R 24

4.7K 704 38
                                    

Rafa sedang duduk di meja ruang tamu, sedang menunggu mama yang berulang tahun hari ini. Rafa dan Rafael membuatkan acara kecil-kecilan yang bukan surprise lagi karena mama juga tau tentang acara ini.

Mama bahkan mengundang banyak orang. Alfred, Cathrine, Nino, Robin dan semua yang ia kenal.

Alfred duduk di sebelah Rafa dan memainkan ujung rambut Rafa dengan tenang, sedangkan Robin sendiri galau karena calon istrinya menolak untuk ikut. Dengan tidak ragu-ragu Nino langsung bilang, "Kenapa takut ketemu Rafa ya?"

Padahal Rafa tidak berbuat apa-apa, ia hanya diam dan duduk dengan tenang.

Teriakan anak perempuan dari depan pintu mengalihkan semua kegiatan di ruang tengah.

Caca berlari menuju mama membawa satu kardus kecil yang ia gendong dan memberikannya pada mama lalu mencium pipi mama.

Semua orang tersenyum melihat sikap Caca ketika ia dengan lantang dan tidak ragu mengucapkan harapannya untuk mama. Entah siapa yang mengajarinya.

Caca langsung kembali pada Kendra yang berdiri bersama Ibu di belakangnya. Melihat sebentar ke Rafa lalu tersenyum.

Rafa melihat Kendra yang sedang melihat kearahnya dan tersenyum. Mama mengajak mereka bergabung di antara kami dan Kendra duduk di hadapan Rafa dan Alfred.

Nino berdeham sedikit, "Tante, besok lamarannya jam berapa?"

"Jam 10. Mulai make up jam berapa, Fa?"

"Jam 6, ma."

"Kamu jangan bangun kesiangan dan tidur jangan malem-malem. Nanti jelek loh mukanya, kusut." Ucap mama.

"Rafa memangnya pernah tidur subuh?" tanya Ibu.

"Ih, Tante nggak tau? Rafa pernah nggak tidur 3 hari karena ada project. Habis itu aku sama Cath sibuk bantu dia maskeran berbagai macam buah buat hilangin kantung matanya." Ucap Nino panjang lebar.

Ibu menggelengkan kepalanya, "Jangan dibiasain, nanti tubuh kamu rusak. Kerja boleh, tapi inget waktu." ucap Ibu tetap tegas seperti biasa.

"Rafa susah dibilangin, nanti kalau sudah sakit siapa yang susah? Mama juga." Ucap mama membantu.

Rafa merasa semua orang memojokkannya. Alfred yang mengerti dikit-dikit ucapan mereka hanya mengusap pelan kepala Rafa. Membuat Rafa semakin memajukan bibirnya.

Kendra yang melihat semua itu membuang muka. Ia tidak berhak marah melihat pemandangan di hadapannya, meskipun ia ingin sekali emmatahkan bahkan memotong tangan Alfred yang menyentuh Rafa.

Tapi, Kendra tau dirinya tidak berhak untuk marah. Jika cemburu, masihkah Kendra berhak?

"Kamu besok jangan lupa datang ya! Hari bahagia anakku besok. Mudah-mudahan dilancarkan sampai hari H." Ucap mama pada Ibu.

"Aku pasti dateng nanti sama Kendra dan Caca."

Acara berjalan lancar dan seru. Mama bahkan tersenyum, menangia haru ketika Rafa dan Rafael memberikan hadiah kalung pada mama. Kedua anak kembar itu langsung memeluk mama erat.

"Sebesar apapun kalian, kalian tetap bayi kecil mama." Ucap mama pelan.

"Iya, apalagi udah banyak berubah." Ucap Rafael.

Mama berdecak, Rafa tau Rafael menyindir mamanya. Dulu, mamanya akan selalu memaksakan kehendak dirinya sama ketika ia menjodohkan Rafa. Memaksakan kehendak Rafael untuk menjadi pengacara dan semua keputusan mama yang ambil. Tapi, semenjak perceraian Rafa. Mama berubah, mama sadar ketika jalan yang ia pilihkan tidak selalu berakhir mulus dan tidak semuanya akan bahagia dengan pilihannya.

LacunaWhere stories live. Discover now