K17

3.6K 786 66
                                    

Pagi-pagi sekali Rafa terbangun karena ada yang mengetuk pintu apartemen miliknya. Bukan, maksudnya milik Rafael yang sudah ia hak milik. Beberapa kali Rafa memanggil Nino untuk membukakan pintu tetapi tidak ada jawaban. Tidak mungkinkan yang mengetuk pintu itu Nino? Ia sudah memberikan kunci sendiri untuk Nino.

Nino memang sering pulang subuh karena habis nongkrong bersama teman barunya di club malam. Beberapa kali Nino mengajaknya tetapi Rafa selalu menolak. Rafa tidak sekuat Nino mengurangkan waktu tidurnya untuk joget-joget dan mendengarkan musik. Lebih baik Rafa di rumah menggambar sketsa baru untuk rancangan terbarunya. Lagipula, Rafa tidak bisa berteman dengan alkohol. Pernah sekali ia minum diajak oleh Chatrine dan Nino sewaktu di Malaysia dan ia hampir berakhir di ranjang oleh seorang laki-laki. Untung saja Nino dengan cepat melihat jika Rafa sedang dipapah oleh seorang laki-laki. Jika tidak, entah bagaimana nasibnya.

Dengan malas ia membukakan pintu untuk Nino. Mungkin Nino lupa membawa kunci.

Ketika ia sudah memutarkan kunci dan membuka pintu sedikit ia melangkah berbalik, biar saja Nino masuk sendiri.

Ketika ia mendengar pintu terbuka, Rafa berniat untuk kembali ke kamar dan melanjutkan tidurnya. Demi apapun, Rafa baru tertidur jam 4 subuh setelah menyelesaikan 2 sketsa barunya dan sekarang jam 5.30. Nino akan mendapatkan balasan dari Rafa nanti setelah ia bangun dari tidurnya.

"Ante Afa!" suara itu membuat Rafa menghentikan langkahnya. Mengucek matanya dan berbalik.

Rafa melihat Caca dan Kendra berdiri di depan pintunya. caca bahkan sekarang sudah berlari menuju Rafa dan memegang jari-jari Rafa.

Rafa langsung tersadar dan entah bagaimana ceritanya rasa kantuknya menghilang.

"Loh? Caca kok disini?"

Caca melihat Rafa yang masih mengenakan piyama dan rambut acak-acakan mendadak murung, "Katanya Ante, Ante mau temenin jalan-jalan hari ini?"

Rafa mengerutkan keningnya, melihat kearah Kendra yang sudah duduk di sofa miliknya tanpa dipersilahkan.

"Hutang kemarin, Caca jadi nggak sekolah hari ini. Kamu kerja?" tanya Kendra.

"Ya, kerja sih." Ucap Rafa.

Rafa tidak tau jika ucapan mamanya akan ditagih dengan cepat oleh Caca.

"Ante Afa nggak bisa ikut Caca ke Safari dong? kan Ante Afa udah janji kemarinkan?"

Rafa langsung berdiri menghampiri Kendra, "Ini gimana maksudnya? Aku kira bakal Cuma bohong-bohongin Caca doang. Nggak nyangka kamu bakal kesini hari ini juga."

"Kamu nggak bisa nemenin?" tanya Kendra.

"Ya, bisa sih."

"Jadi kamu nggak mau nemenin?" pertanyaan Kendra membuat Rafa kesal.

"Harusnya bukan aku kan yang nemenin?" tanya Rafa. "Ca, sebentar ya. Ante mau ngomong dulu sama papa." Rafa mengajak Kendra keluar.

"Kamu mau ngomong di luar?" tanya Kendra.

"Yaiyalah."

"Pakai baju yang benar dulu."

Rafa langsung melihat pakaiannya. Demi apapun, Rafa menggunakan baju tidur berwarna putih tipis tanpa bra dan celana super pendek. Dengan terburu-buru Rafa membalik badannya dan masuk ke dalam kamar.

Rafa bodoh, Rafa bodoh. Biasanya Rafa menggunakan baju tidur seperti ini jika tau Nino pergi ke club. Ia akan kembali subuh dan tidur sampai siang hari. Rafa dengan leluasa berkeliaran. Apalagi jika habis pulang dari club, Nino tidak akan pernah keluar bahkan untuk ke toilet saja. Tadi juga Rafa langsung berbalik meninggalkan pintu terbuka dan berniat kembali ke kamarnya agar Nino tidak melihatnya tetapi suara Caca dan adanya Kendra di ruangan ini membuat Rafa menjadi melupakan fakta tentang bajunya.

LacunaWhere stories live. Discover now