Tanpa senjata, Balqis hanya bisa berdiri di tempat. Ia menimbang kemungkinan untuk merebut senapan itu dari salah satu prajurit yang berada di sampingnya, menendang dan berlari sekuat tenaga dari musuh-musuhnya itu. Tetapi bukan ide yang bagus. Balqis menatap mata lelaki yang beberapa waktu lalu menodongkan senjata ke kepala Balqis. Merasa ada yang memperhatikannya, lelaki itu menoleh ke arah Balqis. Tatapan lelaki itu begitu tajam, memandang sinis kepada Balqis.
Balqis mengalihkan pandangannya ke bawah."Sudah 30 menit tetapi para Beast belum kembali. sepertinya tugas mereka gagal lagi." ujar wanita dengan setelan serba putih memeriksa arloji berwarna keemasan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Dasar Serigala-Serigala bodoh tak berguna." bales lelaki yang memakai setelan sama dengan wanita itu. Tangannya sibuk menekan benda kotak berwarna putih dengan antena berkedip-kedip merah.Wanita itu melangkah maju, Balqis mengamati dari kaki sampai ke ujung kepalanya. Usia wanita itu pasti menginjak awal tiga puluhan. Rambutnya hitam pendek dengan mata cokelat. Ia mengenakan setelan putih berkerah tinggi namun riseltingnya dibiarkan terbuka, memperlihatkan cleavage yang menggoda. Tubuhnya ramping melekat dengan pakaian luarnya, ia bergerak dengan anggun dan tegap.
"Maeda Akatsuki," ujarnya sambil mengulurkan tangan.
Balqis memandangi tangan dibalik sarung tangan putih tersebut, ia juga mengulurkan tangannya dan menjabat tangan wanita itu.
"Balqis Aurelia," balas Balqis tetap menunjukkan wajah yang tenang. Ada senyum dibalik wajah dingin wanita bernama Maeda keturunan jepang itu."Seperti yang mereka sebutkan, 2 wanita bidan bersama 2 pria dinyatakan putus kontak saat mencoba menyelamatkan ibu yang hendak melahirkan dalam sebuah kecelakan." Balqis terkejut dengan apa yang dibicarakan Maeda.
"Saluran radio beberapa jam terakhir memberitakan tentang kalian." lanjut Maeda.
"Jadi, kamu pasti tahu kalau mereka akan mencari kami di sini." ujar Balqis.
Sudut bibir Maeda naik memperlihatkan senyum sinis.
"Kamu benar. Mereka mengirim tim pencari hari ini." Balqis tersenyum mendengarnya.
"Sebelum mereka tiba, kami telah membereskan sebagian kekacauan ini. Dan aku pastikan mereka tidak akan menemukan kalian." lanjut Maeda ."Itulah alasan kalian datang ke sini pagi-pagi buta." asumsi Balqis.
"Ya, kamu benar. Kami harus singkirkan mayat-mayat para pengkhianat itu dari sini secepat mungkin, dan tentunya, kalian bagian dari yang harus disingkirkan itu."
"Tunggu dulu, para penghianat?" ada tanda tanya besar di kepala Balqis.
"Benar. Mereka yang hendak kalian tolong. Mereka berkhianat meninggalkan kediaman kami tanpa ijin dengan alasan akan melahirkan."
"Aku tidak mengerti maksudnya."
Balqis malah makin bingung dengan penjelasan Maeda."Ada sesuatu yang keluarga kami sembunyikan. Sesuatu yang tidak boleh di ketahui oleh orang lain di luar kediaman kami. Bagi mereka yang mengetahui, akan menjadi rantai belenggu di lehernya. Jika berkhianat, rantai itu akan menjeratnya sampai mati."
"Sesuatu? apa itu?." Balqis menyilangkan tangan di dadanya.
"Kau akan tahu sendiri sesuatu itu sebentar lagi." Maeda mengakhiri tanya jawab dengan Balqis.Maeda berbalik membelakanginya, berbicara dengan pria kurus dan tinggi itu.
"Semua sudah dibereskan, Kenji?" tangan kanan Maeda menyentuh lengan lelaki itu yang ternyata bernama Kenji.
"Sudah, saya pastikan mereka tidak akan menemukan satu tandapun untuk menemukan tikus-tikus itu." mata Kenji menatap tajam ke arah Balqis. Balqis memalingkan wajahnya, ada ketakutan ketika dia harus bèrtemu pandang lelaki itu.
"Bagaimana dengan mayat-mayat itu?" Maeda mengalihkan pandangan Kenji kembali kepadanya.
"Para pengawal sudah menyingkirkannya. Membuang ke dasar jurang dan menutupi bekas darah mereka dengan pasir dan batu." jawab Kenji.Balqis mengambil langkah mundur dari tempatnya berdiri. Matanya masih memandangi tubuh anggun Maeda yang berbicara pada lelaki berjubah putih.
"Sebaiknya kita segera pulang, Kenji." Maeda mencium pipi pria kurus dan tinggi itu, sembari membelai sebentar rambut bersemir keemasan .
"Baiklah," Kenji anggukkan kepalanya.
"Ikat dia dan bawa bersama kita," lanjut Kenji memberi perintah kepada salah satu pengawal.Seorang pengawal menghampiri Balqis, dengan kasar menarik lengan dan mengikat tangannya. Mata pengawal itu menatap dada Balqis dengan senyuman nakalnya. Balqis memalingkan muka merasa jijik, terdengar beberapa pengawal terkekeh tertawa mengejek.
Balqis di dorong ke depan dengan todongan senjata. Dia digiring ke mobil berjenis off-road.Pengawal memerintahkan Balqis untuk naik di kursi penumpang. Maeda bergabung duduk di kursi depan. Dia menoleh ke Balqis yang berada di kursi belakangnya.
"Saya akan katakan apa adanya. Kami tidak bisa begitu saja melepasmu, saya pikir kamu pasti mengerti. Kami tidak akan memberi harapan palsu, namun kami menjanjikan sebuah akhir yang nyaman dan tenang."
"Seperti sepasang suami istri yang kalian sebut pengkhianat?" ujar Balqis.
Maeda hanya tersenyum dibibirnya yang merah, dan kembali menatap ke depan."Kita pulang sekarang," perintah Maeda dengan suara tegasnya. Pengawal di balik kemudi segera menginjakkan pedal gas mobilnya menelusuri jalanan berbatu. Beberapa mobil di belakangnya menyusul, mengikuti layaknya konvoi kendaraan off-road.
Balqis menenggelamkan tubuhnya lebih dalam ke bangku penumpang. Matanya memandang jauh keluar jendela mobil menatap langit, bahunya terkadang menabrak keras jendela itu akibat jalanan berbatu yang tidak rata menggoyangkan tubuhnya. Dengan tangan terikat, dia tidak mampu mengusap lembut bahunya yang sakit.
Bintang, kamu dimana?.. Semoga baik-baik saja."
Cemasnya menyerang hati Balqis.To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLONGAN
Mystery / ThrillerMisi penyelamatan sepasang suami istri yang sedang mengandung pada sebuah kecelakaan di daerah terpencil di sebuah wilayah yang berdekatan dengan lahan pribadi milik keluarga keturunan Jepang, berujung dengan kecekaman yang membuat para penyelamat m...