Chap. 26 [Pagi Panas!!]

50 3 0
                                    

'Ekhem'

Hidupku selalu dimulai dengan berd'ekhem'. Itupun kalau tenggorokanku tidak serak. Abaikan.

Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Kalau lupa lupa gosok gigi?

Hmm...

Berarti aku tidak ingat. Abaikan lagi. Astaga. Diabaikan itu sakit_- *sedang bapereu

Kenyataannya, aku belum beranjak dari kehangatan ini sama sekali. Kehangatan yang jika dibiarkan lama akan panas juga.

Panas enak.

Awal pagi yang cerah di musim semi. Bunga-bunga bermekaran di alamnya. Begitupun dengan alam hatiku, betapa merdekanya karna Taeyong tidak jadi memarahiku.

Mengingat photographer sialan bersama ketololannya yang hampir membuat hubunganku berantakan. Ingin sekali mengutuknya dari kejauhan menjadi tai.

Untung Taeyong meng-cancel marahnya. Kalau tidak, mungkin wujudku berubah menjadi perkedel tempe hari ini. Ditambah saus, pasti lezat.

Aish... Jantungku tak berhenti memompa kencang, perasaan campur aduk antara senang dan bingung. Di mana aku sekarang?

Di dalam selimut! Bersama seseorang yang masih bermimpi (?) Sedang... em, sedang kepanasan. Malam tadi dingin tapi pagi ini sangat panas.

Panas enak kataku juga. Ingin mencoba? Jangan, jomblo tak akan bisa. Aku serius.

"Untung aku bangun yang pertama,"

Tanganku menyentuh ujung pundak tanpa busana ini. Kulitnya lembut seperti seorang pecandu handbody lotion. Baby dear,

Deruan nafas tenang di telingaku. Berembus mengenai keningku.  Tak ingin melewatkan pemandangan indah ini.

Matanya, hidungnya, mulutnya... datar.

Ah, tidak. Maksudku, sempurna.

"Kapan kau akan bangun dan melepaskan rengkuhanmu?" Ucapku halus. Selembut ulat sutra.

Dia masih tidur.

Aneh, kapan dia membuka bajunya? So' seksi! Untung perutmu berotot, kalau berlemak'kan susah. Kau harus operasi sedot lemak.

Hihi,

Mendapat bisikan setan, jariku menyentuh hidungnya. "O! Hidungmu tajam,"

Mengukurnya dengan jariku. Biarlah ku jadikan pria ini boneka beberapa menit. Asal dia jangan bangun saja.

Telunjukku terus meluncur melewati ujung samurainya yang tajam. Woah, apa ini?

"Ternyata lubang hidungmu juga dua, em! Boleh jariku masuk? Ah tidak jadi. Di dalam sana gelap dan berbahaya, aku takut gelap."

Telunjukku telah sampai di di atas bibirnya. "Benda ini pernah menggigit bibirku sampai aku kecanduan, dasar-"

Krek!

"Ahk!!"

Demi nenek dan gayungnya! Benda itu menggigit jari telunjuk terhormatku. Dia mulai membuka matanya dan memegang tanganku. Menatap juga.

"M-maaf'kan aku, a-ada nyamuk di wajahmu jadi a-aku mencoba mengusirnya," gugupku.

Takut dia marah. Kenapa juga mengabulkan bisikan setan tentang menyentuh wajahnya?

Setan itu jahat Yihwa. Ingat!

Siapapun  yang ingin menghancurkan hubunganmu itu adalah Setan. Walaupun berbeda jenis, setan tetaplah setan.

Dia melepaskan jariku dari mulutnya.

"Satu - satunya nyamuk di sini adalah kau." Ucapnya. Membuka selimut dan duduk.

Dia meregang tangannya, sementara aku masih tidur terlentang. Setelah dihina, aku dikatakan nyamuk oleh mulut Baigon itu.

Dia melirik ke belakang, ke arahku.  "Bangun. Mandi dan bersihkan air liurmu." dia menunjuk dagu sudut bibirnya.

Dengan cepat ku raba sekitar pipiku. Liur? Sesuatu bau, yang jika disentuh kau akan langsung melompat mencari tissue.

Tidak!

"Huh? Kau bohong! Tidak ada apa - apa di pipiku. Aku tidak suka meliur-liur ya," Ketusku.

"Cepat mandi,"

"Mandi? Tidak mau. Dingin, nanti saja siang sekalian." Menarik selimut dan membungkus diriku sendiri. Meringkuk malas.

Taeyong diam. Tiga detik kemudian dia menyentuh ujung jari kakiku. Geli.

"Jangan sentuh telapak kakiku! Aku tidak tahan geli," sambil menggerakkan kakiku. Ucapanku diremehkan dan sekarang tangannya merangkak ke buah betisku.

Ingin rasanya menendang dengan kaki satunya lagi. Lututnya ikut merangkak berada di kedua sisi kakiku.

Jangan sampai ada adegan tindih-tindihan pagi ini! Aku sedang tidak mood.

Taeyong berada di atasku dengan tangan menahan tubuhnya seperti push up, mataku menatapnya jelas dan dia memberikanku tatapan 'penggaris cina' . Tch,

"Kau harus menuruti perkataanku karna aku sedang marah. Mandi, sekarang." jelasnya.

"Huh?"

Apa? Jadi, dia belum sepenuhnya baik lagi padaku? Tch, ku kira dia sudah melupakan marahnya.

Harusnya aku sadar. Dari bangun tadi, dia sama sekali tidak tersenyum padaku. Hem,  pria dengan senyum mahal dan murah marah sedang menghantuiku sekarang.

"K... kau masih marah?" Tanyaku, bergerak pun tak berani, apalagi memeluknya walaupun  kesempatan sedang di depan mata.

"Aku menyuruhmu mandi, bukan bertanya. O! Aku tahu. Kau ingin mandi keringat? Aku bisa langsung memulainya sekarang,"

What do you think about that?

Tbc...

Romantic Dirty 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang