Rafa melihat wanita yang terbaring lemas di hadapannya. Wanita yang dulu selalu tegas dan berwibawa, sekarang harus terbaring lemas dan lengan tertusuk jarum.
"Kamu apa kabar, Fa?" tanya Ibu Rita.
Hari ini Rafa menjengguk Ibu Rita karena kemarin mendengar Ibu Rita masuk rumah sakit setelah mendengar papa meninggal. Sedangkan mama sudah menjengguknya.
"Baik, Bu. Ibu sendiri gimana? Udah mendingan?" tanya Rafa pengelus pergelangan tangan Ibu Rita.
"Yah, namanya sudah tua. Semua penyakit pada ngumpul."
Sebenarnya Rafa penasaran kenapa Ibu Rita bisa memiliki penyakit jantung padahal dulu sewaktu tinggal bersama Ibu, Rafa tau benar kalau Ibu Rita akan selalu menjaga kesehatannya. Tapi, ia mengurungkan niatnya. Rafa tidak ingin ikut campur lebih dalam.
"Maafin Ibu, soal papamu." Ucapnya lirih.
Rafa mengelus lengan Ibu Rita dengan lembut, "Bukan salah Ibu. Aku sama Rafael emang udah ikhlas Cuma mama yang masih nahan-nahan. Aku sama Rafael udah kasihan sama papa. Papa sakit udah lama, udah bertahan lama. Aku juga nggak tega ngeliatnya."
"Tapi mendengar kalian berceraikan membuat kesehatannya makin menurun."
Rafa diam saja, memang benar. Kesehatan papa seperti terjun payung setelah mendengar aku bercerai dengan Kendra. Apalagi ditambah aku pergi untuk melanjutkan sekolahku dengan dibiayai Rafael. Papa marah besar. Dari sana, keadaan papa semakin menurun tiap harinya.
Tetapi, Rafa sempat pulang dan memberi kejelasan. Membuat papa mengerti dan menangis karena tidak bisa menjaga Rafa karena keterbatasannya. Siapa yang ingin sakit? Rafa tidak menyalahkan siapapun termasuk keadaan yang sulit.
"Semua sudah bahagia kan, Bu. Buktinya sudah ada Kendra Junior." Ucap Rafa.
Dari awal masuk, Rafa sudah melihat perempuan kecil yang duduk di sofa dengan mainan bonekanya. Bahkan ketika masuk, perempuan kecil itu hanya melirik Rafa sebentar dan melanjutkan bermain dengan boneka di tangannya.
"itu buntutnya Kendra sekarang. Princessa biasa dipanggil Caca." Ucap Ibu Rita, "Ca, sini. Kenalan dulu sama tante Rafa."
Kaki munggil itu turun dari sofa atas bantuan suster yang menjaganya di sebelahnya dan berlari menuju sisi kasur.
Tangan munggilnya menjulur di hadapan Rafa, membuat Rafa menjulurkan tangannya juga.
"Caca."
"Rafaella."
Setelah kenalan, anak itu kembali lagi pada susternya. Aku sendiri tersenyum melihat Caca, cantik.
"Nanti setelah Kendra pulang kerja, baru dijemput Cacanya." Rafa hanya mengangguk, tidak ingin bertanya lebih.
Tidak lama seorang suster masuk dan memberikan obat pada Ibu, setelah itu perlahan Ibu tertidur karena terdengar dari dengkuran halus yang keluar dari mulut Ibu. Rafa berdiri dan merapikan selimut Ibu. Lalu berjalan menuju sofa untuk melihat Caca.
"Hai."
"Hai." Jawab Caca singkat.
"Caca umur berapa?"
"3 tahun." Ucap Caca.
"Hampir 4 tahun, Bu. 4 bulan lagi 4 tahun."
Rafa menelan air ludahnya dengan kasar, menghitung cepat. Rafa sudah pergi selama 4 tahun lalu usia Caca hampir 4 tahun. Kemungkinan Anggun sudah hamil waktu itu bahkan mungkin ketikda di Genting. Anggun sudah hamil. Apakah Kendra menceraikan Rafa karena Anggun sudah hamil?
YOU ARE READING
Lacuna
ChickLitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...