2. Telfon Singkat

204 29 1
                                    

'Aku merindukan mu, merindukan mu seperti orang bodoh.'

•••

Mark udah bangun dari jam 5 subuh, siap siap mau ke tempat syuting. Dia gak terlalu peduli sama Jessie yang bisanya cuma marah marah, gara gara Mark lupa ngabarin.

Bukan nya gak peduli, lebih tepatnya Mark udah gak sayang sama Jessie. Jahat? gak lah. Bagi Mark, Jessie itu terlalu mengkekang dia. Karena Mark kaga suka di kekang jadi dia lama lama enek sama sikap Jessie.

Kalo kata Mark, pacaran itu bukan mendesak tapi mendukung. Tapi, bukan berarti Jessie gak pernah mendukung apa keinginan Mark. Jessie cuma gak mau Mark itu terlalu sibuk sama urusannya, sampe lupa sama Jessie.

"Gimana? udah bagus belom?" tanya Mark.

"Udah, kamu ganteng." balas seorang perempuan. Mark hanya tersenyum.

Tak lama ponsel Mark berdering, tanda ada seorang yang menelfon.

Jessie in comming call.

Antara mau angkat sama nggak. Tapi Mark kasihan sama Jessie yang dari kemaren nelfonin dia mulu.

"Hallo," sapa Mark.

'Hai, apa kabar?'

"Baik, kenapa?"

'umm, nggak, kemana aja? sibuk banget ya?' tanya Jessie.

"Ya sedikit, kalo mau ngomong, ngomong aja,"

'Aku ganggu kamu ga?'

"Mungkin?"

'Yaudah maaf, kamu lanjut aja. Bye.'

"Hm,"

Terputus.

Hanya itu percakapan mereka, kadang Jessie juga bingung kenapa Mark bisa berubah menjadi seperti ini.

"Aku kesana ya,"

"Hm." jawab Vanya.

•••

Jessie sedang berada di tengah tengah kota. Menikmati macetnya ibu kota di pagi hari. Selesai menelfon Mark, dia putuskan untuk jalan jalan ke luar rumah. Menikmati minggu pagi.

Seperti biasa, yang dicari pertama kali oleh Jessie adalah sarapan. Kalo kaga sarapan Jessie bisa ngamuk sampe nanti siang. Tadinya dia ngajak Lucas buat nemenin dia, tapi si Lucas mau jemput Grace di Airport.

Jadilah Jessie naik mobil sendiri keliling kota, soalnya lagi long weekend gitu jadi Jakarta rada sepi.

Jessie tiba di sebuah bubur ayam pinggir jalan yang biasa dia datangi tiap pagi bersama Lucas saat masih kecil dulu.

"Mbakk Jessie??" tanya abang abang tukang bubur.

"Iya nih, hehe, bubur ayam satu kaya biasa ya mas."

"Oke mbak, biasa nya sama Lucas, dia belom pulang ya dari Jerman?" tanya Bondar.

"Udah kok. Dia lagi jemput temen nya di bandara, jadi gak bisa ikut." jelas Jessie. Bondar hanya menggangguk dan segera memberi bubur pesanan Jessie.

The LouvreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang