Rafa sedang duduk di meja kerjanya, sedang membuat beberapa sketsa baru. Sekarang rafa sudah memiliki ruangan sendiri, jika dulu kamarnya adalah ruang kerjanya sekarang Rafa sudah memiliki ruangan sendiri membuatnya semakin semangat untuk membuat sketsa barunya.
Ketika ia sedang sibuk menggambar dengan berbagai kertas berserakan di meja, pintu ruangannya diketuk. Rafa sudah bergumamkan untuk masuk karena tidak dikunci. Jika sudah bekerja dan menggambar seakan dunia Rafa tidak bisa diganggu.
"Permisi, Bu. Ada tamu yang akan ambil pesenan gaun yang Bu Cathrine kemarin pesan."
"Oh, iya suruh masuk aja ya. Sebentar aku beresin bentar mejanya."
Ketika Rafa sedang sibuk membereskan, suara anak kecil masuk ke dalam ruangannya.
"Ante Afa?"
Rafa langsung berbalik dan melihat Caca dan Kendra berdiri di hadapannya.
"Oh, Hai?"
"Hai. Aku kesini mau ambil gaun."
"Ah." Rafa mengangguk, "Mana asistennya?" tanya Rafa.
Kening Kendra mengerut, "Anggun Cuma suruh ambil aja katanya."
Rafa berdecak sedikit, harusnya Anggun membawa asistennya karena ada beberapa hal yang dijelaskan oleh Rafa cara penggunaan gaunnya.
"Ini harusnya aku jelasin ke asistennya gimana cara pakainya. Kalau begini gimana?" ucap Rafa pada Kendra. Tetapi Kendra sendiri seperti tidak mengerti apa-apa.
"Yaudah, sebentar aku minta satu pegawaiku ikut deh sama kamu."
Rafa sibuk menelpon dan meminta salah satu pegawainya naik. Merapikan dan membawanya pada Anggun.
"Kemarin janjinya asistennya akan datang, jadi diambil. Padahal aku udah nawarin jasa anter."
"Nggak apa." Ucap Kendra.
Rafa jadi diam, sebegitu sayangnya Kendra pada Anggun ya? Sampai-sampai untuk hal nggak penting dan remeh Kendra mau lakukan untuk Anggun.
Ketika pintu terbuka yang Rafa kira itu Tuti pegawainya ternyata yang masuk adalah Nino.
"Nek, ini ada bunga segede gaban dari Alfred sama Iphone terbaru, katanya dia males nungguin lo beli HP kelamaan."
Ketika Nino beru bisa menaruh bunga besar diatas meja Rafa, Nino baru tersadar jika ada Kendra di dalam ruangannya.
"Ups. Maaf, nek. Gue nggak tau."
"Nggak apa. Kendra mau ambil baju yang disewa."
Tidak lama, Tuti dan salah satu pegawainya lagi membawa masuk gaun yang masih dipajang di manekin ke dalam ruangan Rafa.
"Wah, ini gaun Mami? Bagus banget."
"Iya, buatan Ante tuh." Ucap Kendra.
"Ante yang bikin baju yang dipakai sama Mami? Wah, Hebat! Caca mau jadi kaya Ante aja nanti kalau udah besar." Ucap Caca sambil memegang gaun tersebut.
"Loh kok mau kaya Ante? Biasanya anak mau ikutin kerjaan mami atau papanya loh." Ucap Nino bocor.
"Nggak apa, Om. Caca mau kaya Ante aja. Kalau kaya Mami sibuk susah ketemu Caca sama papa. Kayanya kerja bikin gaun lebih enak ya pa? Kaya Ante."
Kendra hanya tersenyum.
"Yuk, Ca. Anterin ini ke Mami." Ajak kendra.
Caca mengerutkan keningnya, "Emangnya ini hari Senin, Pa?"
YOU ARE READING
Lacuna
Chick-LitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...