Chapter 8: Sentuhan Hangat.

48 13 5
                                    


"Dimana jaketmu?" Bintang bertanya, sembari melemparan ranting kecil dalam perapian. Balqis membetulkan tempat dia duduk. "Sebagian di pahaku untuk menutup luka, dan sebagiannya aku buang."
Dengan hanya memakai kaos dan celana jeans yang belum kering sepenuhnya setelah dibasuh untuk menghilangkan cacing-cacing yang menggerayangi tubuhnya tadi siang, pasti Balqis akan kedinginan.
"Kemarilah, aku akan memelukmu agar tidak kedinginan." perintah Bintang.
Kelelahan membuat Balqis menurut saja dan duduk didepan pria tersebut, Bintang memeluk tubuhnya dari belakang.
Jaketnya untuk menutupi tubuh mereka berdua, seperti kepompong. Awalnya tubuh Balqis sedikit menggigil kedinginan, semakin lama tubuhnya semakin hangat oleh menyatunya tubuh mereka. Bintang mempererat pelukannya, dan Balqis semakin dalam tenggelam di dalam dekapannya.

"Apa kau merasa hangat?" Balqis mengangguk,
"Dan juga nyaman berada dalam pelukanmu saat ini" Balqis menjawab lebih dari harapan Bintang. Seuntai senyum manisnya menghiasi wajahnya yang berkilauan akibat pantulan cahaya api depan tubuh mereka. Bintang lebih mencondongkan wajahnya disamping wajah Balqis. Pipinya saling bersentuhan, nafas terdengar begitu jelas. Berat dan teratur, mengisyarat kelegaan saat ini.
Balqis memalingkan wajahnya menghadap samping kiri wajah Bintang, dia mengecup lembut pipinya.
"Apa yang kau lakukan?" Bintang terlihat kaget tetapi enggan menolak dengan apa yang barusan Balqis lakukan.
"Setelah seharian kita mempertahankan nyawa kita dari ancaman monster buas, tak bolehlah aku merasakan kelegaan dan hangatnya suasana ini?"

Bintang terdiam mendengar ucapan Balqis,  sebagai balesan bibirnya mengecup dan mencium bibir Balqis. Sejenak mereka saling menyatukan dahi dan mengatur nafas. Telapak tangan kanan Balqis naik menelusuri leher dan berakhir di pipi kiri Bintang. Bibir mereka saling terbuka  dan kembali bersentuhan lembut, mengaitkan lidah mereka menjadi satu, sesekali lidah Bintang menelusuri barisan gigi Balqis, dan ada desah kenikmatan yang terpancar di nafas Balqis yang semakin hangat berpacu dengan gairahnya.

Jaket yang menyatukan mereka berubah fungsi menjadi alas mereka berbaring. Semakin dalam mereka berciuman, semakin terasa berat nafas mereka berhembus. Tangan Balqis menjamah bagian belakang kepala Bintang, jemarinya masuk dicelah rambut dan mengacak-acak diselingi jambakan ringan. Sedangkan tangan kanan Bintang menerobos masuk ke dalam kaos oblong Georgia Tech yang dipakai Balqis, jemarinya berlahan menelusuri kulit mulus perut dan naik menembus ke balik bra yang menjadi pelindung terakhir dada Balqis, jari-jari Bintang mengusap lembut dan memijit dadanya yang semakin mengeras.
Desahan nafas Balqis begitu menggoda, bibir bawahnya digigit lembut masuk dalam gigi-gigi rapinya, saat lidah Bintang mengecap leher dan turun ke bawah menuju belahan dada Balqis.

Tangan Bintang mencoba melepaskan kancing celana Cardinal creamnya tetapi tidak melucutinya, jemarinya tanpa kesulitan berarti menanggalkan kemeja yang dia pakai, sementara bibirnya pindah ke atas kembali menciumi wajah dan bibir Balqis.
Dia sejenak hentikan serangan ciumannya membuat mata Balqis terbuka setelah menutup lama matanya menikmati permainan lidah Bintang di tubuhnya.
Tangan Bintang sekarang mencoba menanggalkan kaos Balqis, dia mampu melepaskan dengan bantuan Balqis yang mengangkat tubuhnya. Balqis membuka bra dan melemparnya kesamping. Mata Bintang menatap takjub keindahan dada Balqis yang tanpa penghalang sekarang. Kepalanya menunduk dan mencium dengan bibirnya yang semakin panas.

Permainan lidahnya berlanjut turun ke perut, menjilat pusar perut membuat Balqis mendesah menikmati setiap kecupan bibir Bintang di tubuhnya. Jemari tangan Bintang memaksa kancing celana Jeans Balqis dibuka, sehingga memperlihatkan underwear dibaliknya. Bintang menenggelamkan ciumannya sehingga membuat Balqis menjambak lembut rambut Bintang yang sibuk menciumi di bagian atas dàerah kewanitaannya. Bintang kembali naik menciumi wajah dan bibir Balqis dengan desahan mereka berdua yang makiñ seirama.

"Bolehkah aku masuk," ijin Bintang yang dibales anggukan kepala. "Pelan-pelan," pinta Balqis. Senyum yang mengembang di wajah Bintang menunjukan agar Balqis tidak perlu kuatirkan itu. Di dalam setengah ketelanjangan tubuh mereka, setiap sentuhan, kecupan dan keintiman mereka membuat desahan menggema memenuhi tempat mereka berdua bernaung dalam pekatnya malam yang semakin larut. Balqis membiarkan Bintang menguasai permainan sepenuhnya, ia tidak perlu memerintah jika partner-nya sekarang sudah tahu apa yang harus diperbuat untuk mengendalikan tubuhnya yang setengah telanjang.

"Aaaahhhhhh!!!"

Matanya sesaat mendelik dan kembali menutup hanyut dalam kenikmatannya. Bintang merasakan hal yang sama dengan apa yang Balqis alami.

Kepala Bintang tepat berada di dada membiarkan mulutnya bermain bebas, sedangkan tangannya sibuk menahan beban tubuh Balqis di pinggangnya. Balqis melingkarkan kedua tangannya di kepala Bintang, wajahnya mendongak ke atas dengan mata terpejam dan mulut membuka mendesahkan nafas panasnya.
Awalnya pelan, kemudian semakin cepat dan cepat Bintang menggerakkan pantat padatnya yang tertutup celana Cardinal nya memompa tubuh Balqis, menimbulkan suara gesekan diantara tubuh Bintang dan Balqis, kedua kaki Balqis melingkar di atas pinggul Bintang, desahan nafasnya semakin cepat dan panas.

"Aaaaahhhh!!!"

Setelah lamanya Bintang menggerakkan tubuhnya berirama desahan yang mengiringi mereka, akhirnya Bintang mencapai puncaknya berbarengan loloñgan kenikmatan klimaks keduanya. Tubuh mereka lemas berpelukan dengan keringat membasahi di seluruh tubuh mereka yang menjadi satu. Nafasnya berlahan kembali pelan dan teratur, senyuman menghiasi kedua wajah manusia yang setengah telanjang tergeletak bagai boneka porselen.

Tatapan mata lembut dan tulus Balqis mengisyaratkan rasa terima kasihnya dengan apa yàng menjadi keindahan setelah kejadian mencekam yang telah mereka alami siang tadi. Bintang mendekatkan wajah dan menempelkan dahi mereka.
"Aku harap ini bukan yang terakhir, aku menyukai permainan ini denganmu, Balqis. Terima kasih, kau begitu hebat," nafasnya terasa di bibir Balqis saat Bintang memujinya. Dia mengecup pelan bibir Bintang.
"Aku berharap juga begitu." ujar Balqis.

Balqis membalikkan tubuhnya membelakangi Bintang, mendorong masuk tubuhnya ke pelukan Bintang, tangan Bintang menyambutnya dan melingkarkannya di perut Balqis, tubuh bagian atas mereka dibiarkan telanjang berpelukan tergeletak tanpa penutup apapun di atasnya. Mereka tidak kedinginan, karena suhu tempat itu semakin hangat dengan perapian yang mulai membara. Ditambah suhu hangat yang keluar dari tubuh mereka.
Berlahan mereka menutup mata mereka yang mulai mengantuk dan tubuhnya yang lelah, hingga akhirnya mereka tertidur menunggu pagi menjemput mereka esok hari.

To be continued...

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang