Serendipity (24)

1.4K 89 5
                                    

"Sayang aku kayaknya pulang sekolah bakalan latihan dulu deh, kamu balik bareng Dion dulu ya hari ini" Setelah membaca pesan singkat dari Rian, Icha hanya menghela nafas pelan

"Yaudah sayang, gpp kok ntar aku bareng kak Dion aja" Icha mengirim balasan pesan dari Rian.

Angin di bulan desember menghembus pelan rambut Icha, awan sudah mulai menampakan wajah muramnya, sebentar lagi langit akan menutunkan butiran bening yang sangat Icha sukai itu.

Icha berjalan menuruni tangga sekolah nya itu, saat tengah berjalan di depan koridor Icha bertemu dengan Dion yang tengah membawa beberapa buku cetak di tanganya, "Kaak yoyon," Dion memalingkan wajahnya melihat ke arah sumber suara.

"Kenapa haa?" Dion menjawab datar

Icha berdecak pelan,"Pulang bareng ya, tadi Rian chat  katanya hari ini dia ada latihan jadi pulangnya bakalan telat"

"Aduh gimana ya, lo liat sendiri nih gue lagi sibuk ama buku buku ini, lo tau sendiri bulan depan gue udah ujian," Dion menunjukan beberapa buku yang ada di tanganya

Icha hanya memajukan bibir mungilnya,"Yaudah gue pulang sendiri aja kalo gitu,"

"Eh lo yakin mau pulang sendirian? Kalo ada apa apa gimana?" Dion masih ragu melepaskan Icha sendiri

"Gue udah SMA udah gede, bukan anak sd yang apa apa selalu di temenin" Jawab Icha santai

"Tetep aja di mata gue, lo tetep Icha kecil yang kayak anak sd" Dion tertawa lepas sambil mengacak acak kepala adik bungsunya itu.

"Ish dasar punya kakak gini amat" Icha semakin memayunkan wajahnya.

Icha berjalan sendirian di lorong kelas, handset bertengger manis di kedua telinganya, lagu sendu di kala mendung adalah sesuatu yang sangat serasi.

Baru saja kaki Icha melangkah kan kakinya melewati gerbang sekolah, hujan dengan tenang nya turun membasahi tanah tanah yang sudah rindu dengan siraman lembut dari butiran bening itu.

Icha berteduh di samping cafe prince yang ada di depan sma pentagon itu, Icha tersenyum hangat, dia teringat di cafe itu tempat di mana Icha dan Rian mulai akrab, karna buku bersampul merah kesayanganya itu Icha sekarang sudah tidak jomblo lagi.

Icha menjulurkan tanganya, membiarkan hujan membasahi tangannya yang mungil, mata Icha terpejam menikmati air hujan yang menerpa pelan wajahnya.

Icha selalu suka hujan, karna selalu ada ketenangan yang dapat dia rasakan di dalam setiap percikan bunyi hujan, percikan itu seperti lagu yang bersenandung merdu di telinga Icha.

Begitu menenangkan dan suara hujan selalu berhasil membuat keadaan hati Icha menjadi lebih baik.

Ketenangan yang Icha rasakan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, sebuah tangan tiba tiba mendekap mulut Icha dengan sapu tangan yang sudah di beri obat bius yang membuat Icha langsung tak sadarkan diri.

Di sisi lain, Dimas dengan gelisah menatap ke arah jendela kamarnya, dia sudah berkali kali mencoba menghubungi Rian namun selalu tidak ada jawaban.

Hujan semakin deras mengguyur kota Raflesia itu, Dimas membanting hp nya asal ke atas kasur, "Rian kenapa lo nggak angkat telfon gue Arrrghh" Dimas mengacak rambutnya frustasi

Dimas mencoba menelfon Dion namun hasilnya sama saja, Dion sama sekali tidak menjawab panggilan dari Dimas.

Dimas menatap nanar ke arah luar jendela, air hujan mengalir dengan damai di luar sana, namun tidak dengan fikiran Dimas, dia sekarang sangat kacau dan cemas.

"Siapa lagi yang harus gue hubingin?" Dimas menggigit pelan bibir hawahnya, terpancar jelas raut cemas dan juga khawatir dari sorot mata lelaki itu.

Dimas menjentikan jarinya, "Ah iya gue harus kasih tau Figo, cuma dia harapan gue"

Dimas bergegas meraih hpnya dan menelfon Figo,

"Halo Figo, ini gue Dimas temen nya Rian  lo dimana?"

"Gue butuh bantuan lo, temuin gue sekarang!"

Dimas langsung mencari jaket yang ada di dalam lemarinya, dia menyambar kunci mobil yang ada di atas meja belajarnya dan bergegas pergi menemui Figo.

Di sisi lain, Rian tengah sibuk dengan bola basket yang ada di tanganya, keringat bercucuran di antara otot otot lenganya yang kekar, dia sedang latihan basket sekarang.

Rian melemparkan bola ke dalam ring hanya dengan sekali lemparan bola tersebut melesat mulus jatuh ke dalam ring.

"Puuuiitttt" Bunyi pluit mendakan latihan sudah berakhir, Rian mengambil tupperware hijau yang berisikan air putih itu, dengan sekali tegukan botol yang tadinya penuh sekakarang menjadi kosong melompong.

Rian merain hpnya yang tadi sengaja dia matikan setelah dia mengirim pesan kepada peri kecilnya.

Rian berniat menelfon Icha menayakan sudah sampaikah peri kecilnya itu di rumah, Rian mengerutkan keningnya ketika melihat ada 52 panggilan tak terjawab dari Dimas.

"Kenapa ni anak nelpon gue?" Rian masih menatap ponselnya dengan wajah bingung

Rian lalu melihat wattsap dari Dimas,

"Lo dimana?"

"Anggkat telfon gue goblok!"

"Lo dimanaa? Lo sama Icha kan?"

"Jangan biarin Icha sendirian!"

"BACA PESAN GUE WOY!"

"lo hari ini ada latihan kan? Icha lo suruh pulang sendirian?"

"Rian angkat!"

"Icha dalam bahaya kalo lo biarin dia sendirian"

Rian mengerutkan keningnya dia semakin tidak mengerti dengan pesan yang Dimas kirimkan.

Dia lalu menelfon Dion, dia ingin memastikan bahwa Dion tadi pulang bersama Icha

"Halo Dion tadi Icha pulang bareng lo kan?"

"Apa? Dia pulang sendirian?"

"Lo dimana? Ke ruang olahraga sekarang"

Rian mengacak rambutnya frustasi, dia masih bibgubg dengan apa yang terjadu sekarang, Rian mencoba menghubungi Icha, namun selalu tidak aktif.

Rian bener benar khawatir dengan keadaan Icha sekarang, Rian merapikan semua perlengkapanya, dia melempar asal handuk kecil yang tadi melingkari lehernya.

Dion datang dengan wajah yang tak kalah khawatirnya dari Rian, baru saja Dion menerima spam chat dari Figo dan beberapa panggilan tak terjawab dari Dimas.

"Lo udah hubungin Icha?" Tanya Dion ketika sampai di depan Rian

"Ngggak ada jawaban! Gue udah telfon, chat nggak ada respon sedikitpun" Rian mengerang pelan

"Apa yang harus kita lakuin sekarang?" Dion menatap Rian bingung

"Bentar gue coba telfon ke rumah kali aja Icha udah pulang dan sekarang dia lagi tidur," Kata Dion seraya mengetikan beberapa nomor di ponselnya

"Halo bi, Icha udah pulang belum?"

"Owh gitu, yaudah bi nggak ada apa apa kok, kalo mama nanya bilang aja ada kerja kelompok,"

"Iya bi, walikum salam"

"Gimana, dia ada di rumah?" Tanya Rian penuh harap

Dion menatap Rian nanar,"Kata bi sarti Icha belum pulang dari tadi,"

"ARGHHH harusnya gue antarin dia pulang" Rian mengerang penuh rasa sesal.

Rian menerima pesan dari Dimas, Dimas mengirimkan sebuah alamat kepada Rian.

Rian menatap Dion, mereka berdua langsung bergegas menuju alamat yang di kirimkan oleh Dimas.

Komen ya biar gue tau kalo cerita ini ada yang baca!

Salam taramarischa

SERENDIPITY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang