18. Marchel vs Achel

383 15 0
                                    

Achel membanting pintu kamarnya kasar. Rasa kesal masih menyelimutinya sejak pulang sekolah tadi. Tentang murid baru yang mengingkari janjinya.

Achel heran, saat di tugu itu sifatnya baik. Lalu mengapa di saat sosok itu menjadi temannya malah ia bersikap seperti musuh?

Kemudian ia menghempaskan tubuhnya kasar. Merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya memberitahukan akun Instagramnya hanya karena ingin mengetahui nama sosok itu. Padahal, akun itu adalah akun rahasia Achel. Followersnya pun sedikit. Bahkan, teman-temannya mengira Achel tak memiliki akun media sosial. Namun, Achel tidak sekudet itu.

Achel menyipitkan mata saat sinar matahari masuk ke kamarnya melalui korden ungu yang terbuka. Angin sore menghapus keringat di pelipisnya. Sedikit mengurangi kekesalan pada diri Achel.

Saat Achel menutup mata, selembar kertas HVS mendarat di mukanya. Dengan sigap Achel mengambil kertas itu. Kertas yang suci kini penuh debu-debu yang menempel. Sepertinya kertas itu usai terombang-ambing oleh angin.

Achel membersihkannya dengan tangan, lalu bangkit dari tidurnya. Sekarang, Achel duduk di dinding dekat korden itu. Lalu menggoreskan tinta boxy, menuliskan sajak tak beraturan di sana.

Di atas kertas usang
Ku tuliskan sajak rindu
Ku titipkan pada angin yang kesana-kemari
Dengan mudahnya mengantar udara sejuk padaku
Menghapus sungai kecil di pipiku
Namun, dengan sulitnya menitipkan rindu padamu
Hai, sosok yang ku puja
Pulanglah, aku hampir menyerah

Ruangan bernuansa ungu menjadi saksi puisi pernyataan Achel. Serta angin sore yang menyambut lahirnya pernyataan itu.

Achel menggulung kertas usang itu, lalu mengikatnya dengan tali rafia hitam. Membiarkannya bergabung pada udara yang pasrah kepada angin yang membawanya pergi.

"Selamat tinggal, rindu. Cepatlah berakhir."

***

Mimpi apa semalam hingga Achel di beri tugas untuk memanggil anak X IPA 3 yang sama sekali tak dikenalnya. Apalagi kelas itu berada pada lantai dua.

Achel menghentikan langkahnya saat tangga transparan itu di depan mata. Ia ragu untuk menaikinya. Tiba-tiba saja otaknya memutar peristiwa beberapa tahun yang lalu. Di mana ia sedang berlari-lari pada tangga yang licin. Dan akhirnya kakinya menyelusup pada celah-celah tangga itu. Saat itu Achel tak sadarkan diri. Yang ia tahu, kepalanya sakit. Pandangannya kabur, tetapi ia masih bisa melihat darah di ubin sebelahnya. Setelah itu, ia tidak tahu apa yang terjadi. Kejadian itu yang membuat Achel takut ketinggian. Ia hampir kehilangan nyawanya. Untung saja setelah kejadian itu otaknya tak bermasalah. Meskipun agak geser sehingga sifatnya kurang dari waras.

"AKEL!!" panggilan tak berfaedah itu mengangetkan Achel sekaligus mengembalikan kesadarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"AKEL!!" panggilan tak berfaedah itu mengangetkan Achel sekaligus mengembalikan kesadarannya.

"Lo ngapain ngelamun di sini?" sosok yang mengagetkan itu mengikuti arah pandang Achel.

"Lo takut naik tangga ini?" nada bicaranya terdengar mengejek. Achel kemudian menolehnya, tatapannya begitu sinis.

"Nggak usah sok tau, tukang tipu!" ketus Achel.

Rasa kesal itu masih ada. Saat sosok itu menanyakan nama Instagramnya yang kemudian berjanji akan memberitahu namanya namun hanya penipuan belaka.

"Lah? Bengong lagi. Hobi lo bengong ya? Cantik-cantik kok bengong."

Achel semakin menambah api di matanya. Wajahnya merah serta kepulan asap transparan perlahan keluar dari telinganya.

"Eh, Akel! Gue mau nanya, lo operasi plastik di mana?"

Achel menautkan alis, lalu tangannya memegang kedua pipinya. "Siapa yang operasi plastik sih?"

"Akel lah!"

"Setahu gue, orang Jepara itu kulitnya sawo matang. Rambutnya hitam ...."

"STOPPPP!!" Achel memotong ucapan sosok itu. Napasnya menggebu menahan marah. "Stop njelek-jelekin orang Jepara. Asal kamu tau, AKU ANAK ASLI JEPARA DAN AKU NGGAK PERNAH OPERASI PLASTIK!!"

Achel menyenggol bahu sosok itu ketika melewatinya. Rasa kesalnya semakin bertambah.

Ia semakin melajukan larinya saat mendengar suara gedebukan. Achel yakin, sosok itu sedang mengejarnya.

"Akel maaf! Gue nggak bermaksud kayak gitu!"

Sosok itu menghentikan larinya ketika tangan menempel pada pundaknya. Jantung sosok itu berdegup kencang. Ia laki-laki, namun ia takut dengan hal yang berbau mistis. Jangan-jangan ....

"Marchel?"

Sosok yang dipanggil Marchel itu menoleh serta menghembuskan napas lega. Wajahnya masih tegang. "Lo siapa?"

"Aku Reyga, kamu yang namanya Marchel murid baru itu, 'kan?" Marchel mengangguk.

"Dipanggil Bu Ami sekarang!"

Marchel mengangguk kemudian membalikkan tubuhnya. Menjauhi Achel yang juga berlari jauh.

Marchel merutuki kebodohannya. Ia kira Achel akan tertawa lepas karena bercandanya. Ia sama sekali tak berniat membuat Achel marah.

"Akel maafin gue."

***

Suara masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Mulai dari bentakan, siulan, knalpot, dan lainnya. Marchel mengedarkan pandangannya ke seluruh parkiran. Wajahnya cemas saat ia tidak menemukan sosok yang dicarinya. Achel.

"Geva, kamu bilang Nicho mau pulang. Mana?"

Marchel diam tak bergeming dari posisinya. Ia menatap gadis berambut sedang itu berjalan ke arahnya. Tangan kanannya memegang ponsel, menempelkannya pada telinga.

"APA?! NICHO PUNYA INSTAGRAM?!!"

Achel segera mematikan panggilan. Beralih membuka aplikasi Instagram lalu mencari akun Nicho. Matanya berbinar saat ia berhasil menemukannya.

"Fachela!"

Achel mendongak, senyumnya langsung memudar begitu melihat Marchel melambaikan tangan padanya.

Achel memberhentikan langkahnya. Ia ingin berbalik. Namun Marchel menahan tangannya. "Maafin gue, Kel. Gue nggak ada maksud kayak gitu," katanya.

Achel menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. "Iya, aku maafin."

"Makasih. Btw, nama gue Marchel."

Achel hanya menjawab dengan anggukan singkat.

Tanpa mereka sadari, Shafa mengamati gerak-gerik mereka. Dibalik kaca spion motornya ia bersembunyi. Meskipun persembunyiannya tak berfaedah sama sekali.

Shafa manggut-manggut singkat diiringi senyuman sinis setelah mendengar perbincangan mereka hingga selesai.
"Marchel vs Achel."









Bersambung.

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang