Rian mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, hujan deras terus mengguyur tubuh kekarnya.
Tidak peduli dengan mobil yang ada di depannya, Rian terus menerobos banyaknya kendaraan dan juga hujan yang sangat deras, tidak ada yang lebih Rian khawatirkan lagi sekarang selain Icha.
Di sisi lain, di sebuah gedung tua, Icha duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki yang di ikat, Icha membuka matanya perlahan,"Gue ada dimana?"
Icha melihat sekelilingnya, ruangan itu sangat gelap,Icha melihat ada dua orang lelaki tengah berdiri di depan pintu, Icha mengingat ingat kembali apa yang sudah terjadi padanya.
"Lepasin gue, siapa kalian? Apa mau mau kalian? Lepasin gue!" Icha berusaha melepaskan ikatan tali yang ada di tangannya, seragam yang di pakainya tadi kini sudah kuyup karna basah oleh air hujan.
"Gue mohon lepasin gue!" Icha berteriak sangat kencang, dia sangat takut sekarang, berada di sebuah ruangan yang dia sendiri tidak tahu dimana, dengan keadaan tangan dan kaki yang di ikat dan tidak bisa melakukan apa apa.
Samar samar Icha melihat ada seseorang yang mendekatinya, Icha membulatkan kedua matanya ketika melihat siapa yang ada di depan nya sekarang.
Seperti di lempari ribuan jarum, Icha merasakan ada sesuatu yang salah dengan semuanya.
Bagaimana mungkin orang yang begitu Icha percaya bisa melakukan ini semua?
Orang yang selama ini Icha anggap segalanya bagaimana bisa mengurung dan menyekapnya seperti ini?
Ini pasti salah, tidak mungkin Icha tidak percaya dengan semua yang ada, "L..lloo, nggak mungkin, ngg.. Nggaak mungkin!" Icha tertunduk lesu, dia tidak bisa menerima semua keyataan ini.
"Kenapa lo kaget liat gue?" Orang itu menarik rambut Icha yang basah ke belakang agar bisa melihat jelas wajah Icha yang sudah di penuhi oleh air mata.
"Kenapa lo tega kayak gini sama gue kenapa? Apa salah gue sama lo?" Icha manangis tertahan
"Gimana terornya? Suka? Gimana kemaren nyebur ke kolam? Seru nggak? Atau mau gue kasih kejutan kejutan yang lain?"
Icha terperangah mendengar itu semua, "Jadi selama ini yang kirim gue surat ancaman, yang dorong gue ke kolam itu lo?" Icha masih tampak tak percaya.
"Iya gue, kenapa kaget ya?"
"Apa salah gue sama lo Rara!" Icha merasa semuanya ini salah, seharusnya tidak seperti ini.
Rara adalah sahabatnya sejak dia smp, tidak mungkin Rara setega itu padanya.
Kalian bayangkan saja bagaimana rasanya di hianati oleh sahabat sendiri, di hianati oleh orang yang begitu kalian percaya.
Sakit. Bahkan sangat sakit, Icha berharap ini semua hanyalah mimpi buruk
Icha harap dia segera terbangun dari mimpi buruknya ini, Icha harap esok pagi Rara masih menggandeng tanganya mengajaknya makan di kantin bersama sama.
Rara di depanya ini hanyalah ilusi, Icha berusaha menyakinkan dirinya bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk.
"Salah lo? Cih! Masih berani lo nanya begitu?"
"Salah lo itu banyaak Cha, banyak banget! Gue benci sama lo dari dulu! Gue benci sama lo yang selalu lebih dari gue, lo punya bokap sama nyokap yang selalu ada di samping lo walau pun mereka sibuk!"
"Lo punya kakak yang care banget sama lo! Lo pinteer, lo di sukain banyak orang, bahkan cowok yang gue suka juga suka sama lo!"
Icha benar benar terkejud mendengar itu semua, "Cuma karna itu lo hianatin persahabatan kita Ra?" Icha menggeleng tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [COMPLETED]
Teen Fiction"Gue nggak pernah nyangka mencintai lo itu adalah ketidaksengajaan yang sangat menyenangkan, terus berulang dan tak pernah mau berkurang," -Natasya Khairunisa Wijaya, gadis periang,manis dan penuh cerita "Gue di lahirkan karna gue di takdirkan buat...