Gue menenggelamkan kepala gue ke tumpukan bantal. Rasanya ingin marah pada keadaan, tapi gue gak bisa apa-apa karena semua ini telah diatur oleh Tuhan. Tapi... kalau aja bisa gue ingin mengubah takdir itu. Kalau dia ingin pergi, gue rela. Tapi satu yang gue mau, kasih tahu gue jauh-jauh hari sebelum dia pergi supaya gue bisa nyiapin stamina saat melihat dia pergi jauh dalam jangka waktu yang lama.
Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi sekarang? Kenapa harus terjadi di saat semuanya akan baik-baik aja. Kalau kayak gini caranya gue lebih baik memilih Livya mengganggu hubungan gue tapi Fahrul tetap ada di sisi gue daripada Livya jadi baik namum Fahrul menjauh. Ah sungguh menyebalkan.
Air mata gue terus saja mengalir sedari kemarin. Berhenti cuma ketika gue pakai make up aja selepas mandi dan 10 menit kemudian gue kembali nangis. Dari kemarin, tepatnya setelah pulang dari sekolah, gue gak keluar kamar sama sekali. Malas ngapa-ngapain. Mamah, Papah sampai Mang Dadang dan Bi Etin pun sudah berusaha untuk membujuk gue namun gue bersikukuh untuk diam di kamar.
"Non!" panggil seseorang di luar kamar gue sambil mengetuk pintu. Itu suara Bi Etin.
"Non makan dulu. Dari kemarin belum makan," ujar Bi Etin.
"Saya gak mau makan Bi. Balikin aja ke dapur," jawab gue masih dengan isak tangis.
"Tapi, Non..."
"Pergi, Bi!" titah gue dengan menaikan nada bicara.
Tak lagi terdengar suara Bi Etin, mungkin dia sudah pergi. Gue memang keterlaluan, orang gak salah pun gue marahin. Mudah-mudahan aja Bi Etin gak sakit hati.
Gue takut. Takut kalau Fahrul berpaling dari gue. Takut kalau Fahrul menemukan cewek yang lebih dari gue di sana. Sekarang dia masih bisa bilang kalau dia gak akan berpaling dari gue dan meyakinkan gue kalau dia akan kembali. Tapi gak tahu kalau dia sudah berada di sana, bisa aja dia ngelupain gue ketika dia baru satu hari di sana. Bisa aja ya kan? Cowok emang gampangan.
Menurut artikel yang gue baca dan juga menurut novel dari penulis ternama yang gue baca, kalau kita benar-benar mencintai seseorang berarti kita harus mempercayai orang itu dan gak akan berpikir negatif tentangnya karena alasan terkuat bertahannya suatu hubungan adalah saling percaya. Tapi apakah salah kalau gue curiga?
Drt...drt...drt...
Ponsel gue bergetar. Dari kemarin gue gak megang-megang ponsel. Sudah beberapa kali notif pesan masuk ke dalam ponsel gue, tapi gue abaikan. Bahkan telfon dari Fahrul pun gak gue angkat. Egois? Mungkin saja gue egois. Bukan gue gak mengizinkan dia pergi, gue cuma ingin pengertian darinya. Kasih tahu gue jauh-jauh hari bukan ngasih tahu gue di saat dia ingin pergi saat itu juga.
Gue mengambil ponsel yang terus saja bergetar yang gue simpan di atas nakas. Tatapan gue terkunci di salah satu nama yang ada paling atas di barisan pengirim WhatsApp, namanya FahrulKece.
Bukan. Bukan gue yang namainnya tapi Fahrul. Waktu itu dia minjam ponsel dengan alasan mau searching tugas Seni Budaya karena memang saat itu gurunya gak masuk dan ngasih tugas banyak banget. Gue sadar kontaknya diganti waktu di rumah. Gue nyari kontak dia yang gue namain PacarLaknat gak nemu-nemu padahal waktu itu gue lagi butuh banget, niatnya mau minta pap tugas Seni Budaya karena gue males ngerjain di sekolah. Untungnya dia ngechat duluan dan isi chatnya dia ngancam gue kalau gue gak boleh ganti nama kontaknya lagi dengan nama PacarLaknat.
Kembali ke masalah awal. Gue ragu untuk membuka roomchat gue sama Fahrul. Tapi gue penasaran. Alhasil gue membuka pesan yang Fahrul kirim.
FahrulKece
KAMU SEDANG MEMBACA
BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]
ComédieVector ; Mirasusanti916 SEQUAL BENDAHARA VS BAD BOY Shakira Anggita Pratama, seorang bendahara di kelas XII Ipa-3 yang sudah melepas status jonesnya sejak kelas XI akhir semester 2 karena telah resmi pacaran dengan seorang bad boy di kelasnya berna...