Balqis berada di sebuah ruangan setelah dia menyelesaikan makan malam bersama anggota keluarga Akatsuki, Maeda telah mengajaknya untuk "sesuatu" yang pasti akan membuat Balqis tertarik. Balqis melihat sekeliling, tampaknya sebuah kamar kerja dan perpustakaan sederhana. Ruangan itu berlantai dua, keempat dindingnya ditutupi rak-rak buku yang terbuka. Lantai atas dikelilingi pagar besi, kokoh dan polos. Satu-satunya jalan ke atas adalah sebuah tangga yang curam.
Balqis menuju jendela ruangan itu, melihat ke bagian luar Kastel. Gelap yang menyelimuti malam membuat tak banyak pemandangan yang ia nikmati, hanya hamparan taman bunga dengan beberapa lampu di setiap sudut dan tengah taman itu. Taman itu terletak di belakang dari Kastel, dia bisa melihat rimbunan pohon pencakar langit yang tinggi menjuntai di balik tembok keliling Kastel yang di jaga pengawal disetiap posnya.
Pintu kayu dengan ukiran rumit jalan masuk ke ruangan itu di ketuk dari luar, hanya menunjukkan kesopanan seseorang yang akan masuk dalam ruangan saja. Maeda segera masuk dan mendapati Balqis yang masih berdiri di dekat jendela sedang menatapnya. Seperti biasa senyum Maeda selalu menghiasi wajahnya yang cantik, dia masuk dengan anggun dengan setelan serba putih memperlihatkan bentuk tubuhnya yang ramping. Di belakangnya seorang pelayan membawa nampan berisi teko dengan beberapa cangkir keramik mungil dan seorang lagi membawa nampan berisi kue dan keju diatas piring oval. Mereka meletakkannya di atas meja tengah, kemudian mereka menunduk pada Maeda dan segera keluar ruangan.
Maeda menuangkan teh hangat ke sebuah cangkir yang di letakkan dihadapannya, serta secangkir lagi yang dia taruh di seberang tempatnya berdiri. Ia menoleh ke Balqis yang masih berdiri di dekat jendela dan mempersilahkannya untuk bergabung di meja tersebut. Balqis melangkah menuju meja tersebut dan duduk di kursi kayu dengan bantalan busa diatasnya. Setelah menyeruput teh hangat dengan sedikit rasa segar dari daun mint, dia meletakkan kembali cangkir itu di tatakan atas meja.
"Kau bilang aku akan menemui orang yang mungkin akan membuatku tertarik, di manakah dia?" Balqis memulai percakapan dengan menyilangkan tangannya di dada.
"Bersabarlah, aku hanya ingin mengobrol sebentar denganmu." jawab Maeda yang meletakkan cangkir setelah dia mencicipi rasa teh yang dia buat.
"Apa yang ingin kita obrolkan sekarang?" tanya Balqis.
"Apakah kau selalu bersikap serius dan tegang seperti ini?" Maeda berbalik tanya melihat sikap Balqis yang seolah tidak nyaman berada di ruangan itu.
"Maaf, aku hanya tak tau harus bagaimana." jawab Balqis pelan dan menurunkan tangan dari dekapan di dadanya ke atas meja. Maeda tersenyum melihatnya.
"Baiklah, aku akan mulai bertanya dan aku berharap kau jujur menjawabnya." kedua jari-jari tangan Maeda bertemu dan membentuk segitiga di depan mulutnya.Balqis sempat berfikir dia akan ditaruh disebuah ruangan gelap dengan hanya sedikit cahaya dari bohlam yang menggantung di atas sebuah meja dan kursi dimana dia terikat di kedua tangannya dan di dudukkan dalam kursi pesakitan, berdiri beberapa orang dengan tubuh besar dan sangar siap mengorek informasi darinya dengan cara apapun, dan jika ketauan berbohong dia akan di siksa hingga berdarah-darah. Tetapi sekarang yang dihadapi berbeda dari pemikirannya, sejauh ini belum ada penyiksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLONGAN
Mystery / ThrillerMisi penyelamatan sepasang suami istri yang sedang mengandung pada sebuah kecelakaan di daerah terpencil di sebuah wilayah yang berdekatan dengan lahan pribadi milik keluarga keturunan Jepang, berujung dengan kecekaman yang membuat para penyelamat m...