19. Amarah Shafa

342 13 0
                                    

Amarah Shafa memuncak saat melihat Achel bersama lelaki lain selain Reyga. Yang Shafa tahu, Achel memberi harapan kepada Reyga. Meskipun jauh di lubuk hatinya Achel masih menyayangi mantannya.

"Aku nggak bisa biarin kamu macam-macam sama Reyga." Shafa mengepalkan tangannya. Napasnya memburu. Alisnya terpaut sempurna, serta bibirnya yang mengerucut.

Shafa segera menghampiri Achel setelah gadis itu berpisah dengan sosok yang sama sekali tak Shafa kenal. Yang jelas, sosok itu lelaki.

"FACHELA!!"

Achel sontak menoleh. Menatap Shafa dengan kening berkerut.
"Kenapa, Kak?" tanyanya.

Shafa diam. Namun, Achel tahu kalau Shafa sedang marah. Melihat wajahnya merah merona serta tatapan mata yang Achel ketahui macamnya.
"Kakak marah sama Achel? Achel salah apa?"

Shafa tak menjawabnya, ia langsung menjambak rambut Achel hingga gadis itu meringis pelan.

"KAMU SALAH APA?!! JADI KAMU PIKIR KAMU NGGAK BERSALAH?!! IYA, BEGITU?!!"

Achel mengelus-elus rambut sedangnya. Rasa kasihan melihat rambutnya disentuh kasar oleh Kakak kelasnya. Yang Achel tahu, ia tak bersalah sama sekali. Ia melukai Reyga juga bukan, lantas apa yang membuat Shafa marah padanya? Apa Shafa kerasukan?

"JAWAB!!" bentak Shafa. Ia hampir menjambak rambut Achel lagi, tapi gadis itu berhasil menghindar.

"Bagaimana aku bisa tahu kesalahannya kalau Kakak nggak ngasih tahu? Sedangkan Kakak menganggap aku bersalah. Lain di aku, aku sama sekali nggak ngerti mana yang Kakak anggap salah," jelas Achel. Tatapan matanya begitu meyakinkan. Serta nada bicara yang terdengar lembut.

Shafa mencoba mencerna ucapan Achel. Mulutnya terbungkam, ada hal yang ingin ia jelaskan namun tak bisa. Shafa menyesali perbuatannya yang terlalu percaya dengan keadaan. Bukankah apa yang kita lihat itu bukan berarti kita benar mengartikannya?

"Kok Kak Shafa diam?" Shafa menolehnya. "Aku minta maaf kalau ada salah sama Kak Shafa."

Shafa seperti meredakan emosinya. Kini pandangannya menunduk ke sepatu Achel. Sesaat kemudian ia menatap Achel. Yang ditatap merekahkan senyumnya. "Kak Shafa kenapa, sih?"

"Oke, aku minta maaf," ucap Shafa dengan menaikkan bahunya.

Achel menatap Shafa dengan dahi mengernyit. Rasa bingungnya semakin bertambah. Bukankah tadi Shafa marah-marah padanya? Lantas mengapa justru ia malah minta maaf? Achel manggut-manggut percaya. Tentang kedugaan Shafa yang kerasukan. Sepertinya benar dugaan itu.

"Aku salah udah marah-marah nggak jelas sama kamu, Fachela."

Achel tersenyum, lalu menggandeng tangan Shafa menepi dari parkiran. Untung saja parkiran itu hanya ada dua makhluk di sana karena siswa-siswi sudah berpulang ke rumah masing-masing atau ekstra terkecuali yang masih nongkrong di sekolah demi Wi-Fi.

"Sekarang Kak Shafa duduk. Tenangkan diri, lalu bicarakan apa yang terjadi. Achel nggak bakal ngerti kalau Kak Shafa nggak bilang."

Shafa menatap Achel dengan senyum tipis. Wajah Achel tampak serius. Nada bicaranya begitu meyakinkan. Shafa kemudian menarik napas panjang. Menghembuskannya perlahan, mencoba mengutarakan apa yang membuatnya marah.
"Aku pikir kamu PHP Reyga, Chel. Kenapa kamu bersikap seolah kamu bakal nerima Reyga? Lalu kenapa kamu malah terlihat dekat dengan murid baru itu?"

Achel tersenyum mendengar ocehan Shafa. Menurutnya Shafa ini gadis polos yang mencoba blak-blakkan. Hanya karena cinta.

"Aku sekadar menghargai Kak Reyga, Kak. Aku pun bilang sama Kak Reyga kalau aku ...." Achel tak menuntaskan bicaranya.

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang