14 || Empat belas

899 44 2
                                        

"EH, siniin ngapa es nya."

Arga menoleh dan mencolek lengan Noah, cowok itu hanya bergumam dan tetap fokus pada ponselnya.

"No, itu si Raden minta." ucap Arga membuat Noah memiringkan kepalanya, melirik Raden.

"Beli," katanya singkat.

Raden mendengus, "Uang jajan gue dipotong gara-gara ga mau belajar."

Noah mengangkat alisnya.

"Beneran." aku Raden jujur.

Noah mengangguk dan menyodorkan gelas es nya. Raden langsung meminumnya dan menandaskannya tanpa sisa. "Gue abisin, no."

Noah mengalihkan tatapannya dari ponsel, seperdetik kemudian alisnya turun dan membentuk raut wajah kesal. "Ko diabisin? Mana baru bilang,"

Raden tertawa dan menyodorkan gelas es yang sudah kosong. "Lo sih pokus banget sama hp, yaudah gue minum dulu baru bilang. Benerkan?"

"Salah lah, dableg." sahut Dyxon.

"Terus apa yang bener?" tanya Raden.

"Coba deh lo ke mall, ke kios sepatu, lo pake sepatunya sampe rusak, terus baru lo bayar. Gimana?"

"Ya, di panggilin satpam lah bego gue, diusir, dasar gila."

"Yaudah sama, harusnya lo ijin dulu, baru deh lo abisin."

Raden mendengus keras. "Iya-iya, sori."

"Dengerin tuh." ketus Noah, kembali memainkan ponselnya.

Beberapa saat kemudian cowok itu memalingkan matanya dan beralih pada Arga yang sedari tadi tidak angkat suara.

"Arasya mana ga? Dia masih dirumah lo kan?"

Arga tidak bergeming, beberapa detik kemudian ia baru membalas tatapan Noah. "Masih."

"Eh btw emang dia kenapa sih?" Raden ikut penasaran hingga memajukan wajahnya.

Arga menghela napas, sejujurnya ia tidak mau menceritakan, karena ini privasi Arasya, namun karena ia tidak mau teman-temannya salah paham, sedikit tidak apalah. "Dia berantem sama nyokapnya."

"Serius lo?"

"Hm, tapi jangan bilang siapa-siapa." ucap Arga lagi, menatap masing-masing temannya serius.

"Tutup mulut lo semua," tegas Dyxon menatap yang lain.

Semua kepala mengangguk, baru lah Dyxon memandang Arga. "Tenang aja," katanya santai.

Arga mengangguk. Sebelum akhirnya cowok itu merogoh sakunya dan mengambil ponselnya yang bergetar.

"Ha? Iya pa?"

"Kamu bisa anterin berkas ke kantor papa? Lagi ada rapat perdana,"

"Berkas yang mana?" Arga memutar pandangannya menatap beberapa temannya yang hanya menggedikan bahu tanpa suara.

"Yang-oh dikamar Arasya, map biru."

Mata Arga terbelalak, "Papa ke kamar Arasya? Malam-malam? Papa gila?"

Noah menyebur tawanya mendengar ucapan Arga, reflek Arga memelototkan matanya, membuat Noah hanya terdiam menahan tawa.

"Itu 'kan emang tempat papa kerja, dokumen papa ketinggalan disana, jadi ya papa ambil. Papa nggak macem-macem ko sama calon kamu."

Arga terkekeh mendengar Edgar menekan ucapannya. "Iya nanti Arga bawa kesana." sejurus kemudian cowok itu kembali bertanya. "Arga sama Rasya ya?"

"Sesil gimana? Bunda ke butik kan? Ayolah sayang, dewasa sedikit, biarin Arasya dirumah jaga Sesil."

GOODBYE ARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang