15. Berlin Germany

108 19 0
                                        

Jika suatu saat nanti bukan saya bahagiamu, Ingatlah selalu bahwa saya pernah berjuang untuk itu.

Berlin - 2018

•••

Tepat pukul 8:30AM Lucas landing dari pesawatnya. Ia berjalan keluar pesawat dan mengambil barangnya di bagasi, dikiranya barang yang ia bawa sedikit ternyata lumayan banyak, jadinya Lucas mengambil troli buat koper koper nya.

Lucas mendorong troli itu dengan earphone yang menempel di telinga kanan kirinya. Ia juga masih meggunakan bantal dilehernya tanpa ia sadari.

Lucas menunggu taksi yang datang, sebenernya dia bisa aja naik bus hanya saja dia mager kalo disuruh nenteng nenteng 2 koper. Lagian Lucas sendiri bingung kenapa dia bisa bawa koper sebanyak ini?

Dari tempat Lucas bediri seorang wanita berlari mendekatinya dan tiba tiba mengoceh gak jelas karena Lucas pakai earphone dengan musik yang lumayan kenceng.

"Heh lo denger gak sih!?"

"Hah?"

Tiba tiba wanita itu mengambil salah satu koper Lucas. Melihat kopernya diambil pun Lucas segera mencegahnya dan ia pun melepas earphone yang di telinganya.

"Anjir mau diapain woi koper gue?!" teriak Lucas sambil memegangi kopernya. "Eh lu mana ngerti ya, sorry this is my suitcase bro. What are you doing?!"

"Heh gue orang Indonesia kali."

Mata Lucas melotot, "Oh, terus maksud lo ngambil koper gue apaan?"

Wanita itu mendengus, "Ini koper gue kali."

"Ah ngaco lo! ini punya gue kali. Mana mungkin juga gue ngambil koper orang." balas Lucas.

Wanita itu mengeluarkan sebuah kertas kecil bertuliskan kode kopernya yang sama seperti koper yang dibawa Lucas.

"Lah anjir, pantesan kok koper gue banyak amat sampe dua." Lucas hanya cengengesan. "Maaf ya mbak."

"Makanya lihat tuh pake mata, jangan pake dengkul." Wanita itu segera mengambil kopernya dan pergi meninggalkan Lucas.

"Hih, jadi cewek cuek amat, gak dapet cowok tau rasa lo."

Tak lama muncul taksi di hadapan Lucas, ia pun langsung masuk ke taksi tersebut dan menyebutkan rumahnya. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Lucas, hanya 30 menit dari bandara.

"Danke." Lucas pun turun dari taksi dan segera mengeluarkan kopernya dari bagasi taksi tersebut dan berjalan menuju pintu rumahnya.

Ia merogoh kantung kecil di tas ranselnya, diambilnya kunci kecil bergantungkan foto Jessie. Kemudian ia membuka pintu tersebut dan masuk kedalam.

Lucas langsung menyelakan lampu, melepas sepatunya dan naik ke atas menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur. "Ahhh udah lama juga ya gue gak bobo disini."

Lucas bangun hendak membereskan kopernya tapi ia tak menemukan kopernya di kamar nya. Ia pun bergegas turun dan juga tak ada.

"OMG! where is my suitcase?!"

Lucas pun membuka pintu mendapati koper hitam nya yang masih berada di depan rumahnya. "Lu ngapain disini sih tong!" Lucas pun membawa masuk kopernya.

Sebelum menuju kamarnya, perutnya berbunyi tanda ia kelaparan. Lucas pun berjalan menuju dapur mencari makanan sisa kemarin, dan ternyata semuanya habis. Gak ada bahan yang bisa di masak sama sekali.

"Haduh, masa gue baru dateng udah mau mati aja." Lucas memegangi perutnya yang berisik itu. Ia mendekati telefon rumah bersiap mengangkat genggaman telfon tersebut tapi tidak jadi.

The LouvreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang