"MISYA AKHIRNYA KAMU BANGUN JUGA!!"
Suara Achel menggelegar di kamar Misya. Membuatnya terbangun dari mimpinya yang cukup indah itu.
Misya bangkit dari tidurnya sambil menguap. "Kamu ganggu aja."
Achel yang sedari tadi tersenyum karena berhasil membangunkan Misya kini cemberut. Achel merasa bersalah lagi. Dan sepertinya Misya tidak ingin diganggu. Ia sedikit menyesal telah membangunkan Misya.
"Nggak usah ditekuk juga mukanya," cibir Misya.
Achel masih murung, ia juga tidak ingin berbicara.
"Kenapa aku bilang kamu ganggu? Coba tebak," ujar Misya menenangkan Achel. Melihat senyuman Achel yang tak terlihat dan tekukkan muka membuatnya tidak enak.
"Karena kamu nggak pengen diganggu," jawab Achel.
"Kalau Misya pengen tidur lagi, Achel pulang kok," tambahnya. Diikuti senyum manis yang dipaksakan.
Achel kecewa dalam hati. Disaat ia berhasil membangunkan Misya malah Misya sedang tidak ingin dibangunkan. Biasanya, Achel tidak pernah berhasil membangunkan Misya. Entah mengapa Misya senyenyak itu jika sedang tidur.
Misya berdecis pelan, "Kamu kenapa sih?"
Achel kembali mendongak, memberanikan menatap Misya. Lalu memutar bola matanya. "Emang kenapa?"
"Kamu ganggu karena telah merusak momenmu dengan Nicho."
Achel terpelonjat kaget, "Maksudnya?"
"Tadi aku mimpi Nicho pulang ... ," jawab Misya terpotong.
"AAAAAA!!"
Misya menutup telinga dengan tangannya. "Berisik!"
"Beneran?"
"Iya, Achel."
"Aku jadi tambah yakin kalau Nicho akan pulang."
"Hm."
Achel tersenyum seraya menggigit bibir bawahnya. Membuat Misya geleng-geleng kepala. "Cuma mimpi aja seneng banget, belum tentu jadi kenyataan juga."
"Biarpun mimpi, aku yakin Nicho akan pulang."
"Jika bertemu dengannya hanya terlampaui dalam mimpi, maka aku akan tidur sekarang." Achel merebahkan tubuhnya, sontak Misya sedikit bergeser dari posisi sebelumnya. Memberikan tempat untuk Achel berbaring.
"Aku ingin terus bermimpi, Misya."
"Aku ingin tidur sekarang, aku kangen sama Nicho."
"Aku tidur di sini boleh ya? Siapa tau aku bisa ikut mimpiin Nicho."
***
Achel buru-buru memasukkan buku-bukunya. Gara-gara tidur di rumah Misya, ia jadi bangun kesiangan.
Achel menuruni tangga dengan cepat. Ia menyusul orangtuanya yang sedang sarapan.
"Pak, Bu, Achel berangkat sekarang ya?" Achel semakin mempercepat langkahnya, lalu menyalami tangan kedua orangtuanya.
"Nggak sarapan dulu, Kak? Nanti lemes loh," kata sang papa, Anjis.
"Bapak Anjisku sayang, Achel udah mau telat. Achel langsung berangkat ya?" Achel terkekeh dengan tingkahnya sendiri. Sedangkan Amara hanya geleng-geleng kepala melihat ulah anak pertamanya.
"Nanti kakak cakit lo," ucap Shela, adik kandungnya. Gadis kecil berumur dua tahun dengan mata yang sipit.
"Tapi gimana? Jamnya udah mepet." Achel melirik jam tangan miliknya. Lima belas menit lagi bel masuk akan segera dibunyikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Rindu?
Roman pour Adolescents[PROSES REVISI] #71 Teen fiction (13/08/2018) #1 dearmantan (20/05/2019) Fachela Anjasmara, biasa dipanggil Achel. Ia berpisah dengan mantannya, Nicho, hanya karena mengejar cita-cita masing-masing. Dalam cerita ini, kalian bisa tahu sakitnya menung...