15. Kenyataan Mimpi

408 20 0
                                    

Perkataan Geva membuat Achel kehilangan fokus. Sedari tadi pikirannya tak henti-henti terpaku pada hal itu. Bibirnya melengkung membentuk senyuman. Bukan, senyumnya bukan palsu. Bukan setengah, ini asli. Lengkap.

Achel sampai tidak sadar Shela mengamatinya sejak tadi. Shela mengerutkan kening bingung. Apa jangan-jangan Kakaknya kerasukan? Atau Kakaknya memang sudah nggak waras lagi? Ah, Shela jadi tambah pusing memikirkan Achel. Shela pun beranjak dari ruang santai, meninggalkan Achel sendiri.

Shela menjambak pelan sudut baju Amara. Sontak Amara menengok Shela. "Shela, kamu ngagetin aja."

Shela menyengir membalas tatapan panik ibunya, telunjuknya mengarah pada Achel. Amara pun langsung mendekati Achel tanpa ragu. Keningnya berkerut.

Keningnya tambah berkerut melihat Achel tersenyum dengan sendirinya.
"Kak Achel ngapain senyum-senyum sendiri di depan TV? Nicho ada di TV, Kak? Mana?" Amara antusias menatap televisi yang menampilkan iklan.

Amara berdecis pelan, "Kok iklan sih."

"Mama kenapa sih? Kok aneh?" kini giliran Achel yang bingung. Sebenarnya Ibunya kenapa?

"Kak Achel masih waras, kan?" ucapnya sambil menyentuh jidat Achel. Nafasnya terhembus lega setelah memeriksa kepanasan jidat anaknya. Tidak panas. Berarti Achel tidak sakit.

"Tuh kan aneh lagi."

"Kak Aceh yang aneh," sahut Shela dengan memajukan dagunya.

"Aceh itu nama kota, Shela."

"Kan chela di indoneca gak di Aceh," ujar Shela dengan polosnya.

Achel menepuk pelan jidatnya. Ia terlupa kalau adiknya ini belum mengerti tentang kota apalagi negara.

"Indonesia, bukan indoneca. Lagian Aceh kan termasuk Indonesia, Shela."

"Salah."

"Bener."

"Salah."

"Bener, Shela."

"Salah, Kak Aceh."

"Bener!"

"Salah!"

"STOPPPP!!!" Amara menutup telinganya. Achel dan Shela pun terdiam, takut Ibunya semakin marah.

Setelah mereka diam, akhirnya Amara diberi kesempatan untuk berbicara. "Shela memang salah Kak Achel, tapi Kak Achel juga pernah kayak Shela loh. Ngotot kalau Jepara itu negara, sekarang udah ngerti kan? Nah, Shela juga sama."

Achel mengerucutkan bibirnya. Beralih menatap Shela yang menjulurkan lidah mengejek.

"Udah, sana pada tidur udah malam."

Achel beranjak ke kamarnya. Pikirannya masih melayang ke ucapan Geva. Perihal Nicho yang akan pulang. Benarkah? Secepat itukah? Achel menggelengkan kepalanya. Seharusnya ia senang bukan main. Karena kepulangan Nicho adalah mimpinya. Mimpi yang sebentar lagi akan menjadi nyata.

Achel berusaha memejamkan mata namun tak bisa. Ia masih kepikiran. Apalagi ia teringat gadis yang bersama Nicho waktu piknik saat itu. Apa Nicho akan pulang bersama gadis itu? Dan sebenarnya gadis itu siapa? Kalau memang benar Nicho akan pulang, Achel hendak protes. Semenjak Nicho pergi Achel tak pernah dekat-dekat dengan lelaki kecuali Ayahnya. Achel pun berusaha tidak terpincut Reyga. Hatinya tertutup rapat, dan Nicho lah alasan Achel menutup pintu hatinya. Lalu mengapa Nicho tega dekat dengan gadis lain?

Karena kebanyakan tanda tanya di otaknya, tanpa sadar Achel tertidur. Dan bermimpi Nicho pindah ke sekolahnya.

***

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang