23. Bahagia dan takut

3K 107 2
                                    

Pagi ini, tepat pukul jam 05.00 pagi. Sebelum ayam berkokok dan matahari masih sembunyi di balik lautan, gue terbangun bukan karena alarm tapi karena sebuh pesan yang terus masuk ke dalam ponsel gue dan sebuah telphone yang terus berdering tanpa henti. Ketika gue lihat ternyata itu dari Bu Wika. Gue buka satu persatu pesan dari Bu Wika, dan pesannya berisikan kalau gue harus pergi ke sekolah sekarang juga tanpa penawaran. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya, gue masuk ke kamar mandi dan melakukan mandi dengan jurus mandi bebek karena kebetulan pagi ini air terasa dingin banget.

20 menit berlalu.

Gue berlari menuruni anak tangga di rumah gue sambil nengok kanan kiri mencari keberadaan Mamah dan Papah tapi hasilnya nihil, sepertinya mereka masih tidur begitupun dengan Mang Dadang dan Bi Elis. Kalau saja di sekolah ada penghargaan buat anak paling rajin pasti gue bakalan menang. Gue berlari menuju garasi mobil dan membuka pintu garasi dengan terburu-buru. Gue tancap gas dengan begitu kencang dan gue lajukan ke arah sekolah.

Sekarang gue sudah berada di area sekolah. Suasana masih sangat sepi dan beraura horor, Pak Santo yang menjabat sebagai satpam sekolah aja belum kelihatan tanda-tanda kehidupannya. Dengan perasaan yang sedikit takut karena aura hari ini terasa dingin di tambah suasana sekolah sedikit menyeramkan, gue berjalan menuju tempat yang dituju, ruang guru.

Langkah gue begitu pelan, selama perjalanan gue selalu nengok kanan, kiri, depan, belakang karena takutnya ada tamu yang tak diundang ngikutin gue, walaupun itu merupakan cogan tetap aja gue gak mau dan gak sudi. Secara perlahan gue buka pintu ruang guru lalu berjalan masuk dan memperhatikan seluruh pojok ruangan mencari keberadaan Bu Wika. Di pojok sebelah kanan gue melihat seseorang sedang fokus pada buku yang ada di hadapannya. Gue melangkah dengan pelan disertai doa dalam hati, takutnya orang yang gue lihat bukanlah orang tapi dedemit.

"Permisi!" ucap gue pelan.

Orang itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi dia tundukan dan sekarang giliran gue yang menundukan kepala, takut. Terlebih semalam gue habis nonton film horror di kamar sendirian. Jadi kejadian-kejadian di film itu masih teringat jelas di kepala gue.

"Kamu telat 5 menit," ujarnya.

Perasaan takut gue berubah. Yang awalnya gue takut dengan hal-hal ghaib menjadi takut diamuk sama Bu Wika. Gue emang belum melihat wajahnya, tapi dari suaranya gue yakin kalau suara itu milik Bu Wika.

Gue mengangkat kepala yang sedari tadi gue tundukan, di hadapan gue sudah ada Bu Wika yang sedang menatap gue dengan tatapan maut. Gue yakin kalau sebentar lagi dia akan ngamuk. Gue yang menjabat sebagai siswi cuma bisa pasrah dan nerima apa pun yang akan dilakukan Bu Wika terhadap gue.

"Kamu tahu ini apa?" tanya Bu Wika sambil memperlihatkan buku yang sedari tadi dia teliti.

"Buku Bu," jawab gue.

"Semua orang juga tahu kalau ini buku, bahkan balita juga tahu. Maksud saya kamu tahu kesalahan di buku ini apa?" tegasnya.

Gue yang masih setengah ngantuk tidak bisa meneliti apa kesalahan di buku itu. Menurut gue buku itu fine-fine aja, catatan absennya benar, tanggal, hari, bulan dan tahunnya juga benar bahkan garis-garisnya juga benar. Jadi, apa salahnya?

"Semuanya benar kok Bu, gak ada yang salah," jawab gue yakin.

Brugh!

Tiba-tiba Bu Wika beranjak dari tempat duduknya lalu menggebrag meja dengan cukup keras bahkan yang tadinya gue ngantuk mendadak segar. Bu Wika itu menurut gue terbilang sangat kejam. Udah nyuruh gue ke sekolah pagi-pagi buta, giliran gue udah nurutin keinginannmya, dia malah marah-marah. Gue emang selalu marah-marah sama orang, tapi giliran dimarahin gue gak mau.

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang