Dengan muka agak ditekuk bagaikan seseorang yang ditinggal nikah sama pacarnya. Gue berjalan menaiki tangga dengan lemas. Di hari pertama gue masuk sekolah setelah diskor, gue begitu malas dan gak mood. Apalagi kalau gue harus berurusan sama buku kas. Hadeuh pening kepala gue. Mending kalau gue dapet komisi, untung kan gue. Kerja keras gue gak sia-sia. Nah, ini nggak, dikasih seribu aja nggak.
Kini langkah kaki gue sudah berhenti di depan pintu kelas gue. Suasananya begitu tidak mengenakan, rasanya gue ingin kembali pulang. Gue membalikan badan gue berniat untuk pergi ke perpus karena bel masuk akan berbunyi sekitar 15 menit lagi. Karena untuk menunggu bel masuk di dalam kelas rasanya itu akan membuat mood gue nambah ancur, pasti semua anak-anak kelas mendadak jadi wartawan. Sudah dipastikan gue bakalan ditanya, kenapa gue diskor? Gimana kejadiannya? Dimarahi gimana aja sama Pak Komar? Dan bla bla bla.
" OMG, Shakira. Lo udah masuk sekolah? Ya ampun gue kangen banget sama lo. Apalagi kalau gue lihat lo marah-marah saat nagih uang kas. Dan rasanya meja itu hampa banget. Kan biasanya meja kita berantakan akibat ulah buku kas lo sama dompet lo, " ujar Risca kegirangan sambil meluk gue. Dan entah kapan dia nongol dan dari mana asal dia, gue gak tahu karena tiba-tiba dia sudah berada di belakang gue.
" Hmm... Lo, kangen gue atau kangen buku kas sama dompet gue? " tanya gue.
" Dua-duanya. Lo, mau ke mana? Mau kabur ya? " ujar Risca yang baru sadar kalau gue mau melangkah pergi dari arah kelas.
" Enggak. Gue mau ke perpus, " jawab gue.
" Perpus jam segini belum buka. Ayo, ah ke kelas! " ucap Risca sambil narik tangan gue ke dalam kelas.
Keadaan kelas begitu ramai, meja berantakan, lantai masih kotor serta banyak sampah berserakan dan papan tulis belum dihapus setelah KBM kemarin. Itulah sebabnya kenapa gue gak mau masuk kelas.
" Wih, Bu Bendahara udah masuk. Berarti Pak Bad-nya pun bakalan masuk dong. Asyik, gue ada teman sebangku dong, " ujar Irsyad.
" Maksud lo, Fahrul? " tanya gue.
" Iyalah. Siapa lagi kalau bukan dia, " jawabnya.
Gue cuma memasang wajah datar, kesal rasanya setelah mendengar perkataan dari Irsyad. Dia itu senang atau malah nyindir sih, gue gak ngerti. Mau marahin dia takutnya gue urusan lagi sama Pak Komar. Makin dicap sebagai anak nakal kedua nanti gue dan otomatis gue bakalan jadi anak kesayangan Pak Komar yang kedua lagi. Ah, enggak. Gue gak mau.
" Akhirnya, Bu ketua masuk juga. Urusin deh sana anak-anak. Gue gak ngerti urusan bayar membayar. Gue pusing, " ujar Rifan.
" Dasar, punya anak buah gak guna, " ketus gue.
" Gue masih kecil. Tugas gue belajar bukan ngurusin duit. Itu urusan orang tua, " jawabnya sambil berjalan melintasi gue.
" Ada benar juga apa yang dibilang sama Rifan. Jadi, gue ini udah tua dong. Huaaa! "
" Woy, Ra! "
Teriakan toa tahu bulat sampai di kuping gue dengan halus namun menyakitkan.
" Hah? Apa? " sahut gue.
" Mau sampai kapan berdiri di depan teman-teman kayak begini? Bagus kalau lo, ceramah. Lah, ini malah bengong. Apa faedahnya? " ujar Risca.
Seketika gue tersadar dari lamunan unfaedah gue. Gue melihat ke seluruh penjuru kelas, semua teman-teman gue menatap gue aneh. Dari situlah gue berniat untuk mengakhiri hidup gue yang selalu kena masalah di setiap langkah kaki gue.
" Gak usah lihatin gitu! " ujar seseorang dari belakang. Mungkin itu suara Pak Dudung yang akan ngajar Matematika di jam pertama.
" Dia pacar gue, " lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]
HumorVector ; Mirasusanti916 SEQUAL BENDAHARA VS BAD BOY Shakira Anggita Pratama, seorang bendahara di kelas XII Ipa-3 yang sudah melepas status jonesnya sejak kelas XI akhir semester 2 karena telah resmi pacaran dengan seorang bad boy di kelasnya berna...