Rafa membuka matanya, mencoba menyesuaikan matanya dengan sekelilingnya. Rafa tertidur di dalam pelukkan Kendra semalaman dan ini sudah jam setengah 5 subuh. Alarm yang ia pasang sudah berbunyi, menandakan sudah waktunya ia bangun dan bersiap ke rumah mama, bersiap-siap agar tidak terlambat acara hari ini.
"Ken, bangun." Ucap Rafa menepuk pelan pipi Kendra.
Bukannya bangun, laki-laki itu malah mengeratkan pelukkannya pada Rafa dan sama sekali tidak membuka matanya.
"Ken, nanti aku terlambat."
"Bagus."
Rafa mencoba melepaskan pelukkan Kendra tetapi laki-laki itu semakin erat lagi.
"Ken, jangan becanda terus. Nanti aku terlambat."
Kendra melepaskan pelukkannya. Ia menarik napas panjang. Tidak ada gunanya ia memeluk Rafa, toh, hari ini Rafa akan menjadi calon istri orang.
Rafa bangkit lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ia membersihkan diri agar tidak terlambat dan jika sampai ia terlambat mamanya akan dengan senang hati memarahinya.
Setelah mandi dan bersiap-siap ia masih melihat Kendra yang duduk santai di sofa.
"Kamu nggak mau pulang?" tanya Rafa.
Kendra berdiri lalu mendekat kearah Rafa, memeluk wanita itu lagi lebih erat seakan tidak memberi ijin untuk Rafa pergi.
"Aku nggak mau kamu dilamar orang, Fa. Aku bener-bener nggak bisa." Ucap Kendra parau disela-sela pelukkannya.
Rafa menarik napasnya kasar dan menyentak pelukkan Kendra.
"Kamu kenapa sih?"
"Aku nggak mau kamu dilamar oleh Alfred itu. Please, tolak dia." Ucap Kendra, "Aku nggak bisa kamu sama yang lain, Fa. Aku coba ngelepas kamu karena aku tau, aku udah nggak pantas untuk kamu. kesalahan aku udah terlalu banyak untuk kamu. Tapi, aku beneran nggak bisa ngelepas kamu."
Rafa berdecih, "Kamu Cuma nggak rela aku udah bisa move on dari kamu. Kamu nggak bener-bener mau aku, Ken. Kamu Cuma nggak seneng aku udah bisa tanpa kamu dan aku bahagia dengan hidup aku sekarang." ucap Rafa.
Kendra melihat kearah Rafa, pandangannya berubah. Sebelumnya Kendra memasang wajah memelas, sekarang raut wajahnya tidak bisa ditebak. Rafa tau, Kendra sakit hati karena ucapan Rafa barusan.
"Kamu kira aku sepicik itu?"
"Siapa yang tau, Ken. Dulu aku udah meyakinkan kamu bahkan aku ngemis di depan kamu untuk memikirkan ulang perceraian kita, tapi kamu tetap memaksakan perceraian itukan? Sekarang aku juga nggak ada alasan untuk kamu. kita sudah selesai lama, Kendra." Ucap Rafa.
Kendra menarik napas panjang, membuangnya kasar menghilangkan sesak di dadanya. Mendengar penuturan Rafa membuatnya sadar jika Rafa memang berhak bahagia.
Kendra tersenyum kecil, mengacak rambut Rafa. "Kamu memang berhak bahagia, Fa. Tanpa aku." ucapnya parau, "Bahagia dengan laki-laki yang tidak menyia-nyiakan kamu. Kamu pasti bahagiakan?"
Rafa diam tidak menjawab, jujur saja matanya sudah penuh dengan air mata. Ia tidak ingin menangis dan membuat wajahnya bengkak.
"Kamu harus bahagia. Harus." Ucap Kendra lagi ketika Rafa tidak menjawab ucapannya, "Kalau Alfred membuat kamu nangis dan kecewa seperti yang aku lakukan ke kamu, aku bakal bunuh dia, Fa." Ucap Kendra.
Air mata Rafa turun, ia tidak bisa menahannya. Tetapi, ia masih menahan isakkan agar tidak keluar dari mulutnya.
Kendra maju mendekat kearah Rafa, mencium kening Rafa dan berjalan meninggalkan Rafa.
YOU ARE READING
Lacuna
ChickLitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...