Chapter 18: Perkenalan Keluarga.

28 13 3
                                    

Malam kini menyelimuti langit, pandangannya menembus kaca jendela tempat Balqis berendam di bath-tub dengan air panas alami yang beruap. Ia kemudian memejamkan mata dan membayangkan dirinya berada di sebuah spa ala Eropa yang mahal. Dekorasi kamar mandi itu memang cukup mewah, handuk dari katun yang tebal serta peralatan mandi yang lengkap. Walaupun suhu air itu hanya beberapa derajat sebelum setelah mendidih, namun Balqis masih menggigil. Sebagai bidan yang tau beberapa ilmu kedokteran, ia mengenali gejala bahwa dirinya terguncang ketika adrenalin yang telah membuatnya bertahan hingga saat ini mulai mereda.

Ia merendam seluruh tubuhnya di bak mandi, membenamkan kepala di bawah air, dengan rambut mengambang keluar. Kehangatan air merasuki, menghangatkan seluruh jaringan tubuhnya. Segenap perasaannya menjadi tenang. Ia mengambil nafas, membiarkan dirinya tenggelam. Sesaat panik, dan semua akan berakhir. Segala rasa takut, segala tegangan. Ia akan mengendalikan nasibnya sendiri, mengambil kembali apa yang telah dirampas para penawan. Hanya satu nafas...

Disaat dadanya mulai terasa sesak, ia mengingat kembali sosok laki-laki yang memeluknya erat di hutan kemaren malam, sosok yang di rindukannya saat ini, Bintang.
Balqis beringsut, keluar dari air panas yang membasahi wajah dan rambutnya serta seluruh tubuh indahnya. Nafasnya mengambil udara dalam-dalam dengan debug jantung yang begitu kencang.

"Apa yang aku lakukan?" Balqis menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aku yakin Bintang akan menjemputku dan takkan membiarkanku celaka." lanjutnya. Balqis bangkit dari bak mandinya, tubuh telanjangnya sangat basah diselimuti air panas yang mengucur menuruni lekuk tubuh indahnya, kaki kanannya melangkah keluar dari dalam bak mandi itu di ikuti kaki kirinya, dia menuju cermin kaca dengan ukuran besar di dalam kamar mandi itu.

Matanya memandang dirinya dalam pantulan cermin kaca, buah dadanya di biarkan menggantung bebas dan bergerak mengikuti hembusan nafas. Dia meraih handuk yang tersampir, kemudian mengelap dan mengusap lembut permukaan kulitnya menghilangkan air yang membasahi tubuh, kemudian menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Sambil berfikir tentang Bintang, gigil tubuhnya kian berkurang.

Balqis keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidur yang disediakan oleh sang penawan, dengan handuk masih di tangan mengusap-usap rambut basahnya membiarkan tubuhnya tetap telanjang, ia kini menuju cermin yang terpasang menyentuh lantai di samping wastafel. Permukaan cermin berkabut, tapi tubuh telanjangnya terlihat jelas. Ia melihat paha kirinya, bukan untuk mengagumi secara narsistis, tapi demi mengamati luka robek akibat cakaran Serigala raksasa peliharaan keluarga klan Akatsuki yang sebelumnya di tutupi dengan kain sobekan jaket miliknya. Rasa sakit dan perih di paha kirinya mengingatkan dirinya pada sesuatu yang esensial. Ia masih hidup.

Balqis meraih kotak obat yang tergeletak di meja rias dan membawanya ke atas tempat tidur yang empuk, dia mulai mengoleskan obat semacam salep ke permukaan lukanya, terasa panas dan perih sehingga ia menggigit bibir bagian bawah namun dia sanggup menahannya. Kemudian dia menutupi dan membalut luka tersebut dengan sangat hati-hati dan rapi.

Dia mulai melirik tumpukan pakaian yang disediakan oleh sang penawan, meraih dan memakainya satu persatu. Setelah mengenakan underwear dan bra berendra putih, ia kini memakai kemeja berlengan pendek berwarna biru langit yang cerah senada warna dasarnya dengan bordiran bunga dan daun serta tangkai yang panjang menghiasi barisan kancing dan bagian bawah kemeja. Dibawahnya ia memakai celana panjang berkain tebal warna hitam yang ketat sehingga memperlihatkan lekukan pantat padat dan berisi yang begitu indah. Sedangkan kakinya memakai boot kulit warna hitam yang panjang menutupi betis dengan ujung atasnya berbulu lembut. Semua yang di sediakan oleh sang penawan begitu pas dan cocok di tubuh ramping Balqis.

LOLONGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang