Chapter 11: Hubungan Aneh.

37 14 15
                                    

Serigala itu melompat dan menerkam Bintang.

Bintang tersungkur ke belakang, batang pohon yang menjadi senjata satu-satunya terlepas dari tangan saat tubuh Serigala raksasa itu menerkamnya. Tangan kirinya mencengkeram kuat di leher berbulu putih yang basah itu, menahan mulut yang menampilkan gigi-gigi tajam untuk mengoyak wajah Bintang. Tatapan bintang beralih ke rahang bawah, dia melihat ada luka sobekan yang begitu dalam.
Inilah kesempatan. Tangan kanannya mengepal, meninju dengan kuat dan keras rahang yang terluka itu.

Aiiiing!!!

Serigala itu menjerit kesakitan dan tersungkur menggulingkan badannya ke samping kiri Bintang. Darah segar keluar dari luka sebelumnya yang kembali terbuka. Bintang bangkit dan mengambil batu besar yang tergeletak di sampingnya. Dia bergegas menghampiri Serigala yang kesakitan dan masih tergeletak berguling-guling, darahnya meninggalkan jejak di tanah dan bebatuan di bawahnya.
Bintang mengangkat tinggi batu besar, mencoba memukulkannya pada kepala Serigala yang sudah tak berdaya itu.

"Hentikan, kawan!!!"

Han menepis tangan Bintang sehingga batu besar yang diangkatnya terjatuh ke samping, hampir saja mengenai kakinya. Bintang menahan tubuhnya agar tidak jatuh karena ketidak-seimbangan tubuhnya yang terjadi.
"Apa yang kau lakukan Han? membiarkankan makhluk itu hidup dan memangsa kita, begitu?" bentak Bintang. Dia menatap sahabatnya itu tidak mengerti dengan sikap tiba-tibanya.
"Ya, membiarkannya hidup tetapi tidak untuk memangsa kita." ujar Han, berjalan mendekati Serigala yang menggeram ke arahnya.

Tangan kanan Han diarahkan ke moncong tatapan tajam itu, dengan kemarahan dan rasa sakit yang bersamaan, Serigala itu hanya menggerakan dan memajukan kepalanya mencoba menggigit tangan Han. Han menariknya ke belakang, dan mengulurkannya lagi. Tindakan yang sama berulang-ulang dilakukan oleh kedua jenis makhluk yang berbeda itu. Han seperti sedang bermain-main dengan bahaya dan memang itulah yang dilakukannya sekarang.
Bintang hanya memandanginya dengan cemas dengan posisi siaga, menjaga kemungkinan yang akan terjadi.

Semakin dekat tangan ke moncong Serigala yang terus menggeram itu, dan akhirnya telapak tangan kanan Han menyentuh hidung atas diantara kedua mata tajam Serigala. Dia mulai mengusapnya dengan lembut dan melangkah mendekat. Tangannya menelusuri bulu halus kepala Serigala yang berlahan mengendorkan seringainya, mata makhluk buas itu menutup menikmati belaian dari sentuhan lembut Han.
Bintang kembali takjub melihat apa yang dilakukan sahabatnya. Pengalaman Han di masa remajanya yang masuk keluar hutan mampu mempelajari berbagai perilaku binatang yang hidup di dalamnya. Tak mengherankan jika apa yang dilakukannya sekarang adalah bagian dari buah hasil kebiasaan menaklukkan berbagai kebuasaan yang pernah dilaluinya di masa yang dulu.

Jemari tangan kanan Han menelusuri bulu seputih salju ke atas kepala Serigala itu, sesampainya di bagian antara kedua telinga runcingnya, Han mencabut sesuatu dan membuat Serigala itu membuka mata dan menggeram sehingga terangkat bibirnya memperlihatkan taringnya yang tajam, segera tangan kiri Han menyentuh lembut dan membenamkan kepala Serigala itu kedalam pelukannya. Han menjatuhkan benda berwarna merah itu ke tanah dan menginjaknya hingga pecah berkeping-keping.

"Apa itu Han?" Bintang yang dari tadi memperhatikan tingkah sahabatnya itu menaklukkan Serigala, mencoba bertanya.
"Sepertinya itulah yang membuat Serigala ini menjadi lebih ganas dan mencoba membunuh kita, mereka menjadikan Serigala ini sebagai senjata hidup yang mematikan." Han memberikan asumsi tentang itu semua.
"Mengendalikan cara hidup dan memperlakukannya seperti robot merupakan perbuatan yang rendah walaupun itu terhadap binatang buas sekalipun." lanjut Han dengan mata penuh kebencian terhadap perlakuan majikan Serigala itu.
Seakan mengerti dengan apa yang di ungkapkan Han, Serigala itu mengangkat kepalanya dan melewati samping tubuh Han, menyandarkan kepala beratnya ke bahu Han. Bintang melihat mereka seperti sedang berpelukan.

Bintang menghela nafas panjang, mengendorkan otot-otot yang tegang, merasakan kelegaan yang kini terasa. Dia menatap atas langit yang begitu cerah, seekor burung kutilang melintas di atas kepalanya. Kepakannya begitu ringan, melesatkan tubuh mungilnya terbang menjauh. Pandangan mata Bintang beralih ke kolam air terjun yang luas, derasnya aliran air yang jatuh dari atas begitu keras suaranya, menimbulkan gumpalan busa yang mengumpul di bawahnya. Bintang tertarik melihat kolam yang luas itu, mengabaikan kengerian yang beberapa waktu lalu melandanya.

Bintang membuka kemejanya dan menuju ke tepi kolam air terjun itu. Airnya begitu bening memperlihatkan keindahan di dalamnya. beberapa ekor ikan besar terlihat berenang bebas, terkadang bibirnya muncul di permukaan untuk mengambil oksigen.
"Aku akan membasuh tubuh, bermesraanlah kalian selagi aku mandi." lirik Bintang ke Han dan Serigala itu berada. "Aku janji tak akan mengintip." lanjut Bintang.
Han melempar ranting dan mengenai kepala Bintang.
"Hahaha, sekarang kau bisa bercanda kawan?, setelah wajah ketakutanmu menghadapi Serigala cantik ini beberapa waktu yang lalu." ledek Han membuat Bintang tersenyum masam.

Bintang membasuh muka, kesegaran terasa di wajahnya. Ia akhirnya tergoda untuk terjun ke tengah kolam air terjun itu, membersihkan badan dari kotornya tanah. Sedangkan di tepi, Han membalut luka di kaki depan Serigala itu yang kini menjadi temannya. Dia juga menutupi luka di rahang bawah dengan kemeja yang di kenakannya, menyisakan kaos yang melekat di tubuhnya. Serigala itu hanya terdiam, sesekali ekornya mengayun ke kanan dan ke kiri. Bulu-bulu putih saljunya yang basah mulai mengering dan mengembang. Matanya menatap tajam ke Han, bukan untuk menyerang tetapi tatapan penuh harap terhadap teman barunya itu.

To be continued...

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang