. Dia sedikit berbeda, menjadi pendiam, pemurung dan tidak ada gairah hidup. Bahkan, waktu menjalani hukuman dari Pak Komar dua minggu yang lalu, saat dia ketahuan ribut sama Dito, dia lebih banyak diam dan tidak mengomel apa pun saat menjalani hukuman itu. Maunya sih gue bertanya, tapi gue takut. Takut jawabannya mengecewakan.
Gue baru saja keluar dari dalam kelas, karena hari ini memang hari kelulusan dan UN berakhir empat hari yang lalu. Hasilnya gue emang lulus, tapi perasaan gue benar-benar gak enak. Seperti gue akan mendapatkan kenyataan yang pahit. Tapi apa?
Gue berjalan santai menyusuri koridor sekolah, berniat mau pergi ke kantin. Tapi tiba-tiba sebuah suara nyaring sampai di telinga gue. Ada seseorang yang memanggil gue dari arah belakang menggunakan embel-embel 'kak', gak seperti biasanya.
"Kenapa?" tanya gue setelah kepala gue tolehkan ke belakang.
"Aku mau minta maaf," ujarnya sambil menunduk.
Aneh, sungguh aneh. Dia kenapa? Apa ini jawaban dari perasaan gak enak yang menghampiri gue? Tapi sepertinya bukan. Perasaan itu masih ada.
"Untuk?" tanya gue meminta penjelasan.
"Untuk semuanya, karena aku selalu nyari masalah sama kakak. Bahkan aku udah fitnah kakak. Aku udah jelasin kok yang sebenarnya sama kak Dito, jadi kakak gak usah khawatir," jelas Livya sambil memasang wajah memelas.
Gue menghela napas panjang. Senang juga akhirnya adik kelas centil ini sadar. Tapi, gue gak suka melihat wajah dia yang seperti itu. Bukan apa-apa, takutnya dikira gue yang bikin dia nangis.
"Udah gak papa kok. Aku udah maafin kamu," jawab gue sambil berusaha mengangkat kepala dia supaya mau natap gue.
"Kakak serius?" tanyanya.
Gue tersenyum untuk membalasnya dan dia pun ikut tersenyum. Gue tahu sebenarnya dia baik. Tapi cinta telah menggelapkan matanya. Gue akui dia cantik, tapi sayang dia menggunakan kecantikannya untuk menebarkan pesonanya ke orang-orang. Sekarang gue senang, karena dia telah berubah. Semoga selamanya tetap begitu.
"Aku pergi dulu," ujar gue sambil melangkah pergi dari hadapannya.
"Oke kak. Bye bye kak," balasnya sambik melambaikan tangan dan gue pun membalas lambaian tangan Livya.
Tiba di kantin, gue pun langsung berjalan menuju warung bakso Bi Minah. Gue memesan satu mangkok bakso dan segelas es lemon. Setelah pesanan gue sampai di tangan gue, gue berjalan menuju meja kosong yang berada di dekat warung bakso Bi Minah.
Saat memakan bakso yang ada di hadapan gue, pikiran gue ke mana-mana. Gue masih memikirkan perubahan pada diri Fahrul. Apa yang terjadi sama dia? Sebenarnya apa yang dia sembunyiin? Dua minggu ini, gue seperti gak mengenal Fahrul.
"WOI!" teriakan itu sontak membuat gue tersedak. Dengan cepat, gue langsung menyeruput minuman yang ada di hadapan gue.
"Gila ya lo?" umpat gue.
Orang yang telah mengagetkan gue cuma menyengir lebar seakan dia gak berbuat salah apa-apa.
"Kenapa lo? Belakangan ini gue lihat, lo murung mulu?" tanyanya lalu duduk di hadapan gue dan diikuti pacarnya yang duduk di sebelah dia.
"Gak ada apa-apa," jawab gue karena gue belum siap untuk cerita karena takutnya ini cuma perasaan gue aja yang terlalu mengkhawatirkan Fahrul.
"Gini ya, Ra. Kita sahabatan udah lama. Jadi gue tahu lo itu bohong," ujar Risca.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]
HumorVector ; Mirasusanti916 SEQUAL BENDAHARA VS BAD BOY Shakira Anggita Pratama, seorang bendahara di kelas XII Ipa-3 yang sudah melepas status jonesnya sejak kelas XI akhir semester 2 karena telah resmi pacaran dengan seorang bad boy di kelasnya berna...