Suara gesekan sepatu dengan ubin terdengar samar. Jantung Achel mempercepat, serta keyakinannya semakin kuat.
Achel bangkit dari duduknya setelah suara itu kian jelas. Senyumnya terukir sejak tadi. Hatinya teriris saat Kepala Sekolah datang dengan kesendiriannya, bukan anak baru yang Achel nanti. Apa bukan hari ini Nicho pindah?
"Ada apa?" tanya Kepala Sekolah itu halus. Mereka gelagapan menjawabnya, kecuali Achel yang menahan tangis. Misya kemudian menyenggol lengan Reyga. "Jawab dong," bisiknya.
"Mau lihat anak baru, Pak," jawab Reyga.
Kepala Sekolah manggut-manggut, sesaat kemudian dahinya mengernyit. "Anak barunya udah pulang, besok dia baru masuk."
"Oh, ya sudah, terimakasih, Pak." Mereka akhirnya meninggalkan ruang Kepala Sekolah.
Achel berjalan dengan lemas. Rasanya perjuangan itu sia-sia. Mulai dari bangun pagi, tidak sarapan. Astaga, Achel lupa untuk mengisi perutnya. Bagaimana kalau maagnya kambuh? Achel kemudian berlari meninggalkan Misya dan Reyga yang menatapnya bingung.
Reyga berusaha mengejar Achel, namun Misya menahannya. "Biarin dia sendiri dulu, Kak. Achel pasti kecewa."
***
"Achel jangan murung gitu dong, nanti cantiknya hilang terus Nicho udah nggak cinta lagi sama Achel," bujuk Misya.
Sedari tadi Achel diam dan bibirnya mengerucut. Hingga sampai bel pulang berbunyi nyaring, Achel masih diam.
Sejujurnya Misya khawatir dengan Achel yang mengendarai motornya sendiri. Ingin rasanya ia menemani Achel, ia takut Achel kenapa-kenapa. Sayangnya ia tidak bawa motor dan sudah dijemput kakaknya. Terpaksa Misya membiarkan Achel sendiri.
Achel memberhentikan motornya pada Tugu Tiga Putri Jepara, warga di sana menyebutnya Bundaran Ngabul. Sebab bentuknya bundar dan terletak di Desa Ngabul.
Achel duduk sembarang di sana. Di belakangnya terdapat tiga patung sosok pahlawan wanita Jepara. Yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan R.A Kartini.
Achel Menutup wajahnya lalu menangis. Menangis sampai ia tidak mendengar suara tangisnya. Sampai ia merasa lelah. Biarlah, hari ini beruntung sepi, tidak seperti biasanya. Tugu ini banyak pengunjungnya, mulai dari sekadar singgah atau foto-foto. Ada juga yang pacaran. Namun tidak dengan hari ini. Hanya Achel yang mengunjungi.
Achel tidak peduli tatapan pengendara yang berlalu lalang. Meskipun mereka menyempatkan menoleh Achel. Achel tau, Achel memang cantik, manis, baik hati, dan tidak sombong. Makanya orang-orang itu kagum. Padahal orang-orang itu kagum karena keanehannya.
Achel menangis sesenggukan, matanya perlahan membuka dan menatap patung R.A Kartini. Pembuka tabir harkat kaum wanita.
"Ibu Kartini, kenapa perempuan lebih suka menangis kala sedih? Lalu mengapa aku tidak bisa setangguh engkau? Pembela kaum wanita, menyamakan derajat kaum wanita dengan lelaki. Dulu, kau tidak diperbolehkan untuk sekolah, berbeda dengan sekarang. Di mana aku bersedih karena berbeda sekolah dengan mantan kekasihku. Aku bodoh, Ibu. Seharusnya aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk menimba ilmu tidak seperti Ibu. Maafkan aku yang belum bisa menjadi penerusmu," lirih Achel panjang lebar."Kalau merasa bodoh kenapa masih nangis?"
Achel terkejut mendengar suara berat itu. Ia tau itu suara lelaki, tetapi siapa? Atau jangan-jangan Nicho? Atau patung R. A. Kartini berbicara?
Achel penasaran. Spontan ia menoleh ke asal suara itu. Orang asing. Achel menyipitkan matanya mencoba mengingat sosok yang di sampingnya ini. Namun, ia tidak mengingat siapa sosok itu. Bukan karena ia pelupa, tetapi memang Achel tidak mengenalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Rindu?
Novela Juvenil[PROSES REVISI] #71 Teen fiction (13/08/2018) #1 dearmantan (20/05/2019) Fachela Anjasmara, biasa dipanggil Achel. Ia berpisah dengan mantannya, Nicho, hanya karena mengejar cita-cita masing-masing. Dalam cerita ini, kalian bisa tahu sakitnya menung...