k 11

4.2K 762 25
                                    


Menata kehidupan baru selama 4 tahun di negara orang dan jauh dari keluarga itu tidaklah mudah. Merantau saja sudah sulit, apalagi ditambah dengan harus menata hati yang terluka.

Selama ini Rafa banyak belajar untuk lebih menghargai dirinya sendiri. Lebih mengutamakan dirinya dibanding menyenangkan orang lain.

Lebih mengandalkan diri sendiri dan tidak menaruh kebahagian atas diri Rafa pada orang lain. Mengunci hatinya agar tidak ada yang mampu menyakitinya lagi.

Rafa bahkan menjadi wanita yang sulit didekati, termasuk Robin. Tidak sedikit laki-laki yang mencoba mendekati Rafa, siapa juga laki-laki yang bisa menolak kehadiran Rafa?

Masuk sekolah design membuat Rafa lebih mengerti tentang berpenampilan menarik, lebih bisa memadukan warna-warna dan model-model baju yang sedang jaman, mempelajari untuk berdandan meskipun sedikit-sedikit dan benar-benar memperhatikan penampilan.

Karir Rafa juga sudah bisa dibilang sukses. Setelah melewati berbagai struggle hidup pas-pasan dengan sisa uang dan uang kiriman Rafael, Rafa akhirnya melewati masa-masa sulitnya.

Bagaimana tidak, di tahun pertama dan kedua Rafa benar-benar sibuk untuk mengejar apa yang harusnya ia bisa pelajari. Belajar menjahit, belajar menggambar pola, menjahit berbagai macam model dan kain dan lainnya. Selama itu juga Rafa hidup hemat karena tidak ingin membebani Rafael terlalu banyak.

Rafa tau, Rafael sudah terlalu sulit karena juga menanggung biaya pengobatan papa jadi Rafa benar-benar banyak menghabiskan waktu untuk belajar dibanding nongkrong.

Boro-boro untuk mengambil pekerjaan sambilan, bisa memiliki waktu tidur selama 6 jam saja sudah bersyukur.

Tapi Rafa sama sekali tidak menyesal karena semua sudah terbayar dengan karir Rafa yang meningkat.

Karena kerja keras Rafa, ia diterima magang di tempat designer terkenal di Malaysia, yang memiliki jam terbang sudah sampai ke Benua Eropa. Christine benar-benar membantu Rafa untuk belajar mulai dari bawah.

Yang lebih Rafa sukai, Christine sama sekali tidak pelit ilmu. Membagikan semuanya untuk Rafa bahkan tidak menganggap Rafa sebagai saingan ketika Rafa bisa mendapatkan client pertamanya, ketika wajah Rafa sudah masuk ke berbagai majalah design atau wajah Rafa sudah bisa masuk ke dalam daftar designer paling dicari saat ini.

Saat ini, Rafa sedang berada di Jakarta sudah seminggu ia berada disini karena keadaan papa memburuk. Biasanya Rafa paling lama 3 hari di Jakarta itu juga karena ingin pergi ke Mayestik. Sekarang ia hanya bisa di rumah sakit menjaga papa.

Dokter sudah menyampaikan jika kami sekeluarga harus kuat untuk kemungkinan yang akan terjadi. Karena fisik papa yang semakin lemah semakin hari.

Semakin hari, keadaan papa memburuk. Dulu meskipun papa terkena stroke separuh tubuhnya, tetapi ia masih bisa untuk berbicara sedikit-sedikit. Tetapi sekarang, papa hanya bisa diam bahkan terkadang papa hanya ingin menutup matanya tanpa ingin membuka matanya. Jika Rafael datang dan memaksa papa membuka mata untuk minum atau ingin mengajak papa berinteraksi.

Rafa menarik napas jujur saja, Rafa tidak sanggup jika harus melepas papanya. Meskipun semua orang mengatakan biar papa tidak sakit lagi atau merasa sedih atas keadaannya sekarang. Setidaknya biarkan papanya merasakan keberhasilan Rafa, kesuksesan yang Rafa capai dan bangga akan Rafa karena mampu bangkit dari titik terendah dirinya dulu.

Rafael memeluk Rafa, "Jangan nangis lagi. Kasihan papa nanti denger suara nangis putri kecilnya."

Rafa menggeleng, "Papa belum lihat gimana aku bisa kaya sekarang. Papa belum ikut ngerasain, Bang."

Rafael mengelus kepala Rafa, "Papa udah rasain dong. Kan kamu bantu dia dapetin pengobatan terbaik. Kamu juga udah beliin papa macem-macem dan papa kan juga suka mama bacain majalah yang ada kamunya. Papa udah bangga sama kamu, Dek." Ucap Rafael.

"Bang, Dek." Teriak mama membuat Rafa dan Rafael mendekat.

Ketika Rafa mendekat, napas papa sudah terlihat sulit dan bunyi. Dokter lalu terburu-buru mendekat memeriksa keadaan papa.

Rafa sudah menangis, Rafa seakan tau apa yang akan terjadi selanjutkan.

"Lepasin papa, Dek."

Rafa masih menggeleng, ia yakin papanya bisa sembuh dan kembali.

"Dek, lepasin papa ya?" ucapan itu dari mamanya yang sudah di sampingnya ikut memeluk Rafa.

Perlahan Rafa mendekat kearah papanya dan berbisik di telinga papanya.

"Papa kalau mau pergi, Rafa ijinin."

Saat itu juga terdengar hembusan terakhir napas papa dan alat pendeteksi jantung papa langsung bergambar garis lurus beserta suara lengkingan dari alat itu terdengar nyaring di dalam ruangan.

Rafa menangis hingga ia merasa kakinya sudah tidak mampu menahan beban yang Rafa tanggung, ia duduk di lantai meraung-raung.

"Nanti papa nggak tenang, papa sedih juga lihat anak kesayangannya nangis." Ucap Rafael memeluk Rafa.

Rafa mengangguk, lalu memeluk Rafael. Rafael sendiri memeluk dua wanita penting dalam hidupnya.

Bukannya Rafael tidak sayang pada papanya, baginya perjuangan papanya sudah banyak dan itu sungguh saja menyerang tubuh papanya tanpa ampun membuatnya tidak tega. Jika papanya melawan orang yang berniat jahat padanya Rafael akan berada di barisan terdepan untuk membela papanya, sedangkan yang papanya lawan adalah penyakit yang menyerang tubuhnya. Membuat Rafael tidak mampu menahan papanya lagi.

Rafael dan mamanya adalah saksi hidup perjuangan papanya, setidaknya sekarang papanya sudah tidak merasakan sakit.

*

Kendra memeluk Rafael menepuk beberapa kali punggungnya, berharap itu bisa meringankan kesedihan yang Rafael rasakan.

Selama 4 tahun setelah bercerai, Kendra masih dengan baik saling bertukar kabar, menjengguk mantan mertuanya dan menemani Ibunya bertemu dengan Mama.

Bisakah Kendra masih memanggil mantan mertuanya dengan sebutan mama?

"Turut berduka cita, Raf. Bokap udah tenang." Ucap Kendra pada Rafael.

"Thanks."

4 tahun kemarin, setelah Kendra terbangun di apartemen kosong milik Rafa. Rafael langsung memukul keras muka Kendra. Memaki keras Kendra sampai tetangga apartemen melapor pada satpam jika mereka membuat rusuh dan bertengkar.

Kendra dan Rafael bahkan harus masuk ke kantor keamanan apartemen dan menjelaskan jika mereka baik-baik saja dan menjamin tidak akan ada kekerasan atau keributan lagi.

Sebenarnya 4 tahun lalu, Kendra sendiri tidak tau bagaimana caranya ia bisa ke apartemen Kendra tiba-tiba.

Kendra memang tau alamat apartemen Rafa dari Ibu, kata Ibu Kendra harus sering mengunjungi Rafa meskipun mereka sudah cerai dan malam itu Kendra dan Anggun sedang bertengkar. Kendra mabuk dan tidak sadar jika ia pergi ke apartemen Rafa.

Rafael marah karena kenapa Kendra menganggu Rafa yang sudah niat untuk melupakannya. Kenapa Kendra harus datang lagi dan menyakiti Kendra.

Kendra meminta maaf dan sejak saat itu Kendra tau jika Rafa pergi untuk sekolah dan melupakan dirinya.

Kendra merasa bersalah karena sikapnya Rafa harus pergi jauh untuk bisa melupakannya, Kendra tau Rafa wanita baik dan Kendra menyesal menyakitinya begitu dalam.

Hari ini, setelah kejadian itu Kendra dapat melihat Rafa lagi. wanita itu sedang menangis, menangis di dalam pelukan laki-laki yang pernah ia lihat dulu. Robin.

Robin bahkan mengelus bahu Rafa dengan halus, sesekali mengelus puncak kepala Rafa. Kendra cemburu? Tidak.

Kendra hanya merasa seharusnya ia bisa lebih berguna disini, Ibunya tidak bisa datang karena dirawat di rumah sakit, jadi ia menggantikannya tetapi Kendra hanya berdiam dan melihat kearah Rafa yang bahkan tidak sadar akan kehadirannya.

Keadaan sudah berubah. Kendra sudah berubah begitu juga dengan Rafa. Mereka sudah menjadi orang asing. Bukannya ini yang ia inginkan?

LacunaWhere stories live. Discover now