Chapter 9: Sahabat yang Hilang.

28 13 0
                                    

Bintang terbangun dalam kegelapan, dengan perapian yang sudah padam. Dia menarik tangannya yang melingkar di tubuh Balqis yang telanjang dada untuk melepaskan pelukannya. Berapa lama ia terlelap? Matanya menembus celah keluar dari ruangan itu, masih gelap menandakan belum pagi sepenuhnya. Kemeja yang beberapa lalu ia lemparkan kembali dikenakan menutupi tubuh atletisnya.

Sesuatu telah membangunkannya. Ia bergeser lebih dekat, mengusir rasa kantuk menunggu beberapa menit untuk menyadarkannya penuh. Di luar gua, kesunyian yang membeku memenuhi lembah dan landasan  yang tidak begitu curam. Ia memasang telinga untuk mendengar gelagat yang mencurigakan.

Bintang menyentuh bahu Balqis yang masih tidur di depannya. Mengguncangkannya dengan lembut dan pelan, berharap tidak mengagetkannya.
Balqis mulai membuka mata dan terbangun, kesadarannya belum penuh berkumpul, ia mulai terasa kedinginan dan menyadari tubuh bagian atasnya masih telanjang. Dia memungut bra dan kaos oblongnya dari sebelah dia tidur dan memakainya kembali.

Balqis menoleh ke Bintang yang berada di tepi gua, mata Bintang menatap keluar, dalam fikirannya bertanya apa yang membuatnya tertarik sehingga menantapnya begitu serius di luar sana Balqis mencoba bertanya.
"Ada apa?" tanya Balqis yang masih terdiam di atas tempat berbaringnya semalam. Bintang mendekatinya dan mengambil jaket kemudian memakainya. Ia menjawab, "Sepertinya di luar ada beberapa orang, mereka berada tepat di motor kita."

"Benarkah?" Balqis meraih lengan Bintang yang kuat. "Kita harus tetap tenang," ujar Bintang. "Kita tidak tahu siapa mereka, kita harus tetap waspada." tangannya membelai pipi Balqis dengan punggung jari tangannya. Balqis beringsut lebih dekat ke tubuh Bintang. Tangannya memegang tangan Bintang, seperti hendak meremas seluruh darahnya dari telapakannya.
Bintang menyadari kekuatiran Balqis, dia mengecup kening Balqis, berharap mampu meredakan rasa resahnya.

Serentetan tembakan meletus, memecahkan kesunyian. Bintang dan Balqis terkejut dan saling menatap. Bunyinya begitu dekat, dugaan itu terbukti. Bintang meraih senjatanya, dan memerintah Balqis untuk mundur. Balqis tergopoh-gopoh ke belakang, ia mundur ke bagian belakang gua kecil itu. Bintang berdiri dan mendekati pintu gua itu, mengintip dari celahnya melihat apa yang terjadi.

Letusan senjata kembali terdengar, kali ini ada tembakan balasan. Siapa mereka? pertanyaan yang terlontar dalam hati Bintang. Matanya mengawasi ada beberapa orang yang bersembunyi di tepi jalanan berbatu dan seseorang di bawah yang membalas tembakan mereka. Terjadi baku tembak di pagi yang masih gelap ini. Dia terus menatap seseorang itu dan terkejut.
"Han?"
mulutnya tanpa sadar mengatakan nama sahabatnya yang di duga mati di terkam monster. Balqis yang mendengarnya langsung bergegas menghampiri Bintang.
"Dimana Han? Bintang apakah mereka yang menembaki Han?".
"Tenanglah, Han di bawah sana. Kau tunggu di sini, aku akan membantu dan membawanya ke sini." perintah Bintang. Balqis mengangguk dan mundur kembali ke pojokan gua kecil itu.

Bintang keluar dan menembaki orang dari belakang mereka, guanya terletak persis di pinggiran jalan berbatu yang mereka tidak sadari keberadaannya. Dua atau tiga orang tertembak dan meluncur jatuh ke bawah tempat Han berada. Dan mereka yang selamat dari serangan mendadak langsung berpencar mencari tempat perlindungan baru, sebagian sembunyi dibalik pohon besar dan sebagiannya masuk ke semak belukar.

Bintang meluncur bebas ke bawah, dengan hukum gravitasi dia meluncur mendekati sahabatnya, Han di bawah sana. Tubuhnya dihujani peluru tapi tak satupun mengenai,  dia berguling dan mendarat tepat di samping Han yang sibuk membalas tembakan mereka. Bintang terbaring tengkurap membantu melesatkan pelurunya, ke arah musuh yang mereka hadapi.

"Aku senang melihatmu, kawan." Han melirik Bintang dengan senyum dan alis kiri yang terangkat memicing khas nya. "Begitu juga aku, maaf aku meninggalkanmu kemarin." Bintang berbalik, mengisi peluru di senjatanya yang kosong.
"Di atas sana Balqis menunggu kita, dia bersembunyi di balik gua kecil." lanjut Bintang. Han hentikan tembakannya, pandangannya terpaku pada seseorang. "Sepertinya mereka menemukan Balqis." ujar Han.

Bintang terkejut dan berbalik menghadap ke atas. Memandang Balqis yang ditodongkan senjata tepat di kepalanya. Disampingnya berdiri seorang pria tinggi dan kurus, mengenakan pakaian serba putih berkerah panjang menutupi lehernya. Tatapannya dingin dan tajam, tidak ada senyum di wajahnya. Raut wajah Balqis terlihat ketakutan dan hampir menangis dengan kedua bibirnya yang bergetar. Pandangannya beradu dengan Bintang, mengharapkan keselamatan.

Bintang dan Han kembali dikejutkan dengan seorang wanita yang muncul di samping kiri Balqis, wajah terlihat cantik dan menarik dengan bibir semerah darah tetapi ekspresi dingin tetap terasa, setelannya sama seperti pria yang menodongkan senjatanya ke Balqis. Tetapi kerahnya dibiarkan terbuka sampai ke bawah sehingga memperlihatkan belahan dadanya. Ada yang membuat Bintang dan Han merinding melihatnya, ia ditemani 4 sosok monster yang menyerang Bintang dan teman-temannya kemarin.

Makhluk raksasa itu seperti Serigala, bulunya putih bersih dengan ujung telinga yang panjang dan runcing. Darah keluar dari moncongnya bersama tetesan air liur yang kental, mulutnya melebar memperlihatkan gusi putih dan taring-taring yang menguning. Beratnya pasti tak kurang dari enam ratus kilogram. Matanya yang merah menyala terpaku pada calon mangsa mereka di bawah, Bintang dan Han.

Balqis kembali di tarik kasar oleh pria kurus dan tinggi itu, bergerak menjauh dari pandangan Bintang dan Han. Matanya sayu dan ketakutan, dia berlahan menghilang dari pandangan Bintang, tertutup bahu jalan. Orang-orang yang menyerangnya pun keluar dari tempat persembunyian dan pergi. Bintang mencoba berdiri tetapi tangan Han menahannya. Wanita dengan 4 monsternya masih berdiri menatap dingin ke arah mereka. Tangan kiri terangkat menunjuk Bintang dan Han, kali ini dengan ekspresi tajam dan bibirnya tersenyum.

"Serang mereka!!!!"

Makhluk itu meraung dan melolong, mendapatkan perintah dari majikannya. mereka berlari mendekat menuruni ke tempat Bintang dan Han berada. Lolongannya kembali terdengar memekakkan telinga.

HuuuuuuuiiiiiiiioOOOOO


To be continued...

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang