Rafa memandang jam tangannya terus menerus meskipun di hadapannya Alfred sedang asik bercerita tentang perjalanan bisnisnya.
Hari ini Alfred mengajaknya bertemu dan akhirnya laki-laki itu sudah tidak sibuk dengan perjalanan bisnisnya.
Alfred mengajak Rafa makan malam dan mengajaknya untuk menonton film yang lagi tayang minggu ini. Waktu di Malaysia, Alfred memang selalu eksis dengan film-film yang sedang tayang. Bahkan hampir setiap minggu ia mengajak Rafa, Nino dan Cath. Bahkan, Alfred tidak akan segan untuk meneraktir mereka semua. Kalau kata Nino sultan kan bebas mau pakai uangnya untuk apa.
Tapi, malam ini Rafa tidak henti melihat arloji yang ada di tangan kirinya. Jam-jam segini biasanya Kendra akan datang ke apartemennya. Ini sudah berlangsung selama dua minggu berturut-turut.
Kendra selalu datang jam 7 tepat dan pulang kembali ketika sudah meyakinkan Rafa tidur dan tidak begadang dan memforsir dirinya untuk bekerja. Kendra bahkan akan menunggunya benar-benar pulas baru akan meninggalkan apartemen Rafa.
Satpam disana bahkan sudah mengenal Kendra dengan baik. Laki-laki itu tidak pernah absen selama dua minggu ini membuat Rafa mulai terbiasa dengan adanya Kendra.
Kendra bahkan terkadang membawa makan malam karena tau jika Rafa sudah sibuk dengan sketsa dan pola, Rafa akan melupakan makannya.
Hal baik dari munculnya Kendra adalah ada seseorang yang mengingatkan Rafa untuk berhenti kerja dan tidak melupakan makannya apalagi saat ini banyak sekali orderan yang membuat Rafa semakin tidak bisa diam dan berhenti membuat sketsa dan pola.
Hal buruknya adalah Rafa takut jika itu akan membuat dirinya sendiri terbiasa kembali dengan Kendra. Seperti sekarang ini, ia takut jika Kendra menunggu dirinya di depan pintu.
Tapi, Rafa yakin jika Kendra akan pulang jika sepuluh atau dua puluh menit ia tidak membuka pintu. Iya, Kendra akan pulang dengan sendirinya. Ia mlirik lagi arlojinya sudah jam setengah 9 dan mulai masuk ke dalam teater.
Dua jam Rafa berada di bioskop bersama dengan Alfred tetapi entah mengapa ia sama sekali tidak bisa menikmati film yang diputar tadi. Sama sekali tidak bisa, jika Alfred mengadakan test dadakan tentang film ini, Rafa yakin ia akan remedial. Untungnya Alfred tidak bertanya aneh-aneh padanya hanya membahas yang bisa Rafa jawab.
Alfred mengantarnya tepat pukul jam 11 malam di lobi, awalnya Alfred masih ingin mengajaknya makan lagi tetapi ditolak oleh Rafa. Ia hanya ingin pulang kembali bergumul dengan sketsa dan polanya.
Rafa tau, Alfred melakukan ini karena ia ingin mendekati Rafa. Tetapi, Rafa sampai sekarang tidak memberi sinyal bagus. Rafa selalu menegaskan jika Rafa hanya bisa menganggap Alfred sekedar teman tidak lebih. Bukan Alfred namanya jika ia menyerah, begitu jawabannya jika Rafa selalu menyuruhnya mencari perempuan lain.
Rafa juga tidak bisa menjanjikan kapan ia bisa menerima Alfred, bukan karena Kendra. Tetapi lebih pada hatinya sendiri. Ia tidak ingin membuat Alfred kecewa dan menyakiti Alfred lebih dalam jika sampai ia tidak bisa menerima dan belajar mencintai Alfred.
Dengan lunglai Rafa berjalan menuju unitnya. Berkali-kali juga ia sudah menguap karena selama ini Kendra selalu memaksakan jam tidurnya paling malam jam 12.
Kendra. Nama itu menganggunya sedari tadi membuatnya kehilangan konsentrasi. Kenapa juga Rafa harus memikirkan Kendra disaat ia sedang bersama dengan Alfred?
Rafa tidak pernah tau mengapa hati dan pikirannya tidak pernah sejalan. Pikirannya tau betul bagaimana perlakuan Kendra padanya dulu tapi hatinya seakan beku dan tidak peduli dengan perlakuan Kendra dulu. Ia tidak memikirkan nama lain selain Kendra.
Bahkan, ia sempat berpikir. Apa sih bagus dan kelebihan Kendra?
Bukannya sombong dibanding Robin atau Alfred yang mendekatinya justru sosok Kendra tidak ada apa-apanya.
Tampan? Alfred juga tampan apalagi ia memiliki darah campuran yang membuatnya pasti terlihat jauh lebih tampan dari Kendra, Kendra itu tampan tetapi jika dibanding Alfred jelas Alfred menang.
Baik dan pekerja keras? Robin juga menawarkan hal yang sama ditambah Robin mencintai dan berusaha untuk Rafa, jadi mengapa ia masih terpaut dengan Kendra?
Kaya? Alfred jauh diatas Kendra. Bukannya membandingkan ini tidak penting sebenarnya untuk Rafa hanya perbandingan saja.
Dari semua perbandingan itu, otaknya jelas sangat tau dan sadar semuanya bahkan otaknya selalu mencoba membantu untuk memikirkan Alfred, tapi hatinya seakan tidak peduli dengan semua itu. Hanya terpaut satu nama dan membuat otaknya berhenti memikirkan Alfred dan selalu memikirkan Kendra.
Rafa mengaku kalah dengan perasaannya sendiri. Ia kalah telak. Seakan hatinya menertawakannya karena usahanya gagal total untuk melupakan Kendra.
Kendra, laki-laki itu duduk di depan pintu apartemennya, kepalanya bertumpu di kedua lututnya. Membuat Rafa mengerutkan keningnya. Kendra masih disini?
Perlahan Rafa mendekati Kendra, "Ken?" sapanya pelan.
Tidak ada gerakan, apa Kendra mati? Rafa memanggil Kendra terus sambil menggoyangkan lengan Kendra.
Kepala Kendra terangkat, matanya merah khas bangun tidur. Kendra tidur di depan apartemen Rafa? Ngapain?
"Kamu udah pulang?" suaranya serak menandakan ia terlalu pulas dengan tidurnya ini.
"Kamu ngapain disini?" tanya Rafa tanpa menjawab Kendra.
"Nunggu kamu pulang."
Kening Rafa mengerut, "Ngapain? Kamu jelas tau aku nggak di rumah, ngapain nungguin? Kalau aku nggak pulang kamu semaleman disini?"
Kendra hanya tersenyum tipis lalu bangkit berdiri ketika melihat Rafa berdiri dan membuka pintu apartemen.
Rafa membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan Kendra masuk ke dalam, tetapi gelengan kepala Kendra membuat Rafa lagi-lagi heran.
"Aku mau pulang." Ucap Kendra.
"Ha?"
"Aku mau pulang, aku Cuma mau lihat kamu pulang kok." Ucap Kendra, "Aku pulang dulu." Lanjut Kendra sambil mengusap kepala Rafa pelan dan berbalik menuju lift.
Melihat tubuh Kendra menjauh dan menghilang membuat Rafa makin tidak mengerti. Ngapain Kendra menunggunya di depan apartemen sampai ketiduran lalu ketika ia sudah di sini, Kendra pulang? apa sih yang Kendra lakukan? Apa maksudnya?
Percintaan memang bukan hal mudah dimengerti oleh Rafa, apalagi Kendra. Ia sangat tidak mengerti. Rafa masuk ke dalam apartemen lalu membersihkan dirinya.
Setelah ia berbaring di kasur, bayangan Kendra yang tertidur di depan unitnya kembali terlintas. Berapa lama Kendra menunggunya?
YOU ARE READING
Lacuna
ChickLitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...