Break - 17

2.2K 142 17
                                    

Happy Reading

___________________________

Setelah di rasa cukup tenang, Iqbaal  menjalankan mobilnya untuk pulang dan Iqbaal lihat di sana Salsha sudah pergi sedangkan matt masih berada di sana dengan tatapan kosongnya.

Iqbaal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Walaupun ia dalam keadaan kalut, Iqbaal tidak mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan atau dengan kecepatan tinggi. Iqbaal tidak ingin mati konyol hanya karna patah hati, karena sangat tidak lucu nanti jika ada berita 'si actor tampan' mati dalam kecelakaan tunggal karena menyetir ugal-ugalan disebabkan oleh patah hati. Yang benar saja, pikir Iqbaal.

Iqbaal saat ini sudah berada disebuh bukit, tempatnya menenangkan diri. Butuh waktu 2 jam dari jakarta untuk sampai ketempat ini, tempatnya sangat sepi bahkan saat ini hanya ada Iqbaal seorang diri yang sedang duduk di kap mobilnya.

Sekarang sudah jam 5 sore tetapi Iqbaal masih belum beranjak dari sana padahal langit yang tadinya cerah berubah menjadi mendung seperti menggambarkan suasana hati Iqbaal saat ini yang juga mendung.

Langit menembakkan suara petirnya di iringi dengan berjatuhannya tetesanan air dari langit. Iqbaal membiarakan tubuhnya di jatuhi oleh jutaan tetesan air itu, membiarkan dirinya basah kuyup.

Setelah di rasa cukup tenang Iqbaal kembali ke Jakarta, ia tidak akan langsung ke penthousenya tetapi ia akan ke penthouse Salsha.

***

Di dalam penthouse Salsha, gadis itu sedang berdiam diri di dalam selimut tebalnya. Salsha berniat untuk tidur namun hal itu harus tertunda karena bel penthousenya berbunyi. Dengan cepat  Salsha pergi menuju pintu untuk membukakan orang yang memencet belnya.

Salsha tercekat saat setelah membuka pintu, Ia melihat Iqbaal berdiri di sana dengan keadaan yang basah kuyup.

"Iqbaal?"

Salsha lantas menarik Iqbaal untuk masuk kedalam, baru beberapa langkah masuk Iqbaal memberhentikan langkahnya dan otomatis membuat Salsha juga menghantikan langkahnya. Salsha berbalik menghadap Iqbaal, menatap lelaki itu dengan bingung.

"Kenapa?" Tanya Salsha

Bukannya menjawab Iqbaal justru memeluk Salsha dengan erat. Salsha yang sedikit kebingungan dengan perlahan membalas pelukan Iqbaal, tidak peduli bajunya yang juga akan basah.

Iqbaal melepas pelukan mereka, menatap Salsha dalam.

"Kamu kok basah gini? Kamu nggak bawa mobil?" Tanya Salsha

Iqbaal diam tidak menjawab, ia masih setia menatap Salsha.

"Kamu kenapa sih baal?" Tanyanya lagi, Iqbaal menggeleng

"Lebih baik kita break dulu" ujar Iqbaal

"Apa? Kenapa?"

"Kamu yakinin hati kamu"

"Yakinin apa sih baal?"

"Tadi siang kamu ketemu dia kan?" Tanya Iqbaal lembut seraya mengusap kepala Salsha. Salsha diam enggan untuk menjawab, gadis itu menatap Iqbaal tidak percaya.

"Kamu yakinin hati kamu, Aku atau dia. Dan kalo kamu milih dia aku akan coba ngelepas kamu walaupun itu sakit. Karna aku bahagia kalo kamu bahagia meskipun itu bukan sama aku" ujar Iqbaal. Sakit sekali rasanya saat ia mengatakan itu, tetapi Iqbaal tetap mencoba tersenyum.

Iqbaal mencium kening Salsha lama
"I love you" ujarnya lirih setelah melepas ciumannya kemudian pergi meninggalkan Salsha tidak lupa Ia menutup pintu.

Salsha mematung, memandang kosong kearah pintu yang sudah tertutup. Tak terasa air mata telah mengalir deras di pipinya. Kaki Salsha melemah, ia terduduk matanya masih menatap pintu. Ia memegang dadanya yang terasa sangat sakit, Salsha terisak cukup keras. Kenapa rasanya sangat sakit? Bahkan saat ia ditinggal oleh matt rasa tidak sesakit ini  ia juga tidak menangis waktu itu, ia hanya terdiam dengan pikiran kosong. Namun saat ini ia menagis sejadi-jadinya.

Iqbaal berjalan pelan meninggalkan kediaman Salsha. Ia melangkah menuju tangga darurat, seperti yang ia lakukan saat akan bertemu Salsha tadi. Iqbaal menuruni satu-persatu anak tangga denga  pelan, tangannya sesekali mecengkram kuat pegangan besi sampai jari-jarinya memutih.

Sesekali Iqbaal terisak kecil seraya memegang dadanya. Iqbaal berhenti melanglah, ia duduk di salah satu anak tangga kemudian menagkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Iqbaal kembali terisak untuk kesekian kalinya.

Apa yang terjadi pada dirinya jika Salsha memilih matt? mungkin Iqbaal akan hancur berkeping-keping.

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, mereka menagis bersamaan.

                               ***

Ezar melangkah dengan santai menaiki satu-persatu anak tangga, rutinitas yang ia lakukan ketika ingin berkunjung ke penthouse Salsha agar badannya sehat.

Baru saja ia sampai di tangga lantai 12 , Ezar mendengar suara isakkan tangis. Bukan, itu bukan saura tangisan perempuan pikir Ezar. Ia memelankan langkahnya agar tidak terdengar kemudian mecondongkan kepalanya agar dapat melihat siapa yang sedang menangis. Seketika Matanya terbelalak ketika telah mengetahui siapa yang sedang menangis.

'Iqbaal' batin Ezar

Ezar melangkah mendekati Iqbaal
"Iqbaal" panggilnya.

Iqbaal mengangkat kepalanya menatap siapa yang sudah memanggilnya, Ezar menahan tawanya ketika melihat wajah Iqbaal yang sangat-sangat buruk. Matanya merah juga bengkak hidungnya pun juga merah, Pasti Iqbaal banyak menangis hari ini.

Ezar duduk di samping Iqbaal
"Lo kenapa?" Tanyanya

"Gue break" jawab Iqbaal dengan suara seraknya.

"hah? Siapa yang ngebreak lo atau Salsha?"

"Gue" jawab Iqbaal lirih

"Kenapa lo break?" Tanya Ezar

"Ngasih dia waktu buat milih, gue atau tuh cowok" Ezar mengangguk mengerti.

Ezar menepuk-nepuk bahu Iqbaal pelan, seolah-olah menenangkan lelaki itu.

"Gue yakin Salsha pasti milih lo" ujar Ezar yakin.

_________________________

Huhhh, segitu dulu ya man-teman
Minta komen sama votenya boleh kali yaa.

Salam pengejar_atlet
8-06-2018











The Feeling [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang