27. Teman Sejati

137 13 3
                                        

Sudah pukul 9 pagi, Lucas masih menunggu Jessie pulang. Dia bilang terbang nya jam 7 pagi dari Jogja, sampe di Jakarta sekiranya jam 8 lewat. Tapi nyatanya sampe sekarang Jessie belum juga kelihatan batang hidungnya. Lucas mencoba menghubungi Varo tapi hasilnya nihil karena Varo ada kelas pagi di kampus.

"Duh, Jessie dimana sih?" Lucas mengacak rambut frustasi. Sebenernya Lucas gak ada di Bandara, tapi Lucas ada dirumah. Cuma dia berpegang teguh pada perasaan, dia yakin kalau Jessie belum ada di Jakarta saat ini juga. Lucas memang sok menjadi cenayang, padahal dia gak tau apa yang sebenernya udah kejadian.

Disisi lain, Jessie sebenarnya sudah mendarat tepat pukul 8.20 pagi. Jessie mencari taxi untuk segera pulang karena lusa dia harus kuliah lagi, berhubung udah mau lulus jadi Jessie harus rajin masuk. Jangan sampe ipk nya astagfirullah lagi. Tapi, Alhamdulillahnya, tiga semester berturut-turur, IPK Jessie mencapai 3,2. Itu adalah hasil yang tidak sia sia.

"Pondok indah ya pak."

"Oke."

Jessie menatap hujan diluar, sama saja seperti hujan dihatinya, ya walaupun begitu dia harus tetap tersenyum. Dunia boleh menangis, tapi hati dan matanya tak boleh ikut menangis.

Tak lama sebuah nama muncul di bar ponselnya. "Lucas?"

"Halo?"

"Jes." suara itu.

Jessie menarik nafas, dan membalas nya. "Kenapa?"

"Dimana?"

"Di taxi."

"Yaudah oke." Lucas pun menutup sambungan.

"Apaan sih gak jelas!"

Lucas : gue di jakarta.

Jelas kaget. Jelas sekali. Jessie tak tahu apa yang harus dia lakukan jika bertemu dengan Lucas, ah, untuk apa dia kembali? mau apa dia? pikir Jessie.

"Gila gue."

-

"Bang!"

"Apaan sih monyet. Gue baru selesai kelas." sahut Varo sambil merapikan buku-buku nya sendiri.

"Jessie udah di Jakarta."

"Yaudah, temuin." jawab Varo santai.

"Gue takut anjir."

"Goblok! apa yang harus di takutin?!" saat ini rasanya Varo ingin sekali menampol Lucas.

"Ya takut dianya galak."

"Lo kaya ga kenal dia aja men, dia kan emang galak dari lahir." jawab Varo sambil tertawa kecil.

"Iya juga ya."

"Nah yaudah, udahlah, lo temuin dia, lo jujur aja udah. Dari pada lo balik ke Jerman dengan gundah gelisah lagi." jelas Varo.

"Yaudah oke." Lucas mematikan sambungannya.

"Benar benar tahi kucing ini anak." Varo geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar kelas. Bay The Way, Varo ini mahasiswa abadi, dia sangat mencintai kampus sehingga memutuskan menjadi mahasiswa abadi. Walaupun gak abadi banget sih, soalnya Varo cuma ngulang dua semester bukan lima.

Varo juga termasuk anggota BEM, namanya juga orang ganteng, disuruh jadi anggota BEM mau aja. Soalnya banyak yang milih katanya. Kata siapa? Kata Jessie.

Diperjalanan menuju parkiran, Varo bertemu dosen Jessie, siapa lagi kalau bukan Brata.

"Weh bro!" sapa Varo.

"Weh gila, long time no see bray."

"Gila, udah jadi dosen ya lo, denger-denger jadi dosen adek gue." seru Varo sambil nge wink yang bikin Brata jijik pengen nampol.

The LouvreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang