Chapter 4: Lengket Berlendir

54 15 4
                                    

Balqis berlari secepat mungkin setelah berhasil memukul kepala monster itu dengan tas punggungnya. Serangan dadakan dia mungkin tidak seberapa dan tak mampu membuat monster itu tersungkur, tetapi setidaknya Balqis dapat lepas dari cengkeraman cakarnya yang merobek celana jeans bagian kiri hingga melukai pahanya. Sembari menahan rasa sakit dikakinya, Balqis mencoba terus berlari melewati semak belukar tanpa menoleh ke belakang.

Pandangannya tertuju pada tumpukan bangkai batang pohon raksasa dan mencari celah-celah batang yang sempit di gundukan pohon tersebut agar monster besar itu tidak bisa melewati lubang yang dilalui Balqis dan menangkapnya. Dia menjatuhkan diri dan masuk kedalam salah satu lubang di bangkai batang pohon itu. Dia menendangkan kakinya dan mencoba masuk dengan kaki terlebih dahulu. Tubuhnya yang ramping mampu tembus ke dalam.

Monster itu melihat Balqis masuk ke lubang batang pohon. Lolongannya menggema dengan jeritan melengking membuat bulu kuduk setiap yang mendengarnya bergidik ngeri. Moncongnya memperlihatkan taringnya yang runcing dan air liurnya menetes haus akàn bau segar darah calon korbannya. Balqis terus mundur merangsek ke dalam sèmentara monster semakin dekat dan melancarkan serangannya. Beruntung Balqis berhasil masuk semakin dalam.

Balqis terjebak didalam lubang besar bangkai pohon yang tumbang. Cakar monster itu meraih-raih tetapi tak dapat menjangkaunya, hanya berjarak setengah meter dari wajah cantik Balqis yang pucat pasi. Tampak monster itu semakin marah dan semakin bernafsu untuk mencabiknya. Balqis mencoba tetap berada di posisinya sekarang walau tampak di beberapa tubuhnya terasa aneh, sesuatu sedang merayap pelan-pelan, terasa lengket berlendir dan terus menggerayangi kulitnya.

Cacing-cacing itu begitu besar hingga terasa jelas saat mereka sedang berjalan dikulitnya dan mencoba masuk ke dalam pakaian Balqis. Baru kali ini dia melihat cacing sebesar jari telunjuk orang dewasa. Ancaman ini tidak sebanding dengan monster yang memburunya, mencoba menjangkau tetapi selalu gagal. Balqis lebih membiarkan cacing-cacing raksasa itu masuk ke tubuhnya ketimbang rahang dengan taring monster yang masuk ke kepala Balqis.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" dia berbicara pada dirinya sendiri. Tubuhnya gemetaran dan jijik terasa lengket jejak lendir yang ditinggalkan cacing-cacing disekujur tubuhnya. Telinganya ia tutupi agar tidak ada satupun cacing yang berhasil lolos masuk. Kini ia merasakan binatang itu telah sampai di perut, dada dan punggungnya. Dia berharap tidak lebih dari itu, ada lubang dibawah yang bisa saja mereka masukin tetapi dia terus berdoa agar cacing-cacing itu tidak sampai di daerah pribadinya.

Suiiiiiiiiiiiiiitttttttt... suiiiiiiiiiiiiitt...

Terdengar bunyi seperti peluit di luar sana. Menghentikan aktifitas monster yang mencakar-cakar meraih tubuh Balqis.
Suiiiiiiiiiiiiiitttttttt... suiiiiiiiiiiiiitt...
Kali ini bunyi peluit itu berhasil menarik perhatian monster itu.

Huiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiioo...

Lolongan melengking keluar dari moncong monster sebagai sambutan atas bunyi peluit itu dan segera berlari mendekati asal bunyi tersebut. Langkahnya yang berat meninggalkan jejak yang dalam di tanah gembur itu.

Merasa cukup jauh monster itu menghilang, Balqis segera keluar dari bangkai batang pohon dengan merangkak secepatnya. Ia melucuti pakaiannya. Jaket denim, kaos oblong, celana jeans hingga sepatunya. Hanya meningalkan bra dan underwear saja melekat di tubuh kencangnya. Menyingkirkan cacing-cacing raksasa di sekujur tubuhnya dengan mengibas, memungut atau menghempasnya.

Terlihat ada beberapa kulitnya yang memerah dibawah jejak bèrlendir yang ditinggalkan cacing-cacing tersebut. Terasa panas membakar dan gatal, Balqis mencoba tak tergoda menggaruknya. Dia belum tahu efek dari gàrukannya sehingga dia tetap tenang menghadapi situasi ini.

Kepalanya terasa risih dan tangannya mencoba meraih ikatan rambut dan melepasnya, membiarkan kuncir buntut kudanya tergerai dan tangannya mulai mengacak-acak rambutnya. Beberapa cacing jatuh dari sela-sela rambutnya. Setelah dirasa tidak ada lagi yang melekat di tubuhnya, dia mulai melemparkan pandangan disekiling dan mendapati aliran air sungai kecil di seberang pandangannya.

Segera ia memungut pakaian dan sepatunya menuju ke sungai kecil itu dan tubuhnya melayang masuk ke aliran sungai yang tenang.
Bluum!!!
Menimbulkan suara percikan air yang ia masuki.

To be continued...

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang