7. Pulang

533 24 0
                                        

Achel berjalan bolak-balik di balik pintu kamarnya yang tertutup rapat. Entah mengapa hatinya gelisah. Ia teringat tentang Misya yang dititipkan kepada Reyga yang jelas tidak menyukainya.

Achel khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Misya. Gawat juga kalau Achel kehilangan satu teman kocaknya. Nanti malah Achel jadi kocak sendirian.

Achel mencoba menghubungi Misya tetapi nomornya tidak aktif. Begitu terus. Mungkin HPnya mati, semoga saja orangnya tidak. Achel juga menelepon Reyga dan hasilnya tidak ada jawaban. Achel semakin panik sekaligus merasa bersalah. Padahal, ia tidak bersalah sama sekali.

Ia akhirnya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dengan tatapan penuh kecemasan. Tatapan itu terpaku pada layar ponselnya. Achel mencoba menelepon Misya dan nomornya masih tidak aktif.

"Kok nggak aktif terus?" Achel berdecak kesal. Ia membuang napasnya kasar seraya bangkit dari tidurnya.

Kepanikannya menjadikan sebuah rasa penyesalan itu timbul. Ia menyesal telah menitipkan Reyga untuk mengantarkan Misya pulang. Seharusnya Achel tadi yang mengantarkan Misya meskipun mengantarkan Misya sama saja Achel bolak-balik ke sekolahan dua kali, asal Misya baik-baik saja.

Achel kembali merebahkan tubuhnya, sesaat kemudian matanya terpejam. Ia berdo'a dalam hati untuk keselamatan Misya dibalik rasa khawatirnya yang besar. Tak lama kemudian, Achel benar-benar terpejam. Ia tertidur.

***

Misya diam. Ia bingung ingin mengatakan apa untuk mencairkan suasana dengan Reyga. Sepanjang perjalanan mengantarkannya pulang, Reyga terus diam. Meskipun di balik diamnya, Reyga menyimpan rasa bimbang untuk mengungkapkan rasa.

"Kak?" akhirnya Misya berbicara lebih dulu.

"Iya."

Misya menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. "Kok diem?"

"Aku bertanya boleh?" tanya Reyga.

Mendadak perasaan tidak enak itu muncul. Misya mencoba menyingkirkan itu, "Boleh."

"Siapa pacar Achel?"

Misya diam beberapa saat setelah mendengar pertanyaan itu. Ia ragu untuk menjawab, ia takut jika akhirnya dia salah menjawab.

"Misya?"

Misya membelalakkan matanya. Ia gelagapan, "Eh, i ... iya? Pacar Achel ya?"

"Tenang aja, aku nggak bakal apa-apain dia kok. Aku cuma penasaran aja, kenapa cowoknya nggak pernah muncul?"

Pernyataan Reyga membuat Misya tersenyum lega. Akhirnya dia menjawab jujur, "Achel LDR sama mantannya."

"Hah?" Reyga tercengang. Suara berisik oleh kendaraan lain membuatnya bertanya-tanya, 'Apa aku nggak salah dengar?'

Jalanan ramai, untungnya tidak macet. Reyga melajukan motornya pelan. Diiringi oleh angin menginjak sore yang menghapus keringat di pelipisnya. Menyeret rambut panjang Misya ke belakang.

Setelah jawaban dari Misya itu membuat keheningan kembali menyerang keduanya. Tidak ada percakapan setelah itu. Sampai akhirnya tiba di halaman rumah Misya.

Misya segera turun dengan senyum merekah. "Makasih Kak, udah ngrepotin."

"Nggak apa-apa."

Keadaan masih saja hening. Reyga juga belum menyalakan motornya, ia masih duduk di atas jok motornya dengan menatap Misya. Sedangkan Misya dibuat bingung dengan situasi ini. Jika ada hal yang masih ingin dibicarakan, lalu mengapa Reyga diam saja? Jika tidak, mengapa Reyga masih diam di sini?

Apa Kabar Rindu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang