Rafa melihat jaket yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Sudah 3 hari ia mencuci jaket itu dan belum mengembalikannya sampai hari ini.
Mungkin bagi Kendra, itu hanyalah sebuah jaket. Tetapi jaket itu berefek banyak untuk Rafa. Rafa seperti gila merasakan Kendra disini padahal hanya jaketnya saja.
Rafa akhirnya mengirim pesan WA untuk Kendra untuk mengantarkan jaket itu.
Me
Ken, aku mau kirim jaket kamu ke apartemen. Kamu disna kan?
Kendra
Aku blm plg. Aku ambil sekalian jalan pulang. Kamu kirim alamat kamu aja ya.
Rafa sudah menahan nafasnya ketika balasan dari Kendra ia terima. Bagaimana bisa sih perasaan Rafa masih sedalam ini. Hanya dengan jaket dan balasan Kendra saja sudah buat hatinya tidak menentu.
Me
Nggak usah. Aku kirim pake jasa kurir aja. Aku minta dititipin di receptionist.
Tidak ada balasan lagi, Rafa segera memesan jasa kurir dan mengirimnya. Cara untuk melupakan Kendra adalah meminimalkan benda yang bisa membuat Rafa mengingat Kendra.
Tetapi sebenarnya lebih baik lagi ia mendapatkan pengganti Kendra mungkin itu lebih mudah untuknya melupakan Kendra. Tetapi mengapa sulit membuka hati kembali? Seperti ada rasa takut jika akan terluka seperti ini lagi.
Rafa merasa dirinya tidak diinginkan Kendra dan dibuang begitu saja, ketika rasa sakit dan rasa ingin tetap memiliki menjadi satu membuat Rafa seperti orang bodoh.
Disatu sisi, dirinya sadar jika cinta tidak bisa dipaksakan. Disisi satunya, Rafa ingin jika ia tetap berada di samping Kendra.
Kenapa ketika orang lain bisa membuat pasangannya mencintainya tetapi tidak dengan Rafa?
Rafa juga heran apa mungkin sebenarnya Rafa juga diposisi yang sama dengan Kendra? Mencintai orang dan hanya ingin bersamanya, yang bedanya jika Kendra mencintai perempuan lain dan perempuan itu membalasnya sedangkan Rafa tidak?
Rafa menghembuskan napas kesal dan putus asa. Bagaimana mau melupakan Kendra jika setiap ada waktu luang laki-laki itu saja yang dipikirannya.
*
Kendra
Paket kamu sudah aku terima.
Ketika ia bangun pagi, pesan Kendralah yang ia baca. Membuat paginya yang ia tekadkan ingin mulai melupakan menjadi batal. Tidak heran jika satu pesan dari seseorang yang istimewa bisa membatalkan rencana untuk move on.
Lalu ia menghubungi Rafael, Rafa sudah tidak mampu berdiri sendiri. Ia butuh Rafael, Rafael pasti ingin membantu dan mengerti keadaannya.
Bagaimanapun mereka pernah berbagi air ketuban bersama selama 9 bulan, pernah berbagi makanan dan lainnya. Rafael adalah orang yang mengerti perasaannya dan harus bagaimana.
Penasehat paling canggih dan akan selalu mendukung keputusan rafa.
Rafa sudah mengirim pesan pada Rafael jika malam ini ia ingin bertemu. Tidak lama Rafael menjawab jika malam ini ia akan datang.
Rafa butuh sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari Kendra dan mengalihkan dunianya dari sakit hati yang ia rasakan.
Mungkin Rafa lebih kecewa pada diri sendiri karena gagal memenangkan hati Kendra. Dua tahun tetapi perasaan itu hanya tumbuh untuknya. Rafa juga menyalahkan dirinya sendiri karena tidak berjuang dengan keras dan Rafa juga kecewa karena tidak tegas ketika dari awal tau tentang mereka berdua.
Seandainya Rafa bisa lebih tegas, mungkinkah mereka masih bersama sekarang?
Pikiran tentang Kendra berkecambuk di kepalanya seharian ini. Bahkan baginya pekerjaannya tidak berjalan dengan baik, meskipun ia tidak meninggalkan masalah tetap saja ia mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan sangat tidak profesional.
Ketika sampai di apartemen ia melihat Rafael sudah duduk di sofa miliknya. Rafa lari memeluk Rafael.
Sontak saja membuat Rafael heran ada apa dengan adik kembarnya ini, masalahnya Rafa jarang sekali nangis. Rafa akan nangis jika ia sudah benar-benar tidak bisa mengatasi sendiri.
"Kamu kenapa? Pulang-pulang kok nangis?" ucap Rafael sambil mengelus punggung Rafa.
Rafa tetap terisak dan tidak menjawab pertanyaan Rafael. Rafael juga hanya mengelus punggung Rafa sampai kembarannya itu diam dan tenang.
"Aku nggak tahan lagi." ucap Rafa langsung ketika ia bisa menahan isakannya.
"Nggak tahan apa?"
"Sama perasaan aku, Bang. Aku butuh pengalihan biar bisa lupa sama Kendra. Bener-bener udah nggak tahan."
Rafael mengelus kepala Rafa, "Kamu mau gimana, dek?"
Rafa menggelengkan kepalanya, "Aku butuh pencerahan. Aku udah berusaha melupakan dia, Bang. Tapi sulit kalau dia masih di sekitar aku dan banyak hal yang ingetin aku sama Kendra. Aku harus gimana?"
Rafael menghela napas berat, "Ubah patah hati kamu jadi hal positif."
Rafa melirik Rafael, benerkan abangnya pasti punya ide untuk dirinya.
"Apa?"
"Gimana kalau kamu S2 aja?"
Rafa memutar matanya, yang benar aja?
"Aku S2? Mending aku kerja."
Rafael yang kali ini memutar matanya, "Abang bayarin. Tapi kamu cukup ikutin dimana dan kapan Abang akan sekolahin kamu. dengan catetan sesuai sama budget abang. Gimana?"
Rafa berpikir, sebenarnya bisa saja sih ia sekolah lagi tapi ia kasihan juga jika abangnya harus membiayai dirinya.
"Abang ada uang lebih kok. Tenang aja." Ucapnya seakan mengerti keadaan Rafa.
"Bang, kamu yakin?"
"Kalau itu bisa bikin kamu lebih baik kenapa nggak, Dek? Buktiin kalau dia itu harus nyesel karena ninggalin kamu." ucap Rafael.
"Ya, itu salah aku juga Bang. Kaya nggak berjuang buat Kendra."
Rafael menggelengkan kepalanya seakan tidak setuju dengan ucapan Rafa, "Kalau ada yang selingkuh. Itu sudah pasti salah orang itu. Hubungan pernikahan itu kaya rumah, kalau ada yang ingin bertamu itu pilihan yang punya rumah ijinin masuk sampai ruang tamu saja atau justru membiarkan tamu itu bisa ngatur rumah itu."
"Tapi, aku juga salah bang. Aku di rumah itu tapi nggak jaga dan kunci rumah aku. Aku bahkan nggak kunci rumah itu, sampai-sampai bisa orang lain bisa masuk."
"Dek, kadang orang bertamu itu kaya hantu. Meskipun sudah dijaga ketat tetap aja bisa masuk. Kamu pastiin dulu, yang bertamu itu manusia atau bukan. Kalau dia manusia pasti ada pikiran kok. Rumah sudah ada dua orang kok masih dimasukin dan diganggu. Manusia punya pikiran dan kalau dia tetap masuk berarti Cuma dua pilihan." Ucap Rafael memberi jeda, "Satu kalau dia itu setan. Dan yang kedua itu dia adalah manusia tidak punya tata krama. Karena wanita baik tidak akan merebut milik orang lain."
Rafa diam saja tidak mampu menjawab, Rafael lalu menghembuskan napas kasar.
"Semua udah kejadian. Sekarang kalau memang rumah itu memang milik kamu, rumah itu akan kembali ke kamu. Kalau nggak, kamu harus cari rumah baru. Sekarang daripada kamu galau nggak jelas, kasih aku dokumen milik kamu. Biar aku bisa cari tempat S2 untuk kamu." ucap Rafael.
Rafa seperti tidak ingin berdebat lagi, ia menuruti perintah Rafael. Mengambil berkas miliknya dan memberikan pada Rafael.
Setelah itu semua ucapan Rafael menggema di kepalanya, semua analisa Rafael membuatnya sedikit lega dan tidak terlalu menyalahkan diri.
Untung saja ia masih punya Rafael yang mampu menenangkan dirinya ketika ia sedang berada di titik rendah Rafa. Setidaknya Rafa tidak sendiri dan ada Rafael yang bisa menopangnya.
YOU ARE READING
Lacuna
ChickLitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...