Chapter 6: Keberanian

37 14 0
                                    

Balqis keluar dari aliran sungai setelah beberapa menit membersihkan tubuhnya dari lengketnya lendir jejak-jejak cacing besar yang membuat kulit putihnya serasa panas, terbakar dan gatal. aliran air dibiarkan meluncur disetiap lekuk tubuhnya.

Pakaiannya basah kuyup tetapi sudah bersih setelah dibilas menghilangkan cacing-cacing yang menempel. Cukup memakan waktu lama untuk memastikan seluruh pakaiannya bebas dari binatang menjijikan itu.

Balqis menarik jeansnya ke atas pelan dan hati-hati, dia meringis menahan perih saat melewati luka goresan di paha kiri sepanjang 30cm dan sedalam 0.5cm. Setelah celana jeans menutupi underwear dan mengancingnya, ia merobek bagian lengan jaket denim dan mengikatkan di luka paha kiri. Kaos oblongnya segera menutupi buah dada yang dibalut bra 34C cup, walau sekarang tertutup tetap saja tak bisa menyembunyikan lekukan kedua tonjolan itu karena melekat basah kaos yang dikenakannya.

Hari semakin gelap, dia harus bergegas pergi dari tempat ini sebelum monster-monster itu datang lagi. Setelah mengenakan kedua sepatu, dia mulai melangkah melewati jejak tadi siang saat dirinya di buru monster. Kembali ke jalan berbatu letak trail berada.

Kini dia sendiri, teman-temannya telah menjadi korban kebiadaban monster buas yang merenggut nyawa pasangan suami istri dan jabang bayinya. Dia harus kuat, harus pergi dari sini dan harus tetap hidup. Orang-orang disana berhak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi di hutan ini.

Balqis mulai melihat jalan berbatu dan 2 motor trail milik Bintang dan Han. Berharap kuncinya masih menggelantung di kontaknya.
Hatinya lega karena penderitaan ini akan segera berakhir, dia cukup memutar kontak dan menyalakan trail terus pergi dari sini. Tetapi...

Krak

Suara ranting terinjak menghentikan Balqis dan ia segera bersembunyi dibalik pohon besar, jantungnya kembali berdetak kencang. Matanya menjelajah sekitarnya, mencari dari mana suara itu berasal. Terakhir matanya terpaku pada sesosok hitam merangkak pelan di semak belukar dekat bebatuan besar.
Balqis tak bisa melihat jelas karena langit mulai gelap.

Balqis memungut batang pohon untuk dijadikan senjata, bersiap-siap memukul jika dia terancam keberadaannya. Ia berharap batang pohon ini mampu menumbangkan apapun yang menjadi ancaman.
Tangannya memegang erat agar kuat pegangannya.

Plak plak plak plak

Kepakan sayap burung hantu membuatnya kaget sehingga lepas dari pandangan matanya ke sosok hitam itu. Bulu kuduknya berdiri saat matanya tak melihat sosok hitam itu sudah tidak ada di tempatnya.
Kemana perginya makhluk itu
Ia mulai ragu untuk melangkah maju atau mundur saja meninggalkan tempat itu. Tetapi trail ada disana, dia harus mengambilnya dan pergi dari sini.

Aku harus bisa, aku harus bisa.
Seperti disuntik serum penyemangat, Keberanianya terbakar dan dia mulai melangkah sembari mata mengawasi suasana di sekitarnya.
Bersiap tumbangkan apapun itu yang dalam beberapa menit lalu menyiutkan nyalinya. Sesampainya di jalan berbatu, Balqis merasakan sesuatu bergerak mendekat di balik punggungnya.
Tanpa berfikir panjang, dia berbalik dan mengayunkan batang pohon senjatanya.

Bughh!!!


To be continued...

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang