Semenjak bertemu dan mencurahkan segala hal dengan sosok asing itu, Achel menjadi tenang. Seulas senyum terukir di bibirnya. Namun, bukan berarti ia melupakan masalahnya.
Deringan nada bersumber dari ponselnya. Achel mengerutkan dahi menatap siapa penelepon itu. Misya? Ada apa? Tumben sekali Misya menghubunginya malam-malam. Achel tersenyum miring, ia tahu ia memang cantik, berhati baik, dan ngangenin.
"Achel lama banget ngangkatnya!"
Baru saja Achel hendak menempelkan ponsel pada telinganya, suara Misya mengangetkan.
Achel berdecis pelan. Misya sahabatnya ini memang suka sekali berteriak.
"Aduh, Misya ngagetin aja." Achel mengusap telinganya. "Sakit telinga Achel."
Di seberang sana, Misya mengerucutkan bibirnya. Padahal, ia bersemangat untuk menelepon sahabatnya. Menenangkannya dari konflik hari ini. Misya khawatir, ia hanya ingin memastikan Achel bahwa ia baik-baik saja. Semoga.
"Tumben nelpon, kenapa? Misya nggak kenapa-napa, 'kan?"
Misya tersenyum lega. Sahabatnya ini meski menjengkelkan tetapi menyenangkan. Achel menyayanginya. Buktinya, Achel khawatir.
"Misya kok diem? Achel tau, pasti Misya lagi senyum-senyum sendiri. Misya nggak boleh gitu, Achel tuh sukanya sama Nicho. Misya nggak boleh cinta sama Achel."
Misya mengerutkan hidungnya heran. Memang, sahabat satu-satunya ini lebay bin alay.
"Eh, Misya. Achel tadi ketemu cowok berandalan," cerita Achel.
"Dimana? Kok bisa? Terus kamu diapain? Namanya siapa?" nada bicara Misya sedikit naik.
Achel membuang napasnya kasar. "Satu-satu tanyanya, bibir Achel cuma satu."
"Udah sih jawab aja."
"Ketemu di Bundaran Ngabul, kalau namanya aku lupa nanya. Tapi Achel nggak kenapa-napa kok, Mis. Dia baik," jelas Achel. Ia tersenyum tipis mendengar hembusan lega di seberang sana.
"Lain kali hati-hati."
***
"OMG! Aku hampir telat!"
Achel memasukkan kakinya asal. Ia bahkan tidak mengikat tali sepatunya. Karena Achel memakai sepatu pantofel.
Dengan segera ia melajukan motornya, meninggalkan pekarangan rumah.
Achel melajukan motornya diatas rata-rata. Disambut mentari yang perlahan menyinari bumi.
Sesampainya di sekolah, Achel berlari menuju ruang Kepala Sekolah. Dan hasilnya, ruangan itu masih terkunci.
Achel pun memilih duduk, matanya berkeliling menatap keadaan sekitar. Masih sepi, rupanya Achel meraih rekor pertama untuk kedua kalinya.
"Elo?"
Achel terpelonjat kaget. Ia kira hantu atau apa. Rupanya sosok berbadan jangkung mengenakan seragam yang berbeda. Mungkin ia murid baru.
Apa?! Murid baru?!
"Kamu?" Achel bangkit dari duduknya. Tatapannya berbinar tak percaya. "Kamu kok bisa di sini?"
"Gue murid baru di sini," ujar sosok itu.
Achel berkedip berkali-kali. Mungkin saja kalau ia salah lihat. Karena Achel ingin Nicho yang pindah, bukan sosok yang di depannya ini.
Tatapan Achel mengarah pada sepatu sosok itu, berpolet putih. Tangan dimasukkan ke saku. Rambut berjambul. Namun, penampilannya begitu beda dari hari kemarin. Jauh lebih kalem saat bertemu dengannya di Tugu Tiga Putri kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Rindu?
Teen Fiction[PROSES REVISI] #71 Teen fiction (13/08/2018) #1 dearmantan (20/05/2019) Fachela Anjasmara, biasa dipanggil Achel. Ia berpisah dengan mantannya, Nicho, hanya karena mengejar cita-cita masing-masing. Dalam cerita ini, kalian bisa tahu sakitnya menung...