22. Roof top

380 20 1
                                    

"Maaf aku udah ninggalin kamu waktu itu."

Achel mengembuskan napas lega. Ia kira Nicho minta maaf karena ia sudah berbuat jahat padanya. Ternyata tidak. Nicho masih baik sebelum mereka berpisah.

Mentari mengusik mereka yang bergembira. Menuntutnya untuk segera berangkat sekolah.

Achel memejamkan mata saat rambutnya terseret angin hingga menutupi wajahnya. Tangannya melingkar di tubuh Nicho. Ada rasa rindu yang menggebu. Timpukan rindu yang mungkin melelahkan bagi Nicho jika harus melayani satu per satu.

Sesampainya di sekolah. Achel turun dari motor ninja merah itu. Berdiri sendirian menunggu Nicho usai memakirkan motornya.

"ACHELLL!!!!" Achel terpelonjat kaget. Bukan hanya ia, Nicho dan siswa yang di parkiran pun terkejut. Bahkan semut yang sedang berjalan di jalan pun ikut tergoncang. Serta rumput yang goyang karena terseret suara lengkingnya.

"NICHO KAMU UDAH PULANG!!"

Nicho membalasnya dengan senyuman tipis. Lalu mendekati Achel, menggenggam tangannya. Misya yang menyaksikan itu mengerjapkan matanya berkali-kali tak percaya. Benarkah di depan matanya ini adalah pasangan yang mustahil?

Misya kemudian berlari menyusul mereka. Berdiri di tengah-tengah mereka. Achel pun berdecak kesal. Misya ini sukanya ganggu saja. Apa ia tidak tahu kalau Achel sedang bersama Nicho?

"Minggir deh, Achel tuh mau seneng-seneng," usir Achel.

Misya mengerucutkan bibirnya. Lalu berpindah posisi ke samping Nicho yang langsung dipelototi Achel.

"Misya ngapain sih deket-deket Nicho? Sini!"

"Ya elah, salah mulu dah."

Nicho hanya terkekeh geli menyaksikan kedua gadis yang aneh sejak dulu. Hampir setiap hari Nicho lelah mendengar mereka bertengkar.

"Udah, ayo jalan," ajak Nicho kemudian.

"Eh, stop!" Misya merentangkan tangan, sontak Nicho menunda langkahnya.

"Aku mau tanya sama kamu." Misya menunjuk Nicho dengan tatapan sinis.

Achel mengeryit tak mengerti.

"Siapa perem ... Achel sakit!" Misya meringis sembari mengelus-elus sepatunya. Achel menginjaknya begitu kencang.

"Nicho nanti Achel tunggu di roof top ya, istirahat pertama," ujar Achel. Bergegas membawa Misya dari situ sebelum gadis itu menyerocos. Achel tau Misya ingin menanyakan perempuan di Taman Mini kala itu, ia pun ingin menanyakannya pada Nicho. Hanya saja Achel butuh waktu yang tepat. Mungkin nanti. Biarlah rasa rindunya terkikis lebih dulu.

***

Istirahat pertama berlangsung. Achel merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya mengajak Nicho bertemu di roof top. Ia melupakan ciri khasnya yang takut ketinggian. Astaga. Lalu bagaimana ini? Tidak mungkin kan kalau Achel tidak datang ke sana? Apalagi di atas panas sekali, bisa-bisa kulitnya gosong.

Baru saja Achel memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menemui Nicho, tiba-tiba Nicho terlintas di depan matanya.

"Nicho!" panggil Achel segera. Nicho menoleh, tersenyum.

Achel berlari kecil mendekatinya. "Kita nggak jadi ketemu di roof top boleh?" Achel memelaskan wajahnya.

Nicho mengerutkan dahi. Ia terkekeh saat mengingat kalau gadis mungilnya ini takut sesuatu yang tinggi. Rupanya sifat itu masih berlangsung sampai sekarang.

"Udah, ayo nggak papa. Kalau kamu jatuh kan ke bawah."

Achel mengembungkan pipi mendengar ucapan Nicho itu. Achel pun tau kalau jatuh itu pasti ke bawah.

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang