Achel bercanda gurau dengan teman yang menabraknya beberapa menit yang lalu. Mereka baru kenal tapi sudah seperti saudara. Sangat akrab.
Arsya. Teman baru Achel sekaligus tetangga di rumah lamanya Arsya. Arsya pindah, katanya tidak nyaman berada di daerah sana. Entahlah, nyatanya Achel baik-baik saja bertahun-tahun di sana.
Di sinilah mereka sekarang, di kantin. Arsya membawa dua gelas berisi jus naga untuknya dan Achel. Tiba-tiba lelaki jangkung berkulit gelap itu dengan sengaja menyenggol bahu Arsya hingga akhirnya dua gelas itu terlontar ke lantai.
Semua sorot mata melirik asal kegaduhan karena telah mengganggu waktu mereka makan. Arsya tidak nyaman diperhatikan seperti itu, akhirnya Achel menyusul dan membereskan gelas yang untungnya tidak pecah.
Achel mendongak guna menghilangkan penasarannya tentang siapa yang jahil kepada Arsya. Ia mengerutkan keningnya setelah melihat sosok yang sangat dikenalinya, "Jaya?"
Sosok yang dipanggil Jaya itu merekahkan senyumnya. Bukannya ia membantu Arsya atau meminta maaf kepadanya malah senyum-senyum nggak jelas. Achel yakin, sebenarnya Jaya ini sudah tidak waras seperti dirinya.
Achel kembali menunduk menata gelas ke nampan. Sesaat kemudian ia mendongak, Jaya sudah menghilang begitu saja. Achel semakin kesal dengan orang itu. Achel mengalihkan pandangannya ke Arsya yang memasang muka biasa saja. Kalau Achel jadi Arsya, pasti Achel sudah ngamuk-ngamuk ke orang yang tidak bertanggungjawab seperti Jaya. Dan untungnya Arsya bukan Achel.
"Arsya nggak apa-apa?"
Arsya tersenyum lalu menggeleng. Achel maklumi memang Arsya gadis pendiam dan tidak suka berontak. Hanya pada situasi tertentu Arsya menjelma menjadi singa kurang belaian. Untungnya sekarang bukan situasi tertentu. Kalau tidak, Achel akan menjadi pelampiasan kemarahan Arsya.
Bel menandakan waktu istirahat telah berakhir. Saatnya Achel dan Arsya berpisah dan akan ketemu besok atau lain hari.
Achel kembali ke kelasnya dengan berjalan cepat. Tatapannya kosong.
"ACHEL KAMU KEMANA AJA?!!!!"
Astaga. Achel terkejut bukan main oleh suara cempreng Misya. Sahabat yang kadang bisa menghilangkan dirinya disaat diajak bicara.
Misya menggeret tangan lemas Achel. Membawanya ke dalam kelas. Kondisi kelas belum diisi oleh guru, jadi mereka diberi kesempatan untuk gaduh.
Suara berisik oleh teman-teman Achel yang lain membuatnya kesusahan mendengar ujar Misya yang memasang muka bahagia. Achel curiga, jangan-jangan Misya mencuri kebahagiaan Achel. Semenjak kepergian Nicho, Achel tidak pernah bahagia.
"Tadi Kak Reyga kasih aku ice cream kesukaanku. Kita makan berdua lagi, kamu sih nggak ada kan kamu jadi ragu untuk percaya. Tapi kamu percaya kan? Percaya dong, aku nggak pernah bohong kan? Iya kan?" ucap Misya bertele-tele.
Misya menggoncangkan bahu Achel yang mematung. Ia sedikit kesal karena Achel tidak menjawab ucapannya yang merupakan rumus volume balok. Panjang kali lebar kali tinggi.
Achel melebarkan matanya untuk menyadarkannya dari lamunan. Ia pikir, Misya belum selesai bicara. Makanya Achel melamun memikirkan bagaimana caranya Misya bisa mencuri kebahagiaannya.
"Iya," jawab Achel sekenanya. Meskipun singkat, setidaknya ia telah berusaha untuk tidak diam saja.
Misya membuyarkan senyumnya karena pengisi kelas telah hadir. Membawanya dengan Achel pada zona bingung. Mengajaknya memutarbalikkan akal. Misya tidak suka fisika, berbeda dengan Achel yang pandainya bukan sok pandai.
"Chel, aku nyontek ya?" tanya Misya berbisik di telinga Achel.
Achel menggelengkan kepalanya. Bukan untuk menolak, tetapi untuk beramit-amit karena telah dikaruniai sahabat yang kurang waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Rindu?
Teen Fiction[PROSES REVISI] #71 Teen fiction (13/08/2018) #1 dearmantan (20/05/2019) Fachela Anjasmara, biasa dipanggil Achel. Ia berpisah dengan mantannya, Nicho, hanya karena mengejar cita-cita masing-masing. Dalam cerita ini, kalian bisa tahu sakitnya menung...