Maybe kalian akan benci aku setelah baca part ini. Sorry guys 😘
*
Rafa mengunci pintu kamar mandi dan duduk di atas toilet. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis.
Memang seharusnya tidak tau tentang kenyataan akan lebih baik daripada seperti sekarang ia tau jika semua ini terjadi karena campur tangan dirinya juga.
Seandainya ia lebih peka dan mengerti Kendra bukannya laki-laki itu tetap miliknya sampai sekarang?
Karena kebodohannya Kendra pergi dan sebelum ini Rafa menyalahkan Kendra atas semua yang terjadi. Rafa bahkan tanpa perlu melihat dirinya sendiri. Kalau sudah seperti ini Rafa harus apa?
Air mata dan penyesalannya tidak bisa mengembalikan hal yang sudah lewat dan tidak bisa mengembalikan semuanya. Rafa bisa mengatakan jika Kendra tidak punya hati, tapi bagaimana dengan dirinya sendiri?
Rafa menarik napas kasar dan menelpon mamanya.
"Ma." Ucapnya setelah mendengar suara mamanya di ujung sana.
"Kamu kenapa?"
Rafa menggeleng, jelas mamanya tidak bisa melihatnya tetapi Rafa juga tidak bisa membuka mulutnya. Ia hanya terisak.
"Maafin mama. Mama bukan mau kamu kaya gini, Fa. Kamu anak mama, kebahagian kamu nomor satu untuk mama. Tapi, melangkah tanpa menyelesaikan sesuatu di belakang juga bukan sesuatu yang baik, Fa." Suara Rafa terisak semakin nyaring, "Mama mau kamu bisa melangkah ke depan entah sama Robin atau Alfred mama tidak masalah, sayang. Asal kamu selesai dengan Kendra, semua jelas. Mama sudah sekali salah menjodohkan kamu dengan Kendra, memaksa keinginan mama. Sekarang mama mau bahagia. Setidaknya setelah tau semuanya."
"Rafa nggak tau harus gimana, Ma. Rafa salah tapi Rafa selalu nyalahin Kendra."
"Kalian sama-sama salah dan sama-sama benar, Fa. Semua ini salah mama dan Ibu. Ibu juga merasa salah sama kamu, Fa. Kepergian kamu ngebuat kita semua sadar kalau kamu korban sebenarnya. Maafin mama ya sayang."
"Aku harus apa, ma?"
"Ikuti kata hati kamu, Fa. Sudah waktunya kamu bahagia. Mama nggak mau buat anak mama nangis sedih kaya gini. Sudah waktunya Rafaella mama bahagia kan? Papa juga berharap itu, sayang. Putri kecilnya bahagia." Ucap mama mulai bergetar. "Maafin kami, Fa."
"Kenapa aku harus tau, ma? Kenapa setelah aku nyoba buka lembaran baru dan semua keungkap? Seakan usaha aku itu nggak guna."
".."
"Aku usaha ngelupain rasa sakit dan Kendra sangat keras ma. Ngebunuh perasaan buat dia nggak mudah ma. Tapi kenapa malah sekarang setelah semua sudah berjalan terlalu jauh, seakan aku dipaksa kembali ke masa lalu?"
"Mama Cuma mau, masa lalu kamu nggak ngerusak masa depan kamu nanti. Mama nggak mau setelah kamu udah dapet seseorang dan tau kenyataannya kamu malah menyesal. Bukan maksud mama membela Kendra, tapi kebenaran ini perlu terungkap. Tentang Caca terutama. Kendra merasa bersalah dan maksa untuk merawat Caca. Di luar sana, tidak ada yang tau kalau Caca anaknya Anggun dan adik Ibu. Karena itu juga Ibu kena serangan jantung. Semua salah. Cuma maaf yang bisa mama ucapkan, Fa." Ucap Mama. "Kedepannya bagaimana, semua ditangan kamu, Fa. Tidak ada yang bisa memaksa kamu karena mama yakin, kamu tau dimana kebahagian kamu. entah itu Alfred atau yang lain. Mama dukung kamu. Jangan nangis lagi, sayang. Mama sudah janji sama papa, kalau kamu akan bahagia setelah ini. Maafin mama."
Tangis Rafa semakin terisak. Membuat ketukan pintu terdengar. Suara Kendra membuat Rafa menghapus kasar air matanya.
Rafa mematikan sambungan telpon dengan mama dan bergumam. Tidak berniat membukakan pintu untuk Kendra. Rafa masih butuh waktu. bahkan, rasanya ia ingin pulang ke Jakarta sekarang. menjauhi semuanya.
"Kamu nggak usah nangis, Fa. Semua akan berjalan seperti seharusnya." Ucap Kendra. "Nggak akan ada yang berubah dan ini tidak merubah apapun, Fa."
Rafa semakin terisak. Melupakan Kendra itu adalah hal sulit dan sakit tetapi mendengar seluruh kejadian dan potongan-potongan yang hilang justru kembali membuatnya lebih sakit lagi.
Bagaimana bisa ia bersikap menjadi paling terluka padahal banyak yang memendam luka lebih dalam lagi?
Rafa keluar dari kamar mandi, ia melihat Kendra yang berdiri di depan pintu. Mengusap air matanya dan memeluknya.
"Nggak akan ada yang berubah, Fa. Kamu bisa menjalani kehidupan baru kamu. Jangan nangis lagi. Air mata kamu udah cukup banyak yang keluar kan?"
Kendra melepaskan pelukkannya. Kembali menghapus air mata Rafa yang berjatuhan. "Udahan dong, Fa nangisnya. Malu." Ucap Kendra.
Rafa menggeleng, "Aku minta maaf, Ken."
"Kamu nggak salah, aku salah."
"Iya, kamu salah. Kamu salah banget."
"Makanya aku minta maaf, Fa. Udah cup cup cup Caca aja nggak cengeng sekarang, masa Ante Afanya yang suka nangis."
Rafa melihat kesal kearah Kendra. Kendra juga sedang fokus dengan air mata Rafa yang berjatuhan.
"Jangan nangis lagi, apapun alasannya ya?" ucap Kendra mengecup kening Rafa.
Lancang memang, Kendra tau mengecup kening mantan istrinya itu sangat lancang dan tidak bisa dibenarkan tapi itu yang ia ingin lakukan sekarang. Memeluk Rafa dan mengecup seluruh wajahnya. Karena setelah hari ini, Kendra sudah tidak punya kesempatan lagi. Biarkan saja Kendra menjadi lebih brengsek.
Rafa mematung ketika keningnya dikecup oleh Kendra. Seharusnya ia menolak kan? Harusnya ia menghindarkan? Kenapa Rafa malah diam seolah menikmati sentuhan Kendra gini sih? Rafa merasa murahan atau memang Rafa murahan?
Bahkan entah siaoa yang mulai, bibir mereka mulai menyatu satu sama lain. Bibir yang merindu satu sama lain seakan diciptakan tidak untuk dipisahkan. Bahkan Kendra sudah menahan tekuk Rafa agar tidak menjauh darinya.
Rafa sendiri sudah menikmati yang Kendra lakukan padanya, bahkan ia menutup matanya agar bisa merasakan rasa Kendra. Biar saja Rafa kehilangan akalnya malam ini. Hanya malam ini, karena besok ia akan menjalani hidupnya yang ia sudah tata. Tentu, tanpa Kendra di dalamnya. Jadi biarkan, Rafa menjadi bodoh malam ini.
Kendra membawa Rafa berbaring di kasur kecilnya dan terus memperdalam ciuman mereka.
Kendra melepas ciuman mereka dan melihat kearah Rafa yang sudah membuka matanya.
"Maaf." Ucap Kendra.
Ketika Rafa ingin bangun, Kendra menahannya. "Can we sleep together?"
Mata Rafa membulat sebelum Rafa menjawab Kendra sudah menjelaskan lagi, "Maksudnya seranjang, pelukkan. Hanya malam ini."
Rafa tidak menjawab, membuat Kendra langsung memeluk Rafa dan menyelimuti mereka berdua.
Rafa memejamkan matanya, mendengar suara detak jantung Kendra. Air matanya kembali jatuh. Ia merasa takdir mempermainkan perasaannya. Kenapa disaat ia merasa hampir berhasil tetapi dunia seperti menghianati usahanya?
"Tidur, Fa. Jangan nangis lagi. Besok semua akan kembali seperti semula, aku janji."
Jika selama ini Rafa menderita, biarkan setelah ini Kendra hidup dalam penyesalannya.
Awalnya, ketika mendengar Rafa kembali. Kendra sudah berencana mengajar wanita itu lagi. Tapi melihat Rafa mendapat kiriman bunga dan ponsel baru ketika ia berkunjung sudah jelas jika Rafa sudah menemukan kehidupan barunya.
Kendra tidak akan menganggu Rafa lagi. Tidak. Rafa pantas bahagia dan dirinya pantas hidup dalam penyesalan. Telah membiarkan Rafa pergi dari sisinya, toh Kendra sendiri yang mengugat cerai Rafa. Kendra sendiri juga yang memaksa Rafa pergi dari hidupnya dan sekarang saatnya Kendra menanggung semua resikonya. Termasuk melihat Rafa jatuh kepelukkan orang lain.
*
Tidak akan Up lagi dalam waktu dekat soalnya mau New Year!!HAPPY NEW YEAR GUYS. semoga menjadi pribadi yg lbh baik di tahun depan. Ucapin dluan aja ya 😘
YOU ARE READING
Lacuna
ChickLitLacuna (n.) a blank space, a missing part. Rafaella dijodohkan oleh mamanya dengan laki-laki yang menurutnya sangat idealist menjadi suaminya. Cinta tentu ia mencintai suaminya itu, bahkan ia berpikir mereka akan mencintai dan hidup bahagia bersama...