Jessie udah di hotel sejak tadi pagi dijemput sama Andira di Stasiun. Sekarang Jessie lagi tiduran di kasur yang lumayan seperti Squisy, kenyal-kenyal membuat Jessie jadi kaya anak ayan diatas kasur.
Jessie mengambil ciki dalam kantung putih yang dibelikan oleh Andira. Tumben Dira bae. Pikir Jessie.
Sebenernya, Jessie gak punya tujuan kesini. Kalo ditanya mau ngapain yaudah gak tau mau ngapain. Kalo kata Jessie, "Dirumah bosen, keluar rumah gak tau mau ngapain."
"Ih sumpah gabut amat gue kek begini." Jessie bangkit dari kasur bergegas ke toilet untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya untuk keluar rumah, karena hari sudah semakin sore.
Selesai ganti baju dan mandi, Jessie siap-siap untuk dijemput oleh Andira. Tepat pukul 5 sore, Andira menjemput Jessie di hotel. Jessie masuk ke dalam mobil yang dikendarai Andira.
"Mau kemana?" tanya Jessie sambil memasang seatbelt.
"Pantai selatan."
"Anjir!"
"Hahaha!" Andira tertawa dan mulai menjalankan mobilnya.
"Gue serius anjir."
"Gue juga. Gue mau ketemu sama kak Daffa, dia sibuk banget dari kemaren gak ada waktu buat gue." jelas Andira sambil memperhatikan jalan sekitar.
"Ya dia kan dokter." sahut Jessie.
"Makanya jangan pacaran sama dokter."
"Lo aja dokter bego."
"Dokter gigi."
"Sama aja dokter dokter juga. Emosi gua." Andira hanya mengangguk dan tertawa sedikit.
Jessie memalingkan wajahnya keluar jendela, memperhatikan setiap gedung atau jalanan yang ia lalui. Sesekali ia bertanya pada Andira. "Tempat apaan tu Dir?"
"Oh, dugem."
Jessie memukul pundak Andira. "Serius gue."
"Apa ya? gue gak pernah kesana sih, kalo lo mau kesana ayok aja." ajak Andira.
"Nggak deh, creepy banget kayaknya."
"Nggak begitu sih, kata kak Daffa sih dulu tempat praktik dokter gitu deh." jelas Andira. Jessie hanya membulatkan mulutnya.
Pandangannya tertuju pada gantungan kunci berbentuk daun maple warna oranye. Kemudian memorinya terputar 12 tahun yang lalu, saat pertama kali Lucas memberikannya daun maple pertama yang Lucas dapat di Jerman saat Lucas pertama kali ke Jerman dengan ibunya.
Melihat Jessie taak sadar dengan pikiriannya, Andira menepuk pundak sahabatnya. "Eh kenapa?"
"Udah sampe. Ayo turun." ajak Andira.
"Hm," Jessie mengikuti Andira keluar dari mobil dan membawa tas jinjing kecilnya yang hanya cukup untuk dompet dan ponsel.
"Kemana?" tanya Jessie.
"Kesana. Gue udah pesen tempat, udah ada kak Daffa juga disana."
"Yaudah ayok."
Andira menunjukkan tempat yang sudah ia pesan, disana sudah ada Daffa dan beberapa temannya yang tinggal di Jogja.
"Lah kok, ada Tiara sama Sarah?"
"Iya mereka pas gue kasih tau lo mau kesini minta ketemu sama lo,"
Jessie terdiam ditempat, ia tak mau melihat dua wajah wanita itu.
"Jes, ayo." Andira menarik tangan Jessie.
"Lo tau kan, gue gak suka sama mereka sejak kelas 11?"
"Iya, terus?"
"Terus kenapa lo bawa mereka kesini? Dir lo gak lupa kan kejadian dia bikin gu--" belum Jessie melanjutkan, Andira sudah menutup mulutnya dan memberikan penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Louvre
FanfictionJangan tanya kenapa. Karena cinta tak butuh alasan. Seperti aku, yang tak butuh alasan untuk mencintaimu. 2018 by danzkeey.