Chap. 31[Angry Taeyong 2]

32 3 0
                                    

Ku turunkan kakiku dan menyeka air mataku yang baru saja jatuh lagi, dan sekarang jatuh lagi, mataku akan kesakitan. Terus menunduk dan diam. Aku lelah. Aku benci.

Mati saja-

Kenapa pria lain memelukmu? Apa kau selingkuh? Apa kalian diam-diam berpacaran di belakangku?" tanyanya bertubi-tubi.

Aku terus saja menunduk takut. "A-aku tidak selingkuh. Dia tidak sengaja memelukku. Kau harus percaya padaku,"

"Karena kau bicara sambil menangis?"

"Karena kau pacarku!"

"Pacar, makanya harus percaya setiap ucapannya sekalipun itu berbohong? Aku tidak percaya."

Tangisanku lebih kencang dan refleks tanganku memukul sesuatu di hadapanku. "Aku tidak berbohong Taeyong!"

"Buktinya?"

Asu! Kenapa dia tidak percayaan sekali?

"Aku tidak berbohong, kau harus percaya. Aku tidak berbohong..." Suara ku merendah.

"Astaga, berhenti menangis dan bicara yang sejujurnya-" Ucapnya membuka pintu mobil dan keluar.

'bluk'

"Ini... Buruk_-"

Aku mendongak, dia duduk di van mobilnya. "Apa ini? Dia bukan pria manisku. Sepenuhnya datar dan kejam. Aku benci, brengsek... " gerutuku.

Sudah hampir tengah hari, dia terus saja duduk menyender di van mobilnya. Padahal hari ini cuaca panas. Apa dia tidak kepanasan?

Hanya duduk, seperti melamun. Entah, semoga saja dia sedang menyesal sekarang_-

Kenapa tidak masuk saja? Ih! Nanti hitam dan menjadi buluk, kau tidak akan tampan lagi!

Di dalam mobil juga panas, keringat bercucuran di mana - mana termasuk di semua lipatan tubuhku.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan sana. Keluarlah dua orang pria tamvaaaan!

"Uh? Siapa mereka? Sepertinya aku kenal,"

Mereka datang menghampiri Taeyong dengan tergesa-gesa, sepertinya ada sesuatu. Tiga pria di sana. 'apa yang kalian bicarakan?' Percakapan mereka terlihat serius dan membingungkan.

Dua pria tadi masuk kembali ke mobilnya dan pergi. Taeyong juga masuk ke mobil ini kembali, duduk di sampingku lagi. Ekspresinya datar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan selain tahu dia masih marah padaku.

Dia segera menyalakan mobilnya dan memulai perjalanan lagi. Mengebut, tapi tak segila tadi.

"Temanku, kecelakaan." ucapnga tiba-tiba.

Aku menoleh, "Huh? Siapa?" tanyaku.

"Guanlin menabrak mobil Wonwoo, kita akan ke rumah sakit sekarang."

G-guanlin? Wonwoo? Guanlin yang mana? Aku lupa. Yang aku ingat hanya Bambam, aku sama sekali buta ingatan tentang temannya yang lain.

"Semoga mereka baik-baik saja," khawatirku.

"Tidak salah?"

"Kenapa?"

"Bisa saja aku kecelakaan juga sekarang karena kau mengkhawatirkan pria lain,"

"Lalu aku harus bagaimana?!"

"Hanya memikirkan satu pria dan itu aku,"

"Oke, terserah. Baiklah, aku mengerti_-"

Akhirnya sampai... Aku dan Taeyong turun di depan sebuah Rumah Sakit besar entah merk-nya apa. Kami masuk berjalan melewati parkiran dan sampai di ruangan IGD.

Teman-teman Taeyong yang lainnya sudah di sini juga, dan mereka dalam keadaan gelisah tampan. Taeyong berlari menghampiri mereka meninggalkanku yang berjalan di belakangnya.

"Tch, apa dia lupa aku masih hidup?" kesalku.

Mereka semua dalam jarak pandangku. Malu menghampiri ke sana, akhirnya aku hanya berdiri menyender di tembok.

Beberapa suster dan dokter jelalatan memperhatikanku. Jangan lupakan aku sedang memakai baju pria sekarang. Apalagi celana levis robek ini! Kalau saja tidak malu, aku akan membukanya di sini dan pulang dalam keadaan telanjang.

Lama sekali menunggu, Taeyong juga tidak terlihat lagi setelah masuk ke sana. Aish! Menyebalkan_-

"Dia sedang mengkhawatirkan temannya jadi lupa padaku, aku baik - baik saja. Dia juga tidak mencariku. Lebih baik pulang sekalian dari pada diabaikan di rumah sakit besar ini. Menyesatkan sekali-"

"Taeyong... aku pulang ya, brengsek. Tidak niat membawaku ke sini ya pulang'kan saja, kenapa kejam sekali membuatku berdiri stres di sini?!"

Kakiku melangkah keluar rumah sakit mencari angkutan umum. Perut-ku mulai berirama kelaparan. Hatiku sakit, kesal, sebal dan semacamnya.

Berjalan menunduk lemas, tak memperhatikan sekitar. Akhirnya aku menabrak seseorang tapi aku yang jatuh tersungkur.

Bugh'

"Ahk!"

Dia mengulurkan tangannya, wajahku terangkat. "Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Dia membantuku berdiri.

"Maaf, aku tidak sengaja. Permisi..." ucapku.

Pertama kalinya berniat pergi setelah melihat pria tampan. Entah, nafsu-ku rendah untuk hari ini.

"Tunggu!"

Aku berbalik.

"Bukannya kau pacarnya Taeyong?"

Tbc...

Romantic Dirty 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang