12. Rindu yang Tenang

462 21 0
                                    

Raisa-LDR🎶

Happy Reading 💜

~0~0~

Achel duduk di taman belakang sekolahnya. Taman yang terkadang menjadi tempat berpacaran siswa-siswi.

Achel menunduk, tubuhnya bergetar. Ia sedang menangis. Ia sedih, mendapatkan kepercayaan tidak semudah menghilangkannya. Cara apa lagi yang akan ia coba agar Anjis mengizinkannya ke Jakarta?

Hari ini Misya tidak berangkat ke sekolah karena ada acara keluarga. Achel sendirian. Disaat Achel membutuhkannya, Misya malah pergi. Achel tidak punya siapa-siapa lagi sekarang.

Suara isakannya bergabung dengan suara tawa pasangan yang sedang berbahagia. Mungkin Achel salah tempat. Disaat penghuni taman itu bersenda gurau dengan makhluk lain jenisnya, justru ia malah menangis sendirian. Pasangan-pasangan bergidik ngeri mendengar suara tangis yang makin lama makin kencang. Jangan-jangan ada orang ketiga diantara mereka. Setan.

Achel akhirnya memilih masuk kelas daripada di taman itu yang makin membuatnya bersedih.

Achel meringis pelan saat menendang batu yang di depannya. Ia kira hanya kerikil biasa, makanya ia menendang sekuat mungkin. Melepaskan rasa sedih sekaligus kesal. Achel tidak ingin hilang ke sana. Achel hanya ingin bertemu Nicho.

Siswa yang berpapasan dengan Achel berbisik-bisik, menatapnya tidak suka. Achel tahu itu. Namun ia tidak peduli. Tidak peduli matanya yang sembab, muka bercucuran air mata, hidung merah, dan ingusan.

Bel masuk, Achel berjalan malas ke kelasnya. Ia ingin pulang sekarang. Menangis di pojokkan kamar dan curhat sama tembok. Ia enggan mengikuti kegiatan belajar mengajar sekarang. Rasanya Achel ingin melompat pagar untuk bolos. Karena ia takut ketinggian sekaligus takut bapaknya semakin tidak mengizinkannya, Achel mengurungkan niat itu. Ia memilih masuk kelas namun tidak mengikuti pelajaran. Waktu guru memberi penjelasan materi, ia menggunakan waktunya untuk melamun. Lagipula guru yang sedang mengajarnya menghadap ke papan tulis. Jadi Achel aman.

Tiba-tiba lemparan spidol menyoret buku Achel sekaligus mengembalikan kesadarannya.
"SIAPA YANG NGLEMPAR SIH?! KURANG AJAR!!" teriak Achel tanpa sadar. Ia refleks, kebiasaan. Selalu ada hal yang diucapkan ketika sedang terkejut. Ucapan di bawah sadar.

"Fachela Anjasmara! Siapa yang menyuruhmu melamun?"

Achel gelapan ditatap tajam oleh guru yang sedang berjalan ke arahnya. Achel melirik teman-temannya yang ternyata sedari tadi menatapnya. Achel jadi malu.

"Mana catatan kamu?!" Achel menahan buku yang disambar guru itu. Lelaki bertubuh kekar serta kumis yang lebat. Sebut saja Pak Cip.

"Kenapa kosong?! Kamu kira hati saya kosong?!"

Bukannya takut, Achel justru menahan tawanya. Guru duda ini galak tapi lucu. Seketika kesedihan Achel sedikit menghilang.

"Ma ... maaf, Pak. Achel kurang tidur semalam gara-gara banyak tugas," celutuk Achel. Itu hanya alasannya saja. Lagipula kemarin tidak ada tugas apa-apa. UAS baru saja berakhir, materipun tidak terlalu berat kayak LDR.

Guru itu mengangguk mengiyakan, "Baiklah, saya maafkan. Sekarang mencatat atau kamu saya buang?"

"Kalau buangnya ke Jakarta sih, Achel pilih dibuang aja, Pak. Gimana?"
Seisi kelas tertawa dengan sahut Achel kecuali guru itu dan Achel. Wajah Achel serius, apalagi guru itu. Sudah terlihat tanduk di kepalanya, meskipun Achel tidak bisa melihatnya.

"DIAM!!" emosi guru itu beralih ke semua siswa. Suara lantang tertawa mereka sekejap membisu. Semua takut, kecuali Achel yang tampak tenang.

"Gimana, Pak? Saya udah siap dibuang ke Jakarta loh," ucapnya dengan manggut-manggut.

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang