K1

9.2K 694 14
                                    

"Rafa!!"

Rafa mempercepat menggenakan pakaiannya karna ia mendengar suara mertuanya sudah memenuhi satu rumah ini.

Ia berlari menuruni tangga dan melihat Ibu Mertuanya sedang melihat ke arah meja makan yang tadi ia sudah tata.

"Kenapa berantakan gini?"

Alis Rafa bertaut, ia melihat kondisi meja makan yang ia sudah tata, tetapi ia tidak melihat berantakan yang ibu mertuanya maksud.

"Apanya Bu berantakan?"

"Semuanya, kamu ini bagaimana sih? Seperti orang baru saja kalau masak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak pernah betul. Bagaimana suami kamu bisa betah kalau kamunya tidak becus begini."

Masih banyak lagi kata-kata yang akan keluar dari ibu mertuanya ini. Rafa sudah terbiasa selama dua tahun ini mendengar semua ucapan dan kata-kata yang tidak santai dari mertuanya. Apapun yang dilakukan oleh Rafa terlihat selalu salah. Iya selalu salah.

Dua tahun lalu Rafaella Berline dijodohkan oleh mamanya dengan anak mertuanya ini. Kendra Jerolle yang entah sekarang dimana keberadannya. kehidupan pernikahan Rafa seperti dengan ibu mertuanya bukan dengan Kendra.

Rafa sudah tinggal bersama dengan mertuanya selama satu tahun setengah, sedangkan Kendra selama ini tinggal di apartemennya. Alasannya jauh untuk tinggal dengan Rafa jika harus bolak-balik dari rumah ibunya ke kantor. Pernah Rafa ingin tinggal bersama dengan Kendra tetapi Kendra mengatakan lebih baik Rafa tinggal bersama ibunya. Bagaimanapun ibunya sudah tua dan butuh yang menjaganya.

Rafa heran kenapa bukan Kendra saja yang menjaga? Kenapa harus Rafa? Toh itu ibunya Kendra kan. Tapi ia hanya telan bulat-bulat dan tidak berani berbicara.

Rafa merasa perubahan pada Kendra 6 bulan setelah pernikahan mereka, Kendra jadi diam dan dingin. Rafa sendiri tidak tahu jawabannya karena setiap kali Rafa ingin bertanya selalu saja dijawab tidak terjadi apa-apa. Membuat Rafa menjadi sapi bodoh disini.

Bukannya ia tidak betah tinggal bersama Ibu Mertuanya, tetapi lebih baik bukannya ia tinggal bersama Kendra? Jika ia tinggal bersama mertuanya, suami sesungguhnya Rafa itu siapa?

Meskipun Kendra selalu memenuhi kebutuhan materi Rafa, tetapi itu bukan yang ia butuhkan. Rafa butuh sosok suami yang nyata, bukan hilang pergi seperti bayangan. Bahkan bayangan saja selalu bersama.

Rafa mengambil napas panjang lalu membereskan meja makan yang dianggap berantakan oleh mertuanya.

"Kamu ini harusnya belajar dengan baik untuk menjadi istri. Melayani suami dengan baik dan benar. Kalau begini bagaimana bisa suami kamu bertahan dengan kamu?"

Rafa menatap ibu mertuanya dan mengangguk pasrah. Memang Rafa bukan tipe pemberontak. Rafa lebih suka menjauhi daripada harus berdebat dan bertengkar.

"Kamu tidak bertemu dengan Kendra?" tanya Ibu melunak.

Rafa menggeleng, "Belum bu."

"Tidak baik suami istri terlalu lama berpisah seperti ini. Bujuk suamimu kembali kesini karna kalian memang harusnya bersatu bukan berpisah. Ibu telpon Kendra tidak pernah diangkat, sesibuk apa sih dia itu?"

Dan tidak pernah selesai dalam satu kalimat jika mertuanya ini berbicara.

Rafa tidak pernah mengeluh dengan ocehan, sikap dan segalanya yang ia terima disini karena selama ini memang mertuanya itu bawel saja dan Rafa menganggap hal wajar. Rafa sendiri sudah menganggap mertuanya itu ibunya sendiri dan memang seharusnya seperti itu.

Rafa sendiri bekerja di satu perusahaan sebagai sekretaris boss besar. Ia baru saja bekerja di perusahaan ini selama satu tahun setengah, meskipun jarak antara kantor dan rumah begitu jauh tetapi Rafa tidak mengeluh atau ingin pindah karena ia tau jika ia mengambil pekerjaan ini, Rafa harus terima juga resikonya.

Setelah sarapan, Rafa pamit untuk bekerja. Bahkan Rafa harus menambahkan waktu satu jam untuk perjalanan pergi bekerja. Rafa menghela napas, ia butuh sesuatu yang membuat moodnya baik.

Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.

Rafael callings...

"Hallo?"

"Lagi mau berangkat kerja ya? Nanti ketemuan yuk dek."

"Tumben banget. Yauda, aku tunggu di tempat biasa ya, Bang."

Rafa menutup sambungan ponsel. Mungkin abangnya bisa dijadikan hiburan dan melupakan kepenatan yang ia rasakan.

♥♥

Rafa melihat sekeliling restaurant dimana ia dan abangnya janjian. Mata Rafa mencari sosok yang mirip dengan dirinya. Iya Rafaella dan Rafael kembar, mereka hanya beda 6 menit saja.

Rafa melihat abangnya yang sudah sibuk dengan ponselnya. Rafa tanpa basa basi langsung duduk di hadapan Rafael dan membuar Rafael kaget.

"Basa Basi dong kalau mau duduk atau gimana kek. Panggil kek atau apa."

Rafa terkikik, "Hehehe, lagian sibuk amat sih sama tuh HP."

"Ya biasalah. Kamu pesen dulu, abang udah pesen."

Rafa mengancungkan jempolnya lalu membuka buku menu yang ada di hadapannya. Ia membolak balik daftar menu dan memanggil pelayan karena ia juga sudah tidak sabar untuk menyantap makanan.

"Gimana pernikahan kamu?"

Rafa memutarkan matanya malas, pengacara satu ini kenapa tidak ada basa-basinya sih?

"Baik."

"Baiknya kaya gimana? Seberapa sering kalian bertemu dan berinteraksi? Masih pisah rumahkan?"

"Tapi Kendra sering berkunjung kok, Bang."

Rafael menarik napas kasar, "Kalau begitu kenapa dia ke kantor abang nyari pengacara untuk perceraian?"

Rafa terkejut dengan berita yang ia dengar karena memang sebenarnya ia sama sekali tidak ada masalah dengan Kendra, semua berjalan dengan baik. Menurutnya.

"Untuk temannya kali, Bang. Jangan berpikiran negatif dulu."

Sebenarnya Rafa juga sudah memikirkan banyak hal dan pemikiran negatif selalu bersarang di kepalanya sekarang. Untuk apa Kendra pergi kesana? Atau memang Kendra berniat untuk cerai?

"Jujur sama Abang. Kalian itu kenapa?"

Rafa menggeleng lalu mengangguk lalu menggeleng lagi, "Aku nggak tau, Bang. Menurut aku semua baik-baik aja tapi denger abang bawa berita kaya gitu aku jadi nggak yakin. Aku salah apa ya, Bang?"

"Kalian udah ngomong baik-baik?"

Rafa menggigit bibir bawahnya, "Tiap kali aku tanya, Kendra Cuma bilang baik-baik aja dan selalu seperti itu."

"Lalu kalau memang Kendra ajak kamu cerai gimana?"

"Ada mediasikan? Mungkin juga aku akan ajak Kendra ngomong baik-baik."

"Abang nggak tau harus apa, Abang nggak ngerti sama pernikahan kamu. Semua salah mama, kenapa si mama kepo banget untuk jodohin kamu sih? Mana ucapan mama kalau kamu bakal bahagia? Yang ada kamu menderita gini."

"Yauda, yauda. Makan dulu ya, nanti aku pikirin lagi."

Rafa melihat makanan di hadapannya dengan tidak berselera, semua yang ada dipikiran dan yang ingin ia lakukan hanya bertemu dengan Kendra.

**


Hai, ini cerita bakal aku jadiin Challenge untuk update tiap hari dan selesai dalam sebulan. kira-kira bisa nggak ya? dan aku akan lanjut juga Eccedentesiast dan Raebekka.

Libur tlah tiba libur tlah tiba hore-hore-hore.

LacunaWhere stories live. Discover now