Prolog

3K 107 32
                                    

"Hal yang lebih menyakitkan daripada perpisahan adalah menahan rindu setelah berpisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hal yang lebih menyakitkan daripada perpisahan adalah menahan rindu setelah berpisah."

-anymufta-

Suara klakson mobil itu terdengar nyaring di telinga Achel. Wajahnya cemas, matanya sedari tadi menatap jalanan penuh kendaraan yang berlalu lalang.

Lampu merah, membuat Achel semakin kesal. Ibu Kota Jawa Tengah ini tak berbeda dengan Ibu Kota Indonesia. Berbeda dari biasanya. Dikarenakan orang sedang mudik yang menambah keramaian jalan munuju bandara.

Achel berdoa dalam hati, supaya penerbangan menuju Ibu Kota negara diperlambat. Achel tak tahu lagi jika ia terlambat menemui sang pujaan hatinya. Grandiva Hestu Nicholas. Panggil saja Nicho. Lelaki yang membuat Achel percaya bahwa perpisahan itu menyakitkan.

Sesampainya di bandara, Achel berlari menerobos kerumunan pemegang koper. Achel tak berhenti berlari meskipun ia kesusahan bernafas saat ini. Yang penting, ia tidak terlambat untuk bertemu Nicho.

Achel berteriak memanggil Nicho ketika berhasil menemukan punggung Nicho, lelaki itu menyeret kopernya.
"NICHO!!"

Nicho menoleh, mencari-cari asal suara. Ia tidak menemukannya, lalu berjalan kembali. Langkahnya terhenti saat merasa ada yang hangat di tubuhnya.

"Nicho, aku akan merindukanmu." Achel memeluk Nicho dari belakang. Sontak Nicho tak dapat mengelak, ia hanya menikmati pelukan tangis Achel itu.

Achel perlahan melepaskan pelukannya. Nicho pun langsung menoleh ke belakang.

Achel memandang Nicho dari atas hingga bawah. Achel menggelengkan kepalanya ketika menatap koper hitam itu tergenggam erat di tangan Nicho. Nicho benar-benar pergi.

"Kamu yakin ingin pergi? Kamu yakin ingin meninggalkanku? Padahal, aku tidak pernah berniat untuk meninggalkanmu. Lalu mengapa kamu tega, Nicho?" ujarnya dengan suara isakan.

"Kita sudah putus, Chel," Jawab Nicho dengan wajah datarnya.

Achel semakin menangis menjadi-jadi. "Kamu bilang suatu saat kita akan bertemu. Aku nggak yakin, aku nggak percaya."

"Buktinya sekarang kita bertemu."

"Tapi ...."

"Aku akan pulang, orangtuaku tetap di Jepara. Jangan khawatir,"
Achel segera memeluk tubuh Nicho. Biarlah, ini adalah pelukan terakhir sebelum berpisah dengan Nicho bertahun-tahun.

Nicho membiarkan Achel menangis dalam pelukannya. Sesekali Nicho mengusap puncak kepala Achel dan menciumnya.
"Aku harus pergi."












Cerita dari Any yang entah ke berapa dari sekian banyak cerita yang tak terselesaikan. Aku berharap cerita ini dapat ku selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, aku butuh sumbangan dengan cara membaca cerita aku ini.

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang