Chap. 41 [Taeyong Sayang.. ]

48 3 0
                                    

Sebelumnya... [Taeyong pov]

Di dalam mobil, arah jalan pulang. Aku sedang menyetir.

Bukan tak sengaja tapi mataku menangkap sesuatu yang aneh di ujung sana. Siapa itu? Orang gila? Kenapa dia melambai-lambai di tengah jalan seperti itu? Cari mati_-

Tunggu! Gadis itu? Astaga. Aku terkejut! Si Buntal dengan kebodohannya. Aish!-

Tiba-tiba nenekku menepuk-nepuk pundakku. "Taeyong! Kau lihat? Dia seperti gadis gila," Ucapnya. Gadis gila itu pacarku Nek, jangan menghinanya sembarangan_-

Sedang apa dia?

Dia pasti mencariku. Pasti juga Kak Lay yang memberikan alamatnya. Ini'kan jauh! Kenapa dia pergi ke sini sendirian? Kenapa juga berhenti di tengah jalan seperti itu?

Apa mobilnya mogok?

Dasar bodoh_-

Aku terus menancap gas di kakiku, tanpa berniat menghentikan mobilnya. Tanggung sekali, hanya 100 meter ke depan aku sampai di rumah nenekku.

"Nenek, setelah mengantarmu pulang ke rumah. Aku ada urusan sebentar ya..." Ucapku. Menaikkan kecepatan dan mengabaikan gadisku sementara.

Setelah sampai di rumah nenekku. Hujan turun sangat lebat. Ini akan menjadi setengah badai! Bagaimana dengan nasib buntalku di jalan?

"Nek, aku pergi ya!" bergegas masuk mobil.

"Taeyong, jangan pergi. Lihatlah sudah mulai hujan!" larang nenekku.

"Ikanku akan terbawa banjir kalau aku tidak menjemputnya."

"Ikan apa Taeyong?"

"Buntal Nek,"

Aku masuk dan mengendarai mobilku dengan cepat. Hujan bukanlah penghalang. Ini hanya property yang dibuat Author untuk menambah suasana_-

'Bruuuum~'

Ketemu! Itu dia. Sudah kuduga, dia akan berdiri dengan bodoh di sana. Aku menghentikan mobilku beberapa meter di depannya.

'Cekiit!'

Mengambil payung dan keluar. Payungnya sudah kupasang tapi angin meniupnya dengan kencang. "Aish! Sial-"

Dia menatap ke arahku. Hah' astaga. Terlihat menyedihkan, wajahnya sangat pucat. Celana pendek? Dia ingin mati-

"Kemarilah!" teriakku. Tapi teriakanku terbawa angin dan tercecer kemana-mana.

Kurentangkan tanganku. Dia mulai bergerak. Pintar, Kemarilah. "Kau yang mencariku, seharusnya kau yang berlari 'kan?"

Tap... Tap... Tap...

Gep-

Astaga...

Aku tersenyum kulum. Mendekapnya, takut dia terbang terbawa angin seperti payungku. Dia sangat dingin. 'Apa yang kau lakukan hujan? Mencari mati dengan membuat gadisku kedinginan!'

"Mianhae..." ucapku rendah, ragu dia akan mendengarnya. "Mianhae aku datang terla-" ucapanku terpotong, sudah kubilang dia tidak mendengarnya_-

"Terimakasih dan maaf... walau kau pergi sejauh apapun. Seumur hidupku, walau kau kecewa dan membuatku sedih. Walau kemana pun kau pergi, aku akan terus mencarimu... " Ucapnya.

Aku bahkan lupa alasanku pergi_-

"Hm, jangan memakai celana pendek, saat keluar rumah! Dan jangan berhenti di tengah jalan kemudian berteriak seperti orang gila," Ucapku agak keras, karena telinganya mungkin sudah pengang karena hujan.

"Taeyong..." panggilnya

"Taeyong... aku merindukanmu,"

"Em, lepaskan pelukanmu ayo masuk mobil!" ajakku. "Yihwa?" Astaga! Sekecil apa suaraku, hingga tidak sampai ke dalam telinganya_-

pelukannya semakin berat. Kenapa?

"Yihwa?"

"Kau baik-baik saja?"

"Yaak-"

Aku menarik wajahnya hati-hati. Aku menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Dan Astaga... kalau mengantuk kenapa tidak tidur saja?

"Bodoh_-"

Pingsan adalah hobinya. Kalau tidak percaya lihat saja dari mulai season pertama cerita ini, dia selalu pingsan_-

Aku membopongnya ke dalam mobilku, mobil dia? Akan ku'urus nanti. Aish- dia membuatku khawatir setengah mati.

"Kau akan baik-baik saja. Jangan mati dulu, kita belum menikah. Maksudku, masing-masing dari kita belum menikah,"

Jangan sampai dia sadar dengan perkataanku barusan, aku bercanda. Memang candaanku seperti itu_-

*LOLnyink*

Sampai di rumah nenekku.

Aku membopongnya lagi masuk rumah, dalam keadaan sama-sama basah aku membawanya ke dalam. "Taehyung! Buka kamar yang itu! Cepat!" teriakku.

Boleh menyebut 'vangsat?'

Taehyung. Dia pura-pura tak mendengar perkataanku, duduk membelakangi so' menonton tv dengan serius. Padahal sedang iklan_-

"Taehyung! Kau dengar tidak?!" teriakku. Tanganku sudah pegal karena membopong gadis ini, mana dingin lagi.

Shuuuh-

Dia masih tidak mau menoleh, baiklah. Kalian tahu sabarku lebih rendah dari pada amarah, akan ku apa kan supaya pintunya terbuka?

'BRAAAAAK!!'

"AAHHK!" teriak kanget anak bungsu dari ibuku. Mati saja bersama tv!

Kakiku sakit, tapi tak seberapa dibanding mendobrak dinding, pintu lebih mudah. Yihwa ku tidur'kan di atas kasur besar ini.

Nenek ku tiba-tiba datang. "Ada apa? Siapa itu?" tanyanya, sedangkan cucu terakhirnya sedang sembunyi ketakutan di belakang tubuhnya. Ingin sekali menendangnya!

Tahan amarahmu sekarang, Yihwa lebih penting. "Nek, bisa tolong aku pinjami baju? Dan tolong pakaikan juga padanya. Ku mohon..." rayuku,

"Baiklah, baiklah. Tapi, gadis itu pucat sekali seperti sudah mati..." Ucap nenek... ku. Astaga, semoga saja itu bukan do'a seorang nenek_-

Nenek ku pergi dengan cepat sedangkan Taehyung, dia berdiri diam. Aku mendekat dan menatapnya datar,  "Sejak kapan kau menjadi buta pendengaran hah?!"

"H-hyung..."

Aku menendang sedikit kaki kanannya. Sumpah! Aku sangat kesal padanya!

"Ahk! Sakit!"

Aku mengabaikannya dan berjalan panik.

Nenekku datang lagi, "Nenek akan mengganti bajunya sekarang..." Ucapnya.

Aku memegang pundak kaos Taehyung dan menariknya keluar. Menutup pintu, dan menyender di belakangnya.

"Hyung. Kenapa kita tidak membantu nenek di dalam? Aku bisa memasangkan celana dal-,"

"Kau ingin mati?"

"Huh?" dia menggeleng cepat.

"Apa kau tak merasa bersalah sedikitpun karena pura-pura tak mendengarku?" tanyaku sinis. Dia memegang dadanya, "Aku? Tidak, itu karena kau pergi meninggalkanku di tiang,"

"Yak! Itu dosamu sendiri!" menggretak gigiku geram. Tahan kakimu Taeyong, jangan membuatnya pincang hari ini. Shuuu~

Asli, dia belum dewasa. Mungkin dia sedang dalam masa ketololan remaja_-

Tbc...

Romantic Dirty 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang