"GALIGARDO?"
"JUARA! JUARA! JUARA!"
Prok! Prok! Prok!
Suara tepuk tangan menggema, semua heboh bersorak, pertandingan antar club basket memang yang paling ditunggu, terlebih Sma Galigardo mempunyai Arga, cowok tertampan seantero sekolah sebagai kaptennya.
Arga Pranaja. Cowok itu terlihat paling menarik diantara pemain lainnya, dengan kaus perpaduan putih-biru ia terlihat keren, terlebih senyum di bibirnya tidak pernah lenyap.
"ARGAA!!" jerit para siswi barisan kelas 12 yang rela membawa pamflet panjang bertuliskan nama cowok itu dengan hiasan meriah disana-sini.
Arga menoleh, ia tersenyum dan mengangguk menghargai, "MAKASIH." sahutnya agak kencang.
Sontak para siswi itu kembali berteriak histeris. Arga mengabaikannya dan melanjutkan permainan.
Beberapa kali cowok itu mencetak three point, bagi para murid Sma Galigardo itu merupakan hal biasa. Kemampuan Arga memang tidak diragukan. Terlebih untuk bidang ini, jagonya.
Pertandingan selesai.
23-21 untuk Galigardo.
Arga menghembuskan napasnya perlahan, ia berjalan menepi ke pinggir lapangan untuk break.
Saat tiba dipinggir lapangan, seorang senior perempuan langsung menghampirinya dan melap keringat di kening cowok itu.
Arga agak kaget mendapat perlakuan tiba-tiba itu, ia mundur selangkah, menepis lengan senior itu dengan raut wajah tak suka. "Maaf, tapi gue bisa sendiri." nada suara Arga terdengar tegas.
Senior itu cemberut, "Harus nya lo terima kasih, eh malah gue nya diusir." cibirnya lalu pergi meninggalkan Arga.
Arga menghela napas. Selalu saja begitu. Banyak yang berpikiran buruk padanya. Padahal tidak seperti itu faktanya, hanya Arga tidak suka diperlakukan lancang seperti itu. Menurutnya foto bersama sudah cukup, tidak perlu se-perhatian itu. Menggelikan.
Arga duduk dan melap keringatnya, memperhatikan Raden yang sibuk mengisi form. masuk club seni.
"Lihat My lopika nggak?" tanyanya.
Raden menggedikkan bahu, "Nggak keliatan dia dari tadi." jawab cowok itu tanpa melihat Arga.
Arga menaruh handuk kecil yang ia pegang di lehernya, tangannya memeluk kedua lututnya. Kedua mata cowok itu bergerak menyisir lapangan, mencari sosok Arasya Lovika yang tidak terlihat sama sekali semenjak ia memasuki lapangan untuk bertanding.
Bruk.
Beberapa buku tebal tergeletak didepan pangkal sepatu Arga, cowok itu menurunkan tatapan matanya, memperhatikan gadis yang tengah memungut buku-buku itu, reflek bibirnya tersenyum lebar.
"Eh lopika sayang," celetuknya membuat sang pemilik nama menatap cowok itu tajam.
"Berisik lo, ga!"
Arga tertawa, ia mencolek pipi Ara jahil, hingga ia mendapat tepisan maut dari gadis itu yang melempar tangannya kasar.
"Lopika kasar ya sekarang?" keluh Arga mengusap tangannya.
Ara tidak menggubrisnya, ia benci dengan cowok itu, dia berbeda, tapi tidak istimewa! Memanggilnya dengan sebutan sayang? Dia pikir Ara cewek macam apa? Dengan gerakan cepat Ara mengatur posisi buku- buku itu agar tidak kembali terjatuh.
Sementara Arga, memandang gadis itu dengan tenang, tanpa banyak bicara.
"Break selesai, bagi para pemain diharapkan masuk kembali kedalam arena lapangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE ARGA
Teen FictionBerakhir dengan jarak dan rindu. @Copyright2018 ;dhiyaauliahnf